21❣

82 9 0
                                    

Bab 21 : Confess

Weekend bagi Sena saatnya menghabiskan waktu hanya untuk bermalas-malasan saja. Contohnya hari ini Sena bangun siang, ia sampai lupa mengantar Jissa ke Kafe.

Sena tergesa-gesa keluar dari kamarnya untuk mencari Jissa. Jam dinding di ruang tengah sudah menunjukan pukul sembilan pagi. Melihat seluruh ruangan sepi, Sena kembali ke kamar untuk mencari ponselnya lalu menghubungi Jissa.

"Hallo Kak."

"Iya Sen, kenapa?"

"Sorry gue bangun kesiangan. Lo kok nggak bangunin gue sih Kak."
Sena merasa tidak enak membiarkan Jissa berangkat ke Kafe sendiri.

Terdengar kekehan kecil Jissa disebrang telepon. "Gue dijemput Yuda hehe. Hari ini dia mau bantuin di Kafe. Udah lo santai aja, abisin hari libur lo buat senang-senang."

"Huft, syukurlah kalau ada yang nganter. Gue kira lo berangkat sendiri Kak. Dah ya gue mau mandi dulu."

"Iyaaa."

Setelah sambungan telepon dengan Jissa dimatikan, Sena kembali menghubungi seseorang.

"Hallo sayang."

Sena merotasikan matanya mendapat sambutan seperti itu dari sebrang telepon, tapi ia tetap berusaha sesantai mungkin.
"Lagi sibuk? Kok lama banget jawab teleponnya."

"Baru selesai mandi sayang, kangen ya?"

"Nggak usah bercanda Bapak Ardan yang terhormat!" Pada akhirnya Sena sedikit emosi mendengar Ardan yang malah terdengar nyaman terus-terusan menyebut kata sayang untuknya.

"Ya udah, kalau gitu ada apa calon istri aku telepon pagi-pagi gini?"

"Aku mau minta maaf soal kemarin Dan." Sena mulai bersandar pada dipan tempat tidur sambil memeluk bantal. Ia sudah siap jika harus mendapat makian dari Ardan atas tindakannya kemarin.

"Maaf? Untuk apa?"

"Kemarin aku manggil kamu sayang karena ada Pak Chris. Aku sungkan terlalu lama berduaan sama dia jadinya aku bilang di jemput calon suami."

"Kenapa harus minta maaf, memang kenyataan kan kita ini calon suami istri."

"Aku kemarin cuma pura-pura aja. Sekarang aku tarik lagi kata-kata aku. Maaf aku lancang." Nada bicara Sena terdengar memelas berharap Ardan mengerti maksudnya.

"Udah bikin aku baper trus kamu bilang cuma pura-pura? Nggak bisa, aku nggak terima. Pokoknya status kita sekarang calon suami istri, titik!"

"Dan, please maafin aku. Ini cuma salah pah--"

Tut tut tut..

Panggilan telepon dimatikan secara sepihak oleh Ardan. Sena menghela napas pasrah atas tindakan Bossnya tersebut. Sena menyesali segala ucapannya yang kemarin, Ardan bukan pria yang bisa diajak bercanda soal hubungan apalagi Ardan sudah terang-terangan mengakui kalau mereka calon suami istri.





***

Sudah jam lima sore, sebentar lagi para muda mudi mungkin bersiap menikmati malam minggu untuk berkencan. Tidak dengan Sena, gadis itu hanya menghabiskan waktunya berbaring di sofabed sambil menonton drama korea serta ditemani setumpuk camilan.

Terdengar suara bell pintu, Sena bangkit lalu menghela napas dalam-dalam setelah melihat siapa yang datang melalui layar monitor intercome.

"Mau apa?" Tanya Sena saat membuka pintu unitnya.

Karena Kamu | (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang