Rumor seorang Alex mengatakan dia berada di titik kehancuran dirinya dan kehilangan sorot kehidupannya, karena bayangan masa lalu yang tidak dapat dia lupakan dan selalu terekam serta bertengger di dalam memorinya.
Namun Elina sama sekali tidak tahu rumor itu benar adanya atau hanya sekedar berita isapan jempol belaka karena dirinya yang sama sekali tidak pernah bertemu dengan sosok tuannya.
"Sebenarnya aku sangat kasihan dengan tuan Alex dia memiliki wajah yang sangat tampan tapi sayang harus berakhir dengan rasa kosong dan menderita depresi." ucap salah satu dengan menggosip.
"Mungkin itu karmanya juga kau tahu bagaimana dulu dia sangat kejam." ucap seorang lagi dengan wajah cueknya.
"Jangan berbicara keras, nanti jika didengar oleh kepala pelayan kau akan dimarahi habis karena berani membicarakan majikan. Bukankah itu larangannya." tegur seorang pelayan yang mengingatkan kedua temannya itu sedangkan seorang Elina hanya tampak diam dengan mendengarnya saja.
"Teman-teman benarkah tuan Alex itu sangat tampan hingga kalian sering membicarakannya dan benar jika dia mengalami depresi?" tanya Elina sangat penasaran karena setiap hari teman-teman pelayannya itu selalu membicarakan tentang sang tuan muda mereka tiada henti.
"Tentu saja, dia itu memiliki wajah yang sangat tampan dengan rahang tegasnya, pintar dan berkharismatik banyak wanita yang begitu menginginkannya dan terakhir dia memiliki kepribadian yang sangat dingin serta misterius.
Desas desusnya dia itu cucu dari seorang mafia, dia juga punya casino serta club malam yang sangat terkenal, hingga membuat banyak orang juga takut untuk dekat dengannya.
Tapi itu dulu sebelum dirinya dinyatakan sakit sejak enam bulan yang lalu, karena depresi yang dia alami dan membuatnya berubah menjadi seperti mayat hidup jika kau melihatnya kau pasti akan sangat terkejut Elina." cerita pelayan itu pada Elina."Benarkah, aku jadi ingin melihatnya tapi bagaimana caranya? Aku tidak bertugas di ruangan utama ataupun kamar tuan muda." Elina bingung dan sangat penasaran ingin sekali bertemu dengan tuan Alexnya.
Tapi sepertinya juga tidak bisa karena dia saja hanya bertugas di ruang baca dan halaman belakang, bagaimana dia bisa bertemu dengan sang tuan yang sama sekali tidak pernah keluar dari kamarnya.
"Tenang saja Elina, kau pasti nanti akan bertemu dengannya cepat atau lambat." ucap salah satu temannya meyakinkan Alina.
"Baiklah ayo kita kembali bekerja, tidak baik jika mengobrol terus." ucap Elina mengingatkan teman-temannya.
Setelah itu mereka kembali bekerja ke tugas masing-masing tapi saat akan ke ruang baca untuk bekerja dan membersihkan seperti biasanya, terdengar seseorang yang memanggil dirinya dan seketika itu juga Elina menghentikan jalannya dan menghampiri orang yang memanggilnya. "Hei, bisakah kau membantuku?"
"Apa yang bisa saya bantu tuan?" tanya Elina dengan sopan dan menatapnya seorang pria tampan yang mengenakan setelan jas berwarna putih yang biasanya dipakai para dokter.
"Bisa kau bantu diriku membawa nampan ini? Aku sedikit kesulitan." ucapnya meminta tolong dengan senyum tipisnya karena dia yang membawa banyak barang seperti nampan makanan, tas serta telephonnya yang terus berdering dengan nyaring.
Elina segera membantunya dengan membawakan nampan makanannya dan pria tampan itu mengangkat telepon genggamnya, dia berbicara sebentar sebelum memutus sambungan telephonnya.
Selesai menelephon pria itu meminta Elina untuk mengikuti langkahnya dengan membawa nampan makanannya.
Hingga sampailah mereka berdua di depan kamar dengan pintu kayu berwarna cokelat tua serta berada di lantai dua dan Elina sama sekali tidak pernah memasuki ruangan itu,sedikit membuatnya penasaran pria berjas putih itu akan membawanya ke ruangan apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Depresi Tuanku
RomanceElina Melvina hanyalah seorang gadis biasa yang bekerja sebagai pelayan di sebuah mansion yang megah dan mewah tapi tak seindah seperti tampak di luar saat masuk ke dalam,keadaan rumah atau mansion tempat dia bekerja yang tampak hanyalah kehampaan d...