..."Maukah kau menikah denganku?""Sure," jawab Jisoo. "Bagaimana jika rabu depan?"
"Huh?" tanya Seokjin, pikirannya yang kalut membuatnya kehilangan kata-kata.
"Oh, Maafkan aku, Aku kira kita tengah berlatih peran teater dengan judul 'kau kehilangan otak keparatmu,' " jelas wanita dihadapannya.
"Wow, Kim Jisoo, kau mencium ibumu dengan mulut mu itu?"
Jisoo merengut padanya, masih bingung apa yang baru saja terjadi. "Jika kau di sini hanya untuk menggangguku, maka kau telah berhasil. Sekarang, bisakah kau pergi sehingga aku bisa kembali membencimu dengan tenang?"
Seokjin menggelengkan kepalanya dan menghela nafas. "Maaf, ini seharusnya tidak begitu."
"Aku tidak tahu bagaimana sebuah lamaran pernikahan darimu kepadaku bisa dapat dinyatakan dengan benar," kata Jisoo.
"Aku perlu bicara denganmu dan aku ingin kau mendengarkanku," pinta Seokjin dengan sungguh-sungguh.
Jisoo mengerutkan alisnya dan bersandar di ambang pintu. "Apa kau sedang mabuk?"
"Tidak, tapi sebuah minuman mungkin akan melunakkan suasana" jawab pria itu. "Kau berpakaian rapi, jadi bisakah aku membawamu ke bar di ujung jalan sehingga kita bisa bicara?"
God, Pria ini tampak menyedihkan berdiri dihadapanku, bahkan tidak ada cemberut atau seringai di rahang tajamnya. Dia benar-benar terlihat seperti sungguh-sungguh perlu berbicara denganku.
"Aku masih tidak yakin apa yang kau lakukan di sini," kata Jisoo.
Seokjin tampak tengah mengatur emosinya dengan mengepalkan tinju. "Aku perlu mendiskusikan sesuatu denganmu dan aku akan sangat menghargainya jika kau mau memberiku kesempatan untuk menjelaskan semuanya."
Jisoo menggigit bagian dalam bibir bawahnya, bertanya-tanya apakah ini semua semacam tipu muslihat sakit untuk memikat dirinya agar keluar dari tempat tinggalnya sendiri-di mana Jisoo tentu saja yang akan memimpin semua perdebatan dan perkelahian. Pria ini memang terlihat putus asa ...
Jika ada satu hal yang Jisoo dapat lakukan dengan baik selama bertahun-tahun, itu adalah rasa ingin tahu yang sangat besar. Saat ini adalah salah satu saat ketika itu menolak semua proses berpikir lainnya.
"Oke, baiklah. Biarkan aku mengambil jaketku," Jisoo mengalah.
Seokjin menghela nafas lega, meskipun itu sangat kecil karena Seokjin tahu dia masih memiliki banyak masalah ke depannya.
"Siap?" Jisoo bertanya, menutup pintu di belakangnya dan menguncinya.
Seokjin membiarkan Jisoo memimpin mereka keluar dari gedung dan menuju bar di ujung jalan. The Tilted Kilt adalah bar baru yang hanya buka selama beberapa bulan.
Jisoo memperhatikan ketika Seokjin pergi ke bar dan memesan wine yang memenuhi 3 inci gelasnya dan segelas pinot noir untuk Jisoo.
Tipikal lelaki. Aku bisa memesan minuman sialanku sendiri. Tapi damn, bagaimana dia tahu apa yang aku suka?
Seokjin menyerahkan gelas itu dan mereka berjalan ke bagian belakang bar redup dan ke sebuah bilik, duduk berhadapan.
Selama beberapa menit pertama, Jisoo memperhatikan Seokjin menelusuri jarinya di sekitar tepi gelasnya. Seokjin mengerutkan bibirnya dan memindahkannya dari satu sisi ke sisi lain ketika dia duduk tenggelam dalam pikirannya. Jisoo menyesap anggurnya dan berdeham.
"Terima kasih untuk minumannya. Aku akan membayarmu, tapi aku meninggalkan dompet di rumah," kata Jisoo pelan.
"Jangan khawatir tentang itu," kata Seokjin tajam setelah menenggak seluruh isi gelasnya. "Oke, sekarang tenggorokanku mati rasa, kurasa aku bisa menjelaskan semuanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Amazing Fake Wedding (JinSoo) (Complete)
DragosteKim Seokjin mencintai putranya lebih dari apapun di dunia ini. Jadi, ketika mantan istrinya berencana untuk membawa putranya pergi, Kim Seokjin meminta bantuan orang yang paling tidak mungkin, musuh yang sangat ia benci di Sekolah dulu. Kim Jisoo ha...