9❣

71 13 0
                                    

Bab 9 : Tatapan itu datang lagi

Ardan yang sedang berdiri di balkon kamar terkejut melihat sebuah mobil masuk ke halaman parkir rumahnya. Mobil yang sangat ia kenali. Setelah yakin, Ardan bergegas turun ke lantai satu untuk memastikan penglihatannya tidak salah.

"Kak Jissaaaa," sambut Kania diambang pintu utama lalu mereka melakukan high five.

Jissa dan Kania saling kenal berkat sebuah acara penggemar, usia tidak menjadi penghalang bagi persahabatan mereka. Kini keduanya sudah memakai kaos yang sama yaitu kaos berlogo EXO untuk menghadiri acara birthday event.

"Kania siapa yang dateng?" Tanya Ardan.

Kania menatap aneh sang kakak yang tengah menuruni anak tangga dengan tergesa-gesa.

"Ini yang dateng Kak Jissa," jawab Kania.

Sampailah Ardan dilantai satu, ia berdiri berhadapan dengan Kania serta Jissa. Ardan sedikit kecewa ternyata bukan Sena yang datang padahal jelas-jelas ia melihat mobil yang datang adalah mobil milik Sena.

"Kak Jissa kenalin ini Ardan Kakak aku," ucap Kania.

Jissa hampir saja tersedak mendengar nama yang disebutkan Kania, tapi nama Ardan di dunia ini tidak hanya satu jadi Jissa tak mengambil kesimpulan kalau Ardan yang dimaksud adalah Boss baru Sena.

"Ardana Jedan panggil aja Ardan," ucap Ardan. Ia ingat Sena pernah bercerita tentang Kakak sepupunya bahkan Ardan juga pernah masuk ke kamar Jissa bersama Sena untuk melihat koleksi Jissa tentang EXO.

"Jissa." Jissa membalas uluran tangan Ardan sambil tersenyum, ia akhirnya yakin kalau Ardan adalah Boss baru yang pernah Sena ceritakan. Dunia begitu sempit pikirnya.

"Jissa?"

Kali ini Jissa benar-benar terkejut melihat Jeffyn yang baru saja keluar dari salah satu kamar.

"Jeff?"

"Apa kabar Jiss?" Jeffyn menghampiri Jissa yang masih terperangah melihatnya.

"Lho Bang Jeff kok kenal sama Kak Jissa?" Tanya Kania.

"Mantan kakak ipar nggak jadi," jawab Jeffyn yang diakhiri kekehannya.

"Oo mantan pacarnya Kak Sena dong?"

"Yap betul, seratus buat kamu Kania."

"Kamu tinggal disini Jeff?" Jissa masih terlihat bingung. Jeffyn pun menganggukan kepala.

"Iya, ini rumah om sama tante aku Jiss. Sena gimana? Masih sakit?"

"Pasti sakit lah Jeff, kan lukanya juga baru. Lagian tuh anak udah gede masih aja jatuh nggak tau mentingin apa kayaknya buru-buru banget waktu sempet pulang ke Apartmen."

Mendengar penuturan Jissa perasaan Ardan mendadak gelisah. Andai Jissa tau Sena terluka karena dirinya yang menyuruh mengambil flashdisk dalam waktu singkat, pasti Jissa langsung memarahinya.

"Kania, Bang, bilang mama papa gue mau cari angin dulu," pamit Ardan pada adik dan Kakak sepupunya.

"Dan, kalau mau ngadem AC di Apartmen gue enak tuh," ujar Jissa dengan senyuman tipisnya. Ardan hanya menganggukan kepala seraya mengambil kunci mobil dari nakas dekat ia berdiri.












***

Benar saja apa yang dikatakan Jissa tadi, Sena merasakan demam akibat luka pada lututnya. Obat yang ia minum hanya meredekan rasa sakit beberapa saat, kini Sena kembali meringis.

Dalam keadaan remang-remang lampu tidur, Sena berusaha membuka matanya. Ia sangat lelah dan mengantuk, tapi harus ke dapur mengambil air minum karena haus.

Karena Kamu | (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang