16❣

78 11 0
                                    

Bab 16 : Niat Ardan

"Wah tumben adik kesayangan aku dateng kesini tanpa ngasih kabar," sambut Jissa yang sedang menjadi kasir di Kafenya.

Ardan sudah memberi tau kalau dia tidak bisa mengantar Sena pulang, karena kesal Sena memutuskan untuk mampir terlebih dahulu ke Kafe Jissa sebelum pulang ke Apartmen.

"Vanilla latte satu high sugar, lagi butuh yang manis-manis," ucap Sena dengan ketus.

Jissa hanya terkekeh melihat Sena. Setelah Sena menerima pesanan dan membayarnya pada Jissa, Sena segera mencari tempat duduk kosong di sudut ruangan.

Walaupun Kafe tersebut milik Kakak sepupunya, Sena tetap membayar setiap apa yang ia pesan. Bisnis dan uang tidak mengenal kata saudara, itu termasuk salah satu dukungan Sena untuk Jissa.

Jissa menghampiri Sena sambil membawa sebuah roti rasa keju kesukaan adik sepupunya tersebut.
"Kok pulang sendiri, Ardan mana?"

"Nganter temennya. Lagian tuh orang kalau nggak bisa anter jemput nggak usah sok-sokan nawarin diri, gue jadi repot."

"Penting kali Sen. Dia bilang mau kemana?"

"Nggak bilang, biarin aja deh gue nggak perduli."
Setelah minum sampai setengah gelas, kemudian Sena menyantap roti pemberian Jissa dengan lahap.
"Kayaknya dia udah sembuh deh Kak, gue nggak mau bantu apa-apa." Nada bicara Sena masih mengandung emosi.

"Sembuh gimana maksud lo? Baru juga kemarin kita bahas masa lo udah mau nyerah." Jissa nampak kecewa atas keputusan Sena yang terlalu mendadak.

"Kata Yuqi kemarin Ardan pulang bareng perempuan yang dateng ke Kantor setelah kita semua pulang. Pantes dia acuhin gue."

Jissa menahan diri untuk tidak tertawa, ia hanya tersenyum mendengar penuturan Sena yang seperti orang cemburu.
"Oo gara-gara itu."

"Kok lo senyum si Kak!"

"Ih terserah gue, mulut-mulut gue," kilah Jissa yang akhirnya terkekeh kecil.

Sena sudah selesai menghabiskan roti kesukaannya, kemudian ia tenggak lagi minumannya sampai habis."Gue nggak masalah dia mau pergi sama siapa kek, mau sama ceweknya juga terserah. Setidaknya kalau ada apa-apa tuh kabarin, jadi gue nggak nunggu sampe nyediain sarapan segala kayak kemarin. Trus tadi pagi bilang mau anter jemput eh tiba-tiba ngebatalin." Sena jadi emosi kembali mengingat hari kemarin. Padahal jujur saja Sena sudah sedikit salting setelah tadi malam Ardan menggendongnya ke kamar ketika tidur.
"Pantesan dia bilang berusaha buat menghindar, tapi nggak bisa. Taunya dia mau membiasakan diri dengan perempuan lain, tapi nggak enak kali karena gue masih sakit gara-gara dia."

Jissa masih setia mendengar ocehan Sena, ia hanya duduk santai sambil sesekali menahan tawa. "Hari ini dia udah bilang nggak bisa nganter pulang?"

"Bilang."

"Tuh bilang, trus kenapa lo masih kesel?" Cecar Jissa sambil tersenyum menggoda.

"Itu karena ng--ggak tau ah pokoknya gue masih kesel masakan gue kemarin jadi sia-sia."

Tawa Jissa akhirnya pecah membuat Sena semakin kesal.

"Ngeselin lo kak, puas banget ngetawain gue."

"Sorry lo abisnya lucu ngomel gitu." Jissa benarkan kembali posisi duduknya, pandangannya kemudian tertuju pada pengunjung Kafe yang baru saja datang. "Biar nggak salah faham mending obrolin berdua deh Sen. Lo ngambeknya langsung ke Ardan aja jangan ke gue."

"Nggak mau, biar dia sadar sendiri kalau dia itu salah. Lagian dia pasti lagi berduaan sama temen ceweknya itu sekarang."

"Kata siapa Ardan berduaan sama temen ceweknya. Tuh orangnya dateng." Jissa mengarahkan dagunya ke arah luar Kafe, Ardan baru saja keluar dari mobilnya. Sena terperangah tak menyangka Ardan akan datang juga ke Kafe Jissa.

Karena Kamu | (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang