25❣

61 9 2
                                    

Bab 25 : Pacar Pertama

Arsena
Sorry Kak gue baru cek hp

Jissa
Ngapain aja si sampe chat dari gue dianggurin? 😡

Arsena
Ada Ardan, masalah gue sama dia udah selesai Kak

Jissa
Selesai gimana nih maksudnya?

Arsena
Gue minta waktu untuk ngasih jawaban yang pasti😊

Jissa
Waaaaaa congrats Sena 🤩😚🎉🥳
Akhirnya adek gue bakalan nggak single lagi

Arsena
Thank's Kak
Doain pendekatan gue lancar

Jissa
Pastiii gue doain
Ya udah sana lanjut lagi
Sorry ganggu yang lagi pdkt hehe

Arsena
Lebay 😑

"Chat sama siapa?" Tanya Ardan. Ia melirik ponsel yang Sena letakan kembali diatas nakas.

"Kak Jissa," jawab Sena.

"Aku balik lagi ke Kantor ya ada berkas yang lupa dicek," pamit Ardan seraya memakai kembali jas yang sejak datang tadi ia sampirkan di punggung sofa.

"Iya hati-hati, kalau udah sampai Kantor kabari aku Dan."

Sena berdiri berhadapan dengan Ardan.
Tanpa dipinta, Sena membantu merapihkan jas yang Ardan kenakan. Pandangan Ardan fokus pada wajah Sena yang sudah terlihat lebih baik, kedua matanyapun tidak lagi sembab.

"Take your time," ucap Ardan. Jemarinya mengusap lembut pucuk kepala Sena.

"Iya." Sena menganggukan kepala sambil menikmati degub jantung yang mulai tidak karuan. Sena sedikit mendongak memperhatikan Ardan yang mulai mengikis jarak diantara mereka. Ardan kembali memeluk Sena, ia tenggelamkan wajahnya di ceruk si gadis sambil menikmati setiap harum yang selalu memanjakan indra penciumannya.

"Sena, sekali lagi terima kasih karena kamu masih mau kasih aku kesempatan. Maaf udah berprasangka buruk kemarin."

"Aku juga terima kasih Dan karena kamu udah mau nunggu aku," balas Sena seraya melepaskan diri dari pelukan Ardan.

"Aku harap kamu nggak akan bosan, risih atau nolak setiap aku kayak gini." Kemudian Ardan mengusap pipi Sena dengan lembut.

"Kalau aku risih dan nolak, emangnya kenapa Dan?"

"Karena kamu bisa rugi nolak jadi pacar pertama seorang Ardana Jedan yang notabennya senior paling famous dulu di Kampus."

Satu pukulan lembut mendarat di lengan Ardan dari Sena. Keduanya tertawa ringan setelahnya. Jujur saja Sena merasa bahagia mendengar itu, tapi yang pertama bukan berarti jadi yang terakhir bukan?











***

Hari ini Jissa tidak pulang malam dari Kafenya, jam lima sore sudah sampai di Apartmen. Ia ingin memastikan Sena sudah merasa lebih baik dari sebelumnya.

"Lo beneran menang event video call kak?" Sena bertanya sambil mengunyah camilan. Jissa baru saja keluar dari kamar segera mendudukan dirinya disamping Sena.

"Beneran dong masa bohong. Lo gimana sama Ardan?"

"Ya gitu deh."

"Kok jawabnya kayak nggak semangat." Jissa memiringkan kepala menatap sang adik penuh telisik.

Sena meletakan toples camilannya diatas meja kemudian menghela napas dalam-dalam sebelum ia cerita.
"Gue akui gue sayang Ardan, mungkin udah menjurus jadi cinta, tapi gue masih belum yakin 100% kak."

"Lo takut Ardan tau semuanya trus lo diputusin gitu?"

Sena mengangguk lesu.

"Gini ya Sena. Gue kan udah bilang kalau cinta jangan terlalu dalam, sisain sedikit ruang buat tempat lo melepas rasa sedih. Andai dia tau keadaan lo trus ninggalin lo gitu aja, ya nantinya nggak nyesek banget. Udah deh jalanin dulu jangan kebanyakan over thinking. Nikmatin, pacaran normal kayak orang lain. Lo jadi parnoan gini karena udah terlalu lama nggak menjalin hubungan."

Senyum Senapun mengembang seraya bernapas sedikit lega mendengar nasehat dari Jissa. "Iya Kak gue coba jalani dulu."

"Sip, itu namanya adek gue," ucap Jissa di iringi kekehannya.

"Kak, aneh nggak si kalau Ardan terlalu cepet confess? Kita tuh baru kenal, tapi dari awal dia udah semangat banget deketin gue."

Mendengar Sena yang lagi-lagi ragu membuat Jissa mendengus kesal. "Kenapa aneh, cinta pada pandangan pertama kan bisa aja Sen. Lagian lo cantik, baik jadi dia nggak salah suka sama lo." Jissa diam sejenak. "Anehnya cuma di awal-awal aja si menurut gue, dia kayak bersikap melindungi lo banget sampe mau nginep ngerawat luka lo trus anter jemput padahal lo luka kecil bukan patah tulang."

"Nah itu maksud gue Kak. Gue merasa dia bertanggung jawab banget atas diri gue."

"Udah lah jangan dilanjut lagi obrolan kita, makin ngawur. Mending lo traktir gue sekarang sebagai pajak baikan."

"Hahaha dasar lo Kak, pulang cepet emang ternyata ada maunya."











***

Malam pun tiba, Sena bahkan merasa waktu berjalan begitu cepat dan ia harus selalu menghabiskan waktu setiap detik untuk memikirkan jawaban apa yang pantas untuk Ardan.

Getar ponsel kembali menyadarkan Sena dari fokusnya pada layar televisi. Sena tersenyum tatkala melihat nama yang terpampang pada notifikasi panggilan telepon.

"Hai Dan," sapa Sena malu-malu.

"Lagi apa?"

"Biasa, nonton drakor."

"Udah makan malam?"

"Udah. Kamu sendiri udah makan malam?"

"Udah tadi bareng papa, mama, Kania dan bang Jeff."

"Wah seru ya makan malam bareng. Aku sendirian soalnya Kak Jissa balik lagi ke Kafe karena ada yang ketinggalan."

"Besok-besok mau aku temenin?"

"Eh ng-nggak usah Dan. Ngerepotin banget cuma makan aja harus ditemenin."

Suara kekehan Ardan terdengar disebrang telepon. "Ya nggak harus dateng juga Sena, kan bisa video call."

"Nggak usah Dan aku udah biasa sendiri."

"Besok-besok biasain minta temenin aku ya kalau kamu merasa kesepian. Kalau lagi nggak sibuk aku usahain temenin kamu."

"Iya bapak Ardan."

"Btw nanti datang ya ke ultah Mama. Mama mau semua karyawan datang."

"Oke Dan aku usahain, tapi aku belum beli kado. Gimana?"

"Emang nggak boleh bawa kado kok. Mama nggak mau terima hadiah, cuma mau berbagi kebahagiaan aja karena bertambah usia. Mama mintanya di doain yang baik-baik."

"Oo gitu, ya udah aku nggak beli."

"Mau aku jemput?"

"Nggak usah dijemput, soalnya kak Jissa juga dapat undangan dari Kania."

"Oke, aku tutup ya teleponnya. Jangan marathon drakor sampe larut malam. Good night Sena."

"Night Ardan."

Mas Jeffyn
Sena, kalau Ardan ngajak serius jangan langsung diterima
Seinget aku dia masih ada hubungan sama temen kampusnya dulu
Semoga aja dugaan aku salah
.
.
.
.
.
Bersambung...

(25 April 2022)

Yang masih setia nunggu book ini, trims ya :)
See u next chapter.

Revisi 29 Juni 2023

Karena Kamu | (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang