Saat melihat semua interaksi pelayan itu dengan sahabatnya, membuat dokter muda itu melengkungkan senyumnya.
"Tuan, sudah keyang?" tanya Elina dengan lembut saat tuannya sudah menutup rapat mulutnya disuapan terakhir.
"Baiklah, sekarang minum ya." ucap Elina masih dengan penuh perhatiannya sedangkan tuannya dengan pelan membuka mulutnya dan meminum minuman yang disodorkan Elina.
"Tuan sarapan paginya sudah selesai." ucap Elina memberi laporan dengan senyumnya.
"Terima kasih, kau boleh keluar sekarang." ucap pria itu dan Elina menganggukkan kepalanya mengerti, lalu pergi.
Pria tampan itu mengambil alih untuk menangani sahabatnya dengan menyutikkan cairan obat.
"Tunggu." pria tampan itu yang Elina tidak ketahui namanya namun sudah dapat dipastikan dia seorang dokter, memanggilnya dan menghentikan langkah Elina yang sudah akan mencapai daun pintu.
"Iya Tuan ada yang bisa saya bantu lagi?" tanya Elina sopan.
"Siapa namamu?" tanya pria itu dengan menatapnya setelah selesai menangani Alex.
"Elina Melvina, Tuan bisa memanggil saya Elina atau Elin." jawab Elina dengan senyum tipisnya.
"Kau berada dibagian apa?" tanyanya lagi, karena dia berpikir jika dia kesusahan untuk menangani pasien serta sahabatnya itu, dia bisa meminta bantuan pelayan yang sekarang ada di hadapannya.
"Ruang baca dan halaman belakang Tuan, jika anda meminta bantuanku, Tuan bisa mencariku di sana." ucap Elina yang seolah mengerti maksud pria tampan itu.
"Baiklah, kau boleh pergi dan panggil aku Jerry." pria tampan itu tersenyum tipis dan Elina mengangguk mengerti.
Setelah Elina pergi, terlihat Jerry sang pria tampan serta dokter pribadi Alex itu tampak kembali berbicara dengan nada lembutnya pada sahabatnya.
"Alex itu tadi suatu awal kemajuan yang bagus untukmu dan aku berharap kau bisa bangkit dari ruang gelap yang kau ciptakan yang perlahan menghancurkanmu, jangan pernah salahkan dirimu serta terjebak dalam rasa sesal masa lalu, karena semua itu adalah sebuah takdir yang tidak bisa kau cegah." ucap Jerry dengan nada sedihnya, memberi sebuah mantra kata indah berharap sahabatnya bisa menarik diri dari dalam rasa sesal masa lalu tergelapnya. "Istrirahatlah, maaf aku mengganggu waktumu tadi."
Setelah itu Jerry keluar dari kamar sahabatnya saat dia tidak mendapatkan respon yang berarti, dia tampak menghelah napas kasar lalu menelepon seseorang.
"Hallo Uncle Abraham, aku punya kabar baik untuk Alex kali ini dan bisakah kau pulang ke rumah?" ucap Jerry begitu bersemangat, saat sambungan telephonnya tersambung.
'Benarkah? Aku akan datang malam ini Jerr.' ucap Abraham dengan nada serius di sebrang sana dan dia adalah ayah serta orang tua tunggal Alex.
"Jika Uncle mendengarnya, Uncle pasti tidak akan percaya." Jerry sangat senang.
'Baik aku akan datang malam ini Jerry.' lalu Abraham memutuskan sambungan telephonnya.
Jerry sangat senang dan bahagia melihat sedikit perkembangan temannya, dia sama sekali tidak pernah berpikir jika Elina bisa sedikit menggerakan hatinya.
Di malam harinya semua pelayan segera berbaris menyambut kedatangan tuan besar mereka yang sama sekali tidak pernah pulang ke rumah.
Tak lama terlihat seorang pria paruh baya tampak melangkahkan kakinya memasuki area mansion dan Elina melihat pria itu memang usianya sudah tidak muda lagi, tapi guratan rahang tegas penuh aura dominant terlihat jelas di wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Depresi Tuanku
RomanceElina Melvina hanyalah seorang gadis biasa yang bekerja sebagai pelayan di sebuah mansion yang megah dan mewah tapi tak seindah seperti tampak di luar saat masuk ke dalam,keadaan rumah atau mansion tempat dia bekerja yang tampak hanyalah kehampaan d...