10❣

77 11 0
                                    

Bab 10 : Cemburu ?

Sinar mentari sudah mengintip dari balik jendela. Kedua mata Sena mengerjap, ia merasa ada sesuatu yang berat menahan pergerakan tubuhnya.
Ternyata lengan Ardan berada diatas perut gadis yang masih setengah sadar tersebut. Napas Ardan juga terdengar sangat teratur dekat telinga Sena. Sena kemudian menggeser lengan Ardan secara perlahan.

"Udah bangun?" Ardan dengan suara paraunya. Ia tak sadar kalau posisinya dengan Sena terlalu dekat, padahal tadi malam ada dua buah guling yang menjadi pembatas diantara mereka.

"Dan, berat." Sena menepuk pelan lengan Arda sampai akhirnya Ardan sadar telah lancang.

"Maaf maaf aku nggak sadar." Ardan menyingkirkan lengannya dari atas perut Sena. Kemudian ia segera menjaga jarak dari Sena seraya mengusak kedua matanya. Seingat Ardan tadi malam yang ia peluk adalah guling, tapi pagi ini malah Sena yang berada didalam pelukannya.

Sena duduk dengan posisi kedua kaki yang menggantung ditepi tempat tidur. Ia merutuki dirinya sendiri yang tidak sadar tertidur didalam pelukan Ardan. Kedua pipinya memanas, ia ingin cepat-cepat keluar dari kamar. Namun, sayang keadaan lututnya tak mendukung untuk bisa berlari.

Tanpa aba-aba Ardan mengangkat tubuh Sena ala bridal style.

"Dan, turunin aku masih bisa jalan," pekik Sena yang terkejut atas tindakan Ardan.

"Udah diem. Kamu masih bisa jalan, tapi lelet," ujar Ardan. Akhirnya Sena pasrah sampai dirinya dan Ardan berada di dalam kamar mandi.

Ardan mendudukan Sena diatas wastafel.

"Cuci muka, sikat gigi abis itu kita sarapan," ucap Ardan.

"Gimana aku mau cuci muka kalau kerannya ada di belakang aku," protes Sena. Selain keran ia juga membelakangi cermin, Sena pasrah seperti apa bareface nya kali ini dihadapan Ardan, ia berharap tidak ada jejak air liur kering di sudut bibirnya.

"Ya udah sikat gigi dulu," titah Ardan. Lucunya Sena menurut saja apa yang diperintahkan Ardan.

Ardan hanya tersenyum memperhatikan mulut Sena yang dipenuhi busa pasta gigi.
Rambut hitam lurus panjang, bulu mata lentik, hidung mancung, bibir pink ranum, membuat Sena mendapat gelar sebagai gadis cantik bagi Ardan.

"Dan, aku susah mau kumur-kumur."

Ardan membantu Sena untuk turun. Gadis itu mulai kumur-kumur menghadap cermin setelah itu ia segera mencuci wajahnya. Sedangkan Ardan masih setia mengungkung tubuh Sena dari belakang kedua lengannya menumpu pada wastafel.

"Aku udah selesai, giliran kamu," ucap Sena sambil memandang wajah Ardan melalui pantulan cermin.

"Ambilin sikat gigi sama odolnya," pinta Ardan.

Sena menganggukan kepala kemudian ia mengambil sikat gigi yang masih baru lalu mengoleskan odol diatasnya.

"Ini sikatnya."

"Sikatin." Ardan sudah menunjukan barisan gigi-gigi rapihnya pada Sena.

"Nggak, kamu sikat gigi sendiri. Kaki aku masih sakit kalau berdiri lama-lama," tolak Sena.

Ardan kembali mengangkat tubuh Sena keatas wastafel layaknya sebuah boneka yang tak memiliki berat.
"Kalau posisinya gini nggak sakit kan?" kekeh Ardan.

Andai lututnya sedang tidak terluka ingin rasanya Sena menendang Ardan. Namun, kali ini ia harus menyerah dan akhirnya Sena menyikatkan gigi Ardan sampai bersih. Ardan terlihat senang, tapi tidak dengan Sena, jantungnya sedang berdetak lebih cepat. Bertahun-tahun tidak melakukan skinship dengan seorang pria, kini Sena melakukannya dengan Ardan.

Karena Kamu | (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang