3: Tersadar

2.6K 187 2
                                    

Di pagi harinya seperti perintah Abraham terlihat Elina dan Jerry si dokter muda itu masuk ke kamar Alex untuk melihat bagaimana reaksi Alex jika ada orang lain selain Jerry.

"Siang, Alex." sapa Jerry dengan senyum menawannya meski hasilnya selalu sama karena Alex yang sama sekali tidak merespon.

"Saatnya sarapan, Alex."ucap Jerry dengan senyum senangnya mencoba menyuapkan makan seperti yang dilakukan Elina tapi Alex sama sekali tidak bereaksi apapun.

Hingga akhirnya Jerry, menyuruh Elina untuk maju dan membujuk Alex sarapan seperti kemarin lalu.

"Siang tuan Alex." ucap Elina dengan senyum cerianya meski sedikit heran saat melihat Alex yang meneteskan air mata.

'Apa tuan Alex baru saja menangis?' batin Elina dengan memperhatikan wajah Alex.

"Tuan Alex, saatnya sarapan." ucap Elina memberitahunya.

Sedangkan dalam alam pikiran Alex dia terlihat jatuh terduduk serta menangis dan begitu meratapi kehilangan suara itu, hingga akhirnya dia menghentikan tangisnya saat mendengar suara menenangkan itu kembali datang dan seketika itu juga dia mencarinya, berlarian ke sana kemari berharap bisa bertemu dengan sang pemilik suara yang menenangkan jiwanya.

Tapi saat terus berlari hingga dia merasa kelelahan Alex sama sekali belum bisa menemukan asal suara itu dan semakin membuatnya frustrasi.

"Di mana dirimu, aku lelah mencarimu kembalilah padaku." ucapnya dengan tangisnya.

Kembali lagi di dunia nyata Elina terlihat mengusap air mata Alex dengan lembut saat air mata itu terus menetes. Lalu kembali berusaha membujuk Alex untuk membuka mulutnya seperti kemarin, tapi sayangnya hari ini Alex sama sekali tidak ingin makan dan pandangannya benar-benar kosong lebih menyeramkan dari kemarin.

Kembali lagi dengan Alex di dalam alam bawah sadarnya dia terlihat sudah lelah dan ingin menyerah, hingga akhirnya memilih tidak mau mendengar suara itu lagi dengan menutup kedua telinganya menggunakan kedua tangannya. "Aku tidak mau mendengar suaramu lagi, kau pembohong!"

"Tuan Alex, kenapa kau tidak mau makan, apa tuan tidak lapar?" tanya Elina dengan lembut mencoba untuk memahami apa yang dirasakan sang tuan.

Hingga tiba-tiba Alex memberontak dan marah bahkan menampik piringnya hingga isinya berceceran di lantai marmer yang dingin itu.

"Hentikan suaramu!" ucap Alex dengan nada marahnya tanpa menatap wajah Elina dan terus menutup mata serta kedua telinganya.

"Tuan tenanglah." ucap Elina dengan panik dan berusaha menenangkannya.

"Suaramu menyakitiku, hentikan aku bilang!" dia memberontak hingga mendorong Elina sampai terjatuh. "Pergi ! Aku muak dan benci mendengar  suaramu itu, aku tidak ingin mendengarnya. Kau membohongiku!"

Alex sangat marah namun dalam setiap ucapannya Elina mendengar sebuah nada kesedihan, pilu dan rasa lelah yang mendalam terselip dalam setiap ucapannya.

Elina bangun dari terjatuhnya dan berusaha menenangkan Alex begitupun juga dengan Jerry, tapi Alex terus memberontak dan berteriak hingga akhirnya Elina mendekapnya dalam pelukan hangatnya.

"Tenanglah Tuan, ada aku di sini." ucap Elina dengan lembut serta mengusap pelan punggung Alex.

"Hentikan suaramu itu menyakitiku! Kau berbohong, kau meninggalkanku." ucapnya pilu bahkan Alex sudah meneteskan air matanya kembali dan tidak ada lagi pemberontakan. "Aku lelah mencarimu, kau berbohong padaku hiks...."

"Siapa yang berbohong denganmu Tuan, aku Elina tidak akan membuat kebohongan yang menyakitkan untukmu, percayalah." ucap Elina berusaha meyakinkan dan menenangkan tuannya untuk membangun suatu kepercayaan dirinya pada Alex.

Depresi TuankuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang