26❣

52 9 0
                                    

Bab 26 : Cinta pertama Ardan

Cutinya masih Sena nikmati bersama camilan favorit dan juga beberapa drama korea.

Banyak orang bilang saat jatuh cinta suasana hati akan selalu berbunga-bunga. Hal tersebut sedang dirasakan oleh Sena disetiap harinya, tapi sayang ada hal yang mengganggu saat Sena melihat notifikasi pada layar ponselnya.

"Gue berangkat dulu ya Sen." Suara Jissa dari arah kamar membuyarkan fokus Sena pada layar ponselnya.

Jissa yang masih menyandang status single itu selalu berdandan feminim dengan rambut yang terurai panjang, sedikit di ikalkan ujungnya. Sena tetap tersenyum sambil memandangi setiap inci kecantikan sang kakak, beruntung Jissa tidak sadar kalau Sena sedang menyembunyikan ponselnya kebawah bantal kursi. Sena tidak mau Jissa sampai baca pesan yang masuk dari Jeffyn tadi.

"Iya hati-hati Kakak cantik," balas Sena. Senyumnya merekah mengiringi Jissa sampai meninggalkan unit mereka.

Setelah kepergian Jissa, Sena ingat kantung sampah daur ulangnya belum ia buang. Akhirnya ia memutuskan untuk membuang sampah tersebut terlebih dahulu sebelum membalas pesan dari Jeffyn.

Tidak jauh, Sena menaruh kantung sampahnya ke sudut lantai tempat unitnya berada. Nanti petugas kebersihan harian yang akan mengambilnya.

Saat Sena kembali dari tempat membuang sampah, netranya tak sengaja melihat Mahen. Rasa penasarannya tentang masa lalu Ardan yang dikatakan oleh Jeffyn melalui pesan singkatnya.

"Mahen!" Seru Sena. Sena berlari kecil menghampiri tetangganya tersebut.

"Hai Arsenal," balas Mahen seraya mengangkat salah satu tangannya.

"Kok pagi-pagi udah balik lagi, nggak ke studio?"

"Mau ada temen yang dateng Sen, jadi gue balik lagi," jawab Mahen.

"Trus lo sibuk nggak Hen?"

"Nggak, cuma nunggu temen aja paling."

"Ehm itu Hen, g-gue mau tanya-tanya soal Ardan boleh?"

"Boleh-boleh mau tanya soal apa? Btw masuk aja yuk nggak enak ngobrol sambil berdiri." Mahen menawarkan Sena untuk masuk ke unitnya. Namun, Sena masih terdiam ditempatnya berdiri.
Melihat Sena yang tampak ragu melangkah, Mahen tersenyum gemas.
"Pintunya nggak gue tutup kok, ayo masuk," ajak Mahen lagi dan akhirnya Sena setuju.

Nuansa yang di dominasi oleh warna biru menyambut kedatangan Sena di ruang tamu unit milik Mahen.
Meski statusnya sebagai pemuda lajang unit Mahen termasuk rapih dan bersih. Ada dua buah gitar terpajang dekat nakas yang berisikan beberapa piala. Sena tau kalau Mahen hebat dalam hal musik karena ia pernah tak sengaja mendengar Mahen bernyanyi bersama sahabatnya di rooftop gedung Apartmen.

"Duduk Sena, ntar betis lo gede berdiri terus." Sudah tidak aneh bagi Sena, Mahen memang terkenal receh alias mudah bercanda dan tertawa. Mendapat titah dari si empunya unit, Sena pun duduk berhadapan dengan Mahen.

"Mau tanya apa Sen?" Mahen kemudian menyodorkan satu botol air mineral kepada Sena.

"To the point aja ya Hen, Ardan waktu kuliah punya pacar nggak? Lo kan pernah cerita kalau Ardan, gue mau tau aja apa sebabnya dia mendadak ansos."

"Sen, jangan bilang lo udah jadi pacarnya Ardan?" Mahen menatap Sena penuh telisik sehingga membuat gadis yang ditatapnya itu sedikit gelagapan.

"Ng-nggak Hen belum, status gue masih sebagai karyawan dia. Cuma bedanya dia lebih dekat sama gue dibanding sama karyawan lain." Sena terpaksa berbohong karena ia malu jika ketahuan mengorek informasi hanya karena penasaran.

Karena Kamu | (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang