Leo sudah datang dan siap dengan mobilnya, Alex segera keluar untuk menemui asisten kepercayaannya itu.
"Alex, kau ingin ke mana?" tanya Abraham saat melihat anaknya yang tampak rapi dan lebih hidup, terlebih saat dia melihat keberadaan Leo.
"Mansion utama, Papa." jawabnya datar.
"Sungguh?" tanya Abraham tidak percaya.
"Iya, aku ingin membereskan semuanya. Tidur terlalu lama tidak baik untukku." jawab Alex yakin, lalu segera menuju mobil yng sudah disiapkan oleh Leo.
"Lakukan yang terbaik, habisi dia dan balaskan dendammu!" ucap Abraham dengan wajah dinginnya dan Alex menggangguk mengerti.
Leo segera mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang, membawa tuannya ke markas utama, dia yakin jika semua anak buah melihat kedatangan Alex, pasti mereka semuanya terkejut serta senang karena pemimpin telah kembali datang.
Alex hanya diam dengan wajah dinginnya yang menakutkan, pikirannya hanya membayangkan wajah teduh dan hangat Elina, serta pesan-pesan ancaman yang ingin mencoba melukai pelayannya itu.
Beberapa menit akhirnya mereka sampai juga di markas utama, Alex segera turun dan semua anak buahnya terlihat terkejut melihat kedatangannya dan segera berbaris dengan serta menundukkan kepala mereka dengan hormat.
"Siapkan latihan menembak." perintah Alex lalu seseorang segera pergi melaksanakan perintahnya, "Leo, apa pekerjaanku hari ini? Jika bisa pilihkan yang dapat mengatasi haus darahku."
"Pekerjaan Anda sebenarnya sudah dihandle oleh Tuan Abraham selama enam bulan ini Tuan, tapi jika anda ingin pemanasan, hari ini kita berencana membunuh si pengkhianat Miko yang menjual denah mansion utama." ucap Leo memberitahu.
"Brengsek! Aku akan turun tangan mengatasinya sendiri, siapakan semuanya." Alex terlihat kesal.
Lalu dia kembali berjalan menuju area latihan menembak dan saat sampai dia segera memulai aksinya, meskipun awalnya tangannya tampak gemetaran memegang revolvernya, meskipun akhirnya juga bisa diatasi dengan baik.
Napasnya tampak terengah-engah sangat melelahkan memang tapi tidak apa itu langkah pertama yang harus dia lakukan, sebelum tubuhnya terasa kaku semuanya.
Alex menghabiskan waktu cukup lama di ruang latihan menembak, menguji kemampuannya dan beberapa jenis senjata api yang dia miliki.
Selesai dengan menembak, Alex kembali melakukan latihan fisik dengan adu pukul dan ternyata hasilnya tidak buruk, dia masih bisa menangkis seluruh serangan yang dilancadkan anak buahnya dengan baik.
Selesai dengan adu pukulnya, tentu saja dia istirahat dan menggantikan pakaiannya dengan pakaian bersih, nanti malam dia pergi dan membereskan anak buahnya yang berkhianat.
Namun pikirannya justru kembali memikirkan
Elina, tidak melihat wajah pelayannya itu sungguh membuat hatinya jadi tidak tenang."Tuan Anda tidak apa?" tanya Leo saat melihat Alex kembali melamun, dia juga jadi khawatir melihat keadaan tuannya itu.
"Iya aku baik-baik saja." jawab Alex yang langsung menatap asistennya itu.
"Besok kirim salah satu anak buah terbaik yang kita punya dan taruh di mansion kedua untuk menjaga seseorang." ucap Alex dengan perintahnya.
"Baik Tuan." Leo menganggguk mengerti.
Di malam harinya, Alex bersiap untuk pergi bersama beberapa anak buahnya, menempuh perjalanan beberapa menit akhirnya mereka sampai di sebuah flat kumuh yang tidak layak untuk dihuni sebenarnya.
"Dia ada di dalam?" tanya Alex dengan wajah datarnya.
"Iya Tuan." ucap salah satu anak buahnya, lalu dia mendobrak pintu flat itu dengan kasar dan terbuka.
Alex melangkahkan kakinya dengan angkuh dan masuk ke dalam hingga melihat seorang pria yang mengangkat tangannya dengan wajah pucat ketakutannya, terlebih dia melihat kedatangan bosnya.
"Kau menjual denah rumahku di mana Miko?" tanya Alex dengan raut dingin dan seriusnya, duduk disofa dengan menyilangkan kakinya dan Miko sama sekali tidak bersuara kecuali ketakutan, "Masih diam, tidak mau menjawab?"
"Aku tidak akan mengatakannya, tapi aku pastikan kekalahanmu, terlebih kau hanyalah pemimpin pengecut!" ucap Miko dengan raut marahnya serta ketakutan.
Alex tersenyum miring, lalu memasang brass knuckles di jari tangan kanannya alat pemukul dengan empat lubang yang dipasang di empat jarinya, jika melukai wajah seseorang tentu akan berakibat fatal ditambah dengan pukulan pemukulnya yang sangat kuat.
Bangkit dari tempat duduknya lalu menghampiri Miko, menarik kerah kemejanya dan melayangkan pukulannya, dia tidak tahu mengapa Miko hanya terpaku diam tidak mau membalas, padahal tadi dia bersikap arogan, "Kenapa kau diam saja, tidak berani melawanku?"
Alex benar-benar membabi buta menghajar Mike yang hanya berani melindungi dirinya tanpa berani untuk melawan.
"Sekali kau tidak mau mengatakan kau akan habis ditanganku!" ucap Alex penuh amarah.
"Aku tidak akan mengatakannya lebih baik aku mati." ucap Mike dengan wajah hancur penuh darah serta kesakitan.
"Baiklah jika itu maumu, tapi aju tidak akan membuat kematian yang muda untukmu." ucap Alex dengan seringai miringnya, lalu mengeluarkan belati dari saku jasnya.
Alex menancapkan belati itu di paha Mike cukup dalam dan membuat pria itu berteriak kesakitan, para anak buahnya terlihat menatap mengeri dan merinding ketakutan, melihat aksi Alex yang menyanyat tubuh Miko yang tampak mengenaskan.
"Tolong hentikan sakit...."
"Jadi katakan kau menjualnya ke mana?" tanya Alex dengan tanpa ekspresinya.
Sebelum Miko menjawab dia sudah dibunuh lewat tembakan jarak jauh tapi Alex bisa menangkap dari bibir Miko yang menyebut satu nama Christ sangat lirih.
"Sialan!" Alex sangat marah, lalu menatap jendela Miko yang memang sedari awal terbuka dengan ekspresi datarnya seolah tidak takut jika dia bisa saja menjadi korban.
"Tuan Anda baik-baik saja?" tanya anak buahnya yang khawatir.
"Aku baik, ayo kita pergi bereskan mayatnya dan bila perlu bakar flatnya." ucap Alex dingin, lalu keluar diikuti lainnya.
Tujuan Alex sekarang adalah pulang dan menemui Elina, dia butuh penenangnya untuk sekarang.
Beberapa menit akhirnya dia sampai juga di kediamanan keduanya, lalu langkah kakinya mencari di mana keberadaan pelayan pribadinya yang tentunya ada di kamarnya.
Alex mengetuknya pelan tapi tidak terbuka lalu membukanya dan bisa dia lihat jika Elina yang terlelap nyaman.
Dia usap lembut pipi pelayannya itu, dia berjanji untuk melindunginya dari Christ apapun yang terjadi karena dia sangat tahu jika Christ tidak akan main-main dengan ucapannya.
Elina mulai terusik saat Alex tidak hanya mengusap pipinya tapi juga bibirnya dan saat matanya mulai terbuka dengan benar, betapa terkejut dirinya melihat tuannya ada di kamarnya dan itu membuatnya panik serta langsung terbangun, "Tuan, maaf...."
"Hei jangan langsung bangun seperti ini, kepalamu akan pusing." ucapnya dengan lembut.
Nada lembut itu sungguh tidak baik untuk jantung Elina yang tiba-tiba berdetak sangat kuat dan membuat rasa yang sulit dia jelaskan hinggap di hatinya, "Ada yang bisa aku bantu Tuan?"
"Aku lelah hari ini." ucap Alex dengan lesuh.
"Tuan harus istirahat jika begitu, tapi sudah makan?" tanya Elina lembut dan berusaha menghilangkan rasa gugupnya.
"Aku belum makan, ingin makan disuapi tapi jika ingin makan sup ayam." ucap Alex dengan lesuh.
"Astaga, Tuan tidak boleh melupakan waktu makan malam. Aku akan menyiapkan makanan yang Tuan inginkan." Elina buru-buru bangun, lalu keluar dan melupakan rasa kantuknya, karena kondisi Alex yang utama dia tidak mau tuannya itu terjatuh sakit lagi, dan Alex yang menyusul Elina dari belakang dengan senyum tipisnya.
TbC
Maafkan typo dan lainnya🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
Depresi Tuanku
RomanceElina Melvina hanyalah seorang gadis biasa yang bekerja sebagai pelayan di sebuah mansion yang megah dan mewah tapi tak seindah seperti tampak di luar saat masuk ke dalam,keadaan rumah atau mansion tempat dia bekerja yang tampak hanyalah kehampaan d...