28❣

67 10 0
                                    

Bab 28 : Kesalahan Terindah

Kesan pertama Sena saat tiba di rooftop rumah Ardan adalah takjub sampai tak sadar mulutnya sudah menganga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kesan pertama Sena saat tiba di rooftop rumah Ardan adalah takjub sampai tak sadar mulutnya sudah menganga. "Waahh Dan, keren banget ini." Kedua mata Sena berbinar seraya memperhatikan setiap sudut yang terlihat nyaman.

"Suka?" Tanya Ardan sambil tersenyum.

Sena menganggukan kepala antusias. "Suka banget Dan. Aku kalau punya rumah gini lebih baik kerja di rumah aja deh, gampang nyari inspirasi kayaknya."

"Kalau aku kerja di rumah nanti nggak ketemu kamu," ujar Ardan tak terima.

Dari rooftop ini Sena bisa melihat jelas dibawah sana pesta masih berlangsung. Musik jazz mengiringi kebahagiaan si tuan rumah serta para tamu undangan.

Sena berjalan mendekati sebuah meja kemudian ia letakan piring berisi puding yang ia bawa dari tempat pesta di lantai bawah.

Betapa terkejutnya Sena saat dua lengan kekar Ardan melingkar erat pada perutnya.

"Kenapa Dan?"

"Nggak apa-apa, biarin aku gini dulu. Kamu lagi dihukum nggak boleh lepas dari pelukan aku." Kedua mata Ardan terpejam menikmati setiap aroma segar yang menguar dari tubuh Sena. Wajahnya ia tenggelamkan pada tengkuk si gadis.
"Sena."

"Hm?"

"Mau janji lagi sama aku?"

"Janji apa lagi?"

Ardan sempat menghela napasnya sejenak. "Jangan natap Bang Jeff lebih dari tiga detik ya."

Sena mengernyitkan dahi setelah itu ia berbalik badan seraya melepaskan pelukan Ardan. "Nggak bisa, nanti kalau di Kantor ada rapat atau ada hal yang harus aku diskusiin sama dia gimana? Masa aku ngobrol, tapi matanya natap ke arah lain. Nggak sopan."

"Kecuali di Kantor, selain urusan kerjaan kamu nggak boleh natap dia lama-lama."

Sena berjalan mendekati kursi panjang lalu duduk dengan nyaman disana. "Aku usahakan, tapi aku nggak mau janji Dan. Daripada kamu ngambek mending makan puding sini aku suapin." Salah satu tangan Sena mulai mengambil potongan puding tersebut menggunakan garpu kecil.

Ardan merotasikan matanya, ia pun segera mendaratkan bokongnya di samping Sena.
"Kamu nyuruh aku makan terus. Kalau aku gendut trus abs aku ilang gimana?"

"Ya nggak apa-apa. Segendut apapun kamu tetep muat kok di hati aku."

Satu tarikan lengan Ardan pada pinggang Sena berhasil membuat tubuh keduanya tak berjarak lagi. "Nakal ya udah bisa gombal, siapa yang ajarin hm?" Tatapan Ardan perlahan turun dari iris milik Sena menuju bibir ranum nan tipis kekasihnya tersebut.

Berada dalam jarak posisi wajah yang cukup dekat membuat suasana malam yang sejuk berubah menjadi hangat. Embusan napas Ardan pada pipi Sena membuat perut gadis itu seperti sedang di hinggapi banyak kupu-kupu.
"A-aku nggak gombal Dan." Sena menelan salivanya dengan kasar. Salah satu tangan Ardan masih bertahan pada pinggangnya, sedangkan lengan Sena tengah menahan dada Ardan sebagai pembatas.

Karena Kamu | (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang