“Assalamu’alaikum….”
Ucapan salam di pintu membuat Risma yang sedang menyuapi Zayyan menghentikan gerakan tangannya dan menoleh ke arah pintu. Dia menjawab salam itu dan kemudian menatap Zayyan.
“Zayyan dengar ucapan salam?” tanyanya pada anak kecil di depannya.
Zayyan mengangguk. “Ya.”
“Berarti kita kedatangan tamu. Zayyan tunggu sebentar di sini ya? Mbak mau membukakan pintu dulu.”
Zayyan kembali mengangguk. “Itu sepertinya suara papa.”
Mata Risma melebar. “Oya? Zayyan pikir begitu? Mbak pun berpikiran sama.”
Setelah menaruh piring di tangannya ke atas meja, Risma beranjak dari duduknya untuk membukakan pintu. Benarlah tebakan Zayyan kalau yang datang adalah papa anak lelaki itu. Yaitu Zaidan yang kini telah berdiri di depannya dengan menenteng paper bag di tangan.
Risma melengkungkan senyum begitu melihat Zaidan. “Oh, tuan. Silahkan duduk.” Risma menunjuk kursi yang ada di teras. Dia tidak bisa mempersilahkan Zaidan masuk ke dalam rumah karena takut menjadi fitnah. Tidak nyaman juga berada di dalam rumah bersama laki-laki yang bukan mahramnya.
Zaidan membalas senyum. “Iya, terima kasih.”
Pria itu pun duduk di kursi yang ada di teras itu. Malam belum larut. Banyak orang yang masih berlalu lalang di depan rumah Risma. Risma tahu ini akan menjadi omongan tetangga. Tapi dia sudah tidak perduli. Toh, dia sudah mengajukan gugatan cerai ke pengadilan. Lagian, dia tidak mungkin langsung mengusir bos ditempatnya bekerja. Dia baru sehari bekerja dan tidak ingin kehilangan pekerjaannya.
“Terima kasih untuk hari ini, Ris. Di hari pertamamu kerja aku langsung merepotkan kamu,” ucap Zaidan. Ini bukan basa-basi. Dia benar-benar merasa tidak enak hati.
Risma tersenyum. “Oh, tidak tuan. Saya tidak merasa direpotkan. Kebetulan saya memang merindukan kehadiran seorang anak.”
Dahi Zaidan mengerut. “Maksud kamu? Kamu sudah menikah?”
Risma tak langsung menjawab. Wanita itu justru beranjak. “Tuan, maaf. Saya mau mengambil Zayyan dulu di dalam.”
“Oh, silahkan.”
Risma berbalik masuk ke dalam rumah. Tak lama kemudian dia kembali dengan menggandeng Zayyan. Risma memberi Zayyan selembar kertas dan spidol. Tak perlu susah payah membuat Zayyan anteng, anak tiga tahun itu langsung fokus mulai menggambar.
Zaidan melihat itu dengan pandangan takjub. Zayyan terlihat sangat mudah diatur oleh Risma. Risma bahkan tak harus mengeluarkan suara tinggi untuk membuat Zayyan diam.
“Dari tadi siang aku ingin menanyakan hal ini,” ucap Zaidan kemudian. “Bagaimana kamu mengurus Zayyan sehingga dia jadi anak yang penurut denganmu?”
Risma menoleh pada Zaidan. “Biasa saja kok tuan. Hal yang sering dilakukan oleh baby sitter seperti mengajaknya bermain.”
“Tapi kenapa dampaknya berbeda?”
“Saya tidak mengerti soal itu. Tapi yang pasti saya tidak menganggap apa yang dilakukan oleh Zayyan sebagai bentuk kenakalan.”
Zaidan angguk-angguk. Dia menarik kesimpulan sendiri. Bisa jadi kenakalan Zayyan selama ini karena anak itu tidak dimengerti maunya. Apa yang dilakukan Zayyan kebanyakan dilarang. Zayyan protes dengan sikap orang dewasa kepadanya dengan bertindak sangat aktif. Ya, Zaidan rasa memang seperti itu.
“Itulah yang selama ini tidak kami tau. Anak-anak pasti susah untuk mengungkapkan keinginannya, karena itu dia bertindak semau sendiri untuk mencari perhatian. Selama ini aku juga terlalu sibuk dengan pekerjaanku sehingga kurang perhatian kepadanya. Aku selalu berpikir kalau baby sitter saja sudah cukup untuk mengasuhnya.”
“Syukurlah kalau anda mengerti. Di dalam hati, Zayyan pasti membutuhkan anda.”
“Ya, aku rasa begitu,” balas Zaidan cepat. “Oya, maaf sebelumnya, Ris. Tadi kamu belum selesai bercerita. Bolehkah aku meminta jawaban atas pertanyaanku tadi?”
Risma menghela nafas panjang. Dia tidak berniat untuk berbohong meskipun untuk jujur rasanya juga berat. Namun, dia tidak mau menyembunyikan apa pun pada atasannya karena ditakutkan akan bermasalah.
“Ee… mengenai pertanyaan tuan apakah saya sudah menikah apa belum, jawabannya adalah sudah. saya sudah bersuami tuan.”
Zaidan anggguk-angguk mengerti. Ada sedikit kekecewaan di dalam hatinya mendengar kenyataan ini. “Lalu dimana suami kamu? Apa dia belum pulang bekerja?”
“Suami saya di rumahnya.”
“Kalian tinggal terpisah.”
“Lebih tepatnya saya yang memutuskan untuk pergi dari rumah itu.”
“Kalian sedang bertengkar?”
“Lebih parah dari hanya sebuah pertengkaran. Saya pergi dari rumahnya karena dia sudah menikah lagi secara diam-diam. Dia baru jujur kepada saya ketika istri keduanya itu dibawa ke rumah dalam keadaan sudah hamil 5 bulan. Saya tidak bisa menerima pernikahan keduanya tersebut sehingga keluar dari rumah itu. Saya juga sudah memasukkan berkas untuk menggugat cerai dia. Apakah menurut anda yang saya lakukan adalah salah?”
“Kenapa aku harus berpikir kamu salah? Kamu berhak untuk menentukan hidup kamu sendiri. Tidak ada yang bisa menyalahkannya. Apalagi dia sudah menyakiti kamu.”
Risma mengedipkan mata mendengar pendapat Zaidan. “Benarkah anda berpikir begitu?”“Hum.” Zaidan menggeser paper bag yang ada di depannya ke depan Risma. “Ini baju ganti Rayyan. Besok kamu tidak perlu pagi-pagi sekali ke perusahaan. Biar aku yang menjemput kalian.”
“Tapi saya baru bekerja, tuan. Rasanya tidak enak jika datang terlambat,” balas Risma sungguh-sungguh.
“Tidak enak dengan siapa? ‘Kan aku pemiliki perusahaan. Aku juga yang memerintahkan kamu.”
“Ah, iya juga ya. Aku melupakan hal itu.”
Zaidan berdiri. Dia lalu mendekati Zayyan yang sedang menggambar di tengah-tengah pintu masuk. Zayyan menggambar beralaskan lantai.
“Zayyan malam ini benaran mau tidur sama Mbak?” tanya Zaidan memastikan.
Zayyan mengangkat kepalanya dan mengangguk. “Iya, pa. Apa papa juga mau tidur di sini?”
“Oh, tentu tidak sayang.”
“Kenapa tidak?”
“Karena… karena papa banyak pekerjaan yang harus dikerjakan.”
Zayyan menghela nafas panjang. “Ah, baiklah. Papa memang selalu sibuk. Sekarang lebih baik papa segera pulang.
Zaidan terhenyak mendengar ucapan Zayyan. Sementara Risma terkekeh geli. Jawaban yang lucu.
“Ka-kamu mengusir papa?” tanya Zaidan tak terima.
*********************************
Maaf, kita potong ya, gaes. Kalian bisa baca lengkapnya di
VERSI CETAK
📞Kontak admin: 087732833332
👜Shopee: samuderaprinting1VERSI E-BOOK
https://play.google.com/store/books/details?id=4t50EAAAQBAJVERSI APLIKASI
💙Karya Karsa:
https://karyakarsa.com/mayangnoura/postsUntuk mengetahui update novel-novel author, follow Instagram: Mayang_noura
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka Pernikahan (END)
RomanceMenjadi istri yang berbakti adalah kebahagiaan buat Risma. Akan tetap baktinya justru disepelekan oleh sang suami. Kendra, suaminya menikah lagi dengan wanita lain tanpa izinnya. Risma baru tahu suaminya telah berpoligami setelah kandungan Eva istr...