Sepasang suami istri yang baru menikah enam bulan lalu, terlihat menikmati perjalanan dengan bahagia. Tangan kiri Kendra sang suami yang terlihat kokoh, memegang tangan Eva, istrinya. Sementara satu tangannya yang lain tetap mengendalikan kemudi. Meskipun sepanjang perjalanan mereka sering melempar senyum dan melakukan gerakan romantis, Kendra masih fokus dengan jalanan di depannya.
Eva yang merasa beruntung bersuamikan Kendra, mengelus perutnya yang sedang hamil 5 bulan. "Mas, apa iya istri pertama mas bisa menerima aku sebagai madunya? Bagaimana kalau dia marah? Tidak ada lho wanita yang mau di duakan oleh suaminya di dunia ini."
Kendra menoleh pada Eva sekilas. "Awal-awal mungkin dia akan ngambek sedikit. Tapi nanti jika sudah dirayu, pasti akan menerima juga. Selama ini Risma itu adalah istri yang penurut dan tidak banyak protes sama aku. Jadi bisa dipastikan dia juga tidak akan bisa protes ketika aku memperkenalkan kamu sebagai istri keduaku."
"Mas yakin Risma seperti itu? Aku sangsi lho mas. Istri yang penurut sekali pun bisa jadi tidak mau dimadu. Mungkin hanya ada satu dari seribu istri yang bersedia berbagi suami."
"Iya, mas yakin. Mas 'kan sudah bilang, kalau awal-awal bisa saja dia menolak. Tapi itu tidak akan lama. Hidup dia itu bergantung kepadaku. Kalau dia tidak menurut padaku, dia bisa apa. Jadi kamu tidak usah khawatir." Kendra mengusap perut Eva yang buncit. "Lagian, dia itu 'kan belum bisa kasih aku anak. Dia pasti nantinya mikir, pria mana yang mau menikahi wanita mandul selain aku."
"Memangnya dia beneran mandul, mas? Baru dua tahun lho kalian menikah?" tanya Eva ragu. Selama ini Kendra memang kerap menggembar-gemborkan perihal Kemandulan Risma kepadanya, sehingga kedua orangtuanya pun setuju dirinya menikah dengan pria beristri. Dari pertama kali bersua, Kendra jujur dengan statusnya. Eva sendiri tidak memperdulikan status. baginya yang penting adalah pria mapan.
"Kalau tidak mandul terus apa?" Kendra menanggapi keraguan Eva. "Dua tahun itu bukan waktu yang singkat. Itu lama. Dan kedua orangtuaku sudah tidak sabar ingin punya cucu. Aku ini anak tunggal. Jadi kami sudah gelisah kalau aku belum ada keturunan. Siapa kelak yang akan mewarisi harta kami? Mumpung masih muda, mumpung aku masih bisa memilih. Dan yang terpenting adalah mumpung kedua orangtuaku masih hidup."
Eva tersenyum penuh arti. Mendengar kata harta, pikirannya sudah melambung jauh. Mempunyai rumah mewah, kendaraan sendiri, dan tempat usaha yang besar adalah impiannya. Itu sebabnya dia mau menikah dengan Kendra. Pria yang telah menikahinya secara siri ini bisa dijadikan jembatan untuknya mencapai keinginannya itu.
"Aku rasa mas memang benar. Untuk apa mas harus menunggu lebih lama buat memiliki anak? Mas itu mampu secara ekonomi. Jadi mas berhak menikahi lebih dari satu wanita bukan?"
"Nah, pola pikir kamu yang seperti ini yang mas suka. Mas memang tidak salah pilih istri. Mas berharap Risma bisa menerima kamu sebagai istri keduaku seperti kamu menerimanya sebagai istri pertamaku."
"Iya dong, mas. Jadi istri itu harus seperti itu. Selama mas bisa memenuhi kebutuhan istri-istri mas, kenapa tidak berpoligami? Aku bersyukur sekali bisa menjadi istri mas."
Kendra tersenyum lebar, puas dengan jawaban Eva. Dia lalu mengusap kepala istri mudanya itu dengan penuh kasih sayang.
***
Risma menata meja makan dengan sangat apik. Sebentar lagi suaminya tercinta akan kembali dari luar kota. Suaminya itu memang kerap bolak-balik ke luar kota karena memiliki cabang bisnis. Dan beginilah, setiap suaminya pulang, maka Risma akan menghidangkan makannya di atas meja.
Sup tulang, sambal ikan nila, capcay, dan tempe goreng tepung adalah menu yang dimasak Risma hari ini. Risma masak semuanya sendiri. Meskipun suaminya mampu membayar ART, Risma meminta izin pada suaminya yang tak lain adalah Kendra untuk masak dan mengurus rumah sendiri. Karena selain Risma memang menyukai pekerjaan rumah, Risma juga ingin menjadi istri yang berbakti kepada suaminya. Dia merasa bahagia dengan apa yang dikerjakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka Pernikahan (END)
RomanceMenjadi istri yang berbakti adalah kebahagiaan buat Risma. Akan tetap baktinya justru disepelekan oleh sang suami. Kendra, suaminya menikah lagi dengan wanita lain tanpa izinnya. Risma baru tahu suaminya telah berpoligami setelah kandungan Eva istr...