Memperhatikan mobil yang lewat, Jisoo mengistirahatkan sikunya di pagar besi balkon lantai dua flat mereka. Angin dengan lembut membelai wajah Jisoo, meniup rambutnya tepat kebelakangnya. Ini adalah hari yang menyenangkan, hari yang sukses, sebenarnya. Semua muridnya telah melafalkan ABC mereka dengan benar, termasuk bagian L-M-N-O-P yang rumit. Sudah beberapa hari sejak Seokjin akhirnya pulih dari serangan buruk flu dan dia kembali ke dirinya yang biasa, orang yang menyebalkan.
Sudah hampir dua bulan sejak mereka menikah dan meskipun mereka jauh lebih sopan satu sama lain daripada ketika mereka pertama kali bertemu kembali, pertengkaran dan perdebatan kecil mereka mulai menjadi membosankan dan menjengkelkan. Jisoo tahu bahwa Seokjin berusaha lebih keras untuk tidak membiarkan amarahnya tersulut, tapi dia tahu ada sesuatu yang membuat Seokjin stres; mungkin karena pekerjaan, atau menjadi orang tua... atau frustrasi karena hidup selibat.
Baru pagi tadi, mereka bertengkar tentang hal yang paling tidak masuk akal. Itu sangat sepele sehingga Jisoo bahkan tidak bisa mengingat tentang apa itu. Meski perdebatan mereka mulai berkurang intensitasnya, mereka masih resah tentang pemeriksaan DMP yang akan datang. Sudah sekitar seminggu sejak makan malam dengan Lim Ju Gyeong dan mereka menduga wanita itu bisa muncul kapan saja.
Sambil mendesah, Jisoo mengusap tangan di wajahnya dan tersenyum ketika dia mendengar suara Suno datang dari ruang tamu. Bocah itu sedang berbicara dengan Luna si dinosaurus dan menjelaskan bagaimana dirinya yang telah mengucapkan alfabet paling cepat hari itu di kelas. Jisoo tidak bisa menahan perasaan bangga yang membengkak jauh di dalam hatinya ketika Suno berbicara. Jisoo kadang-kadang berbaring di malam hari sambil memikirkan sejauh mana perasaannya terhadap anak laki-laki itu tumbuh.
Ini semua berjalan begitu mudah... Jisoo mencintai Suno seolah-olah Suno putranya sendiri. Sangat mudah untuk jatuh cinta pada Suno; kepolosan dan kelembutannya serta sifat percaya yang bisa mengubah orang yang paling keras dan dingin sekalipun menjadi genangan cairan penuh belas asih.
Jisoo merasakan sedikit kecemburuan pada Seokjin karena bisa mengklaimnya sebagai putranya, dengan memiliki anak yang begitu luar biasa. Empat bulan lagi, dirinya tidak akan bisa memiliki Suno sebagai putranya; dia hanya akan menjadi murid saja sejak saat itu... itu akan menjadi sebuah transisi tersulit yang pernah Jisoo buat. Jisoo berdoa dan berharap Suno tidak mempersulit perpisahan itu. Tapi setidaknya Jisoo masih akan bertemu bocah itu di sekolah.
Suara kecil Suno tiba-tiba berada di samping Jisoo. "Bisakah aku mengendarai mobil?" tanya Suno sambil mengintip ke jalan.
"Kau harus cukup besar untuk mengendarai mobil, sayang," jawab Jisoo, berjongkok di sampingnya untuk melihat melalui pagar besi pagar.
"Sekarang, di mana kau meninggalkan Luna?""Dia sedang berbicara di telepon," jawab Suno. "Aku menekan tombol dan sekarang Luna sedang berbicara dengan seseorang."
Mata Jisoo membelalak dan dia meraih tangan Suno sebelum berjalan kembali ke ruang tamu untuk menemukan boneka dinosaurus sedang bersandar di telepon. Jisoo mengambil gagang telepon dan mendekatkannya ke telinganya, menghembuskan napas lega setelah mendengar nada panggillan yang kosong.
Jisoo meletakkan telepon kembali ke tempatnya dan mengembalikan Luna ke Suno. "Kau tahu kau tidak diizinkan bermain-main dengan telepon, Suno. Itu bukan mainan."
Bocah itu mengerutkan keningnya, memeluk dinosaurus di dekat dadanya. "Oke, aku tidak akan memainkannya lagi."
"Apa kau hanya mengatakan itu atau kau benar-benar serius dengan ucapanmu?" tanya Jisoo tegas.
"Aku tidak akan menyentuhnya lagi," ulang Suno, terengah-engah kesal.
"Excuse me? Kurasa Omma tidak suka nadamu, young man," kata Jisoo, menyilangkan tangan di depan dada, mengabaikan suara di kepalanya yang mengatakan bahwa Jisoo mulai terdengar seperti ibunya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amazing Fake Wedding (JinSoo) (Complete)
RomanceKim Seokjin mencintai putranya lebih dari apapun di dunia ini. Jadi, ketika mantan istrinya berencana untuk membawa putranya pergi, Kim Seokjin meminta bantuan orang yang paling tidak mungkin, musuh yang sangat ia benci di Sekolah dulu. Kim Jisoo ha...