24 end

1.6K 111 3
                                    


.
.
.

"Momaaaaaaa" Felix menoleh, ketiga anaknya berlari bersamaan ke arahnya. Sedangkan di belakangnya ada Hyunjin berjalan dengan santai.

"Wee misss uuu" ujar ketiganya langsung memeluk Felix begitu sampai.

"secepat itu? kalian kan hanya pergi ke sekolah beberapa jam?" ucap Felix heran dengan ketiga anaknya.

"Tentu sajaa berbedaa, untuk Jiyeon satu menit ga liat moma itu udah kayak ga liat moma selama 1 tahun" Felix tertawa mendengar celoteh Jiyeon yang seperti mengada-ngada.

"cih hanya setahun? klo Mingrui udah kayak 100 ribu juta tahun ga ketemu moma" tambah si bungsu makin melebih-lebih kan.

"nih yah Rui, klo noona udah kayal 1 triliun abaad ga ketemu" tambah Siyeon, jelas itu membuat si bungsu kebingungan.

"momaa 1 triliun abad itu berapa banyak?" tanya Mingrui. "Pergi tanya appamu saja sana" ucap Felix menghindari pertanyaan aneh Mingrui.

"Appaaaa" mendnegar namanya di panggil, Hyunjin langsung berjalan ke ruang tengah tempat Felix dan yang lain berkumpul. Hyunjin tadi sedang mengambil minum di dapur jadi tidak begitu mendengarkan pembicaraan anatar ibu dan anak tadi.

"yaa?"

"1 triliun abad itu berapa banyak?" tanya si polos Mingrui. Mendnegar itu Hyunjin menatap kedua kakaknya dengan arti 'haruskah?'. Jiyeon dan Siyeon hanya tersenyum senang dan makin mengeratkan pelukan mereka. Senang, mendapatkan banyak space.l setelah Mingrui pergi ke Hyunjin.

"Sudah-sudah, sekarang lebih baik kalian pergi mandi lihat ini, kalian bau jadi mandi bersih pake baju lalu turun makan, Moma ingin memanaskan makanan" ujar Felix melepaskan pelukan Jiyeon dan siyeon.

"Nee Momaaa" ucap ketiganya langsung berjalan menuju kamar masing-masing.
.
.
.

"Jiyeon, jangan ngemil snack. Nanti kenyang duluan loh" tegur Felix melihat putra sulungnya sedang menggenggam Satu bungkus snack.

Dan Jiyeom sudah selesai mandi, Felix saja kaget melihat putranya keluar dari kamarnya dengan cepat.

"Momaa laparrr"

"iya tau, ini juga udah mau siap. Sisa memanasi yang satu ini lalu menunggu yang lain turun" Ujar Felix menarik snack yabg digenggam Jiyeon, membuat Jiyeon membuat wajah cemberut.

"lebih baik bantu moma menata meja, sana taruj piring dan sendok, cepatlah" Felix menggantikam snack tadi dengan setumpuk piring. Jiyeon menghela nafas panjang dulu, setelaj itu baru pergi menata piring di atas meja makan.

Sekesal-kesalnya Jiyeon tidak mungkin dia menolak ucapan sang ibu. "Ah yah, Momaa aku mau bertanya" ucap Jiyeon di sela-sela kegiatannya mengatur piring.

"apa itu?" Sedangkan Felix baru saja mematikan kompor, dan menghidangkan makanan yang dipanasinya barusan ke dalam mangkuk.

"waktu itu, di lorong samping kafe itu moma kan?" Tanya Jiyeom seiring dengan itu dia jiga sudah selesai menata piring di atas meja. Felix sendiri yang sedang menghidangkan makanan tadi terhenti lalu menatap putranya.

Menatap Jiyeon yang sudah berdiri di sebrang pantry. Hendak mengambil sendok di dalam tempat sendok.

"yeah, itu moma" jawab Felix dengan wajah sendu, cukup sakit saat mengingat kejadian itu.

"I knew it, tidak mungkin aku lupa harum tubuh momaa, wajah momaa jugaa meski samar-samar terlihat" ucap Jiyeon dengan girang.

"Maafkan moma" Jiyeon menoleh menatap Felix yang kini sudah menunduk sambil menahan air matanya. "Maafkan moma yang pergi ninggalin kalian, mungkin aku tidak pantas disebut sebagai seorang ibu lagi" ucap Felix menahan isak tangis.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 16, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Death bed-HyunlixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang