WANITA PENGAMBIL HATI ZAYYAN

2.8K 186 6
                                    

“Lho, mbak, kamu tidak bisa seperti itu. Kalau mbak mengundurkan diri dadakan begini siapa yang akan mengurus Zayyan hari ini. Saya mau berangkat ke perusahaan. Mbak Esti sedang pulang kampung. Jadi Zayyan dengan siapa?” Zaidan berusaha mencoba untuk membuat Nining mengurungkan niatnya untuk mengundurkan diri. Tapi usaha itu tidak berhasil.

“Maaf tuan, saya sudah benar-benar tidak sanggup lagi. Saya stress dan lelah luar biasa mengurus Zayyan. Saya sungguh-sungguh ingin mengundurkan diri sekarang juga. Permisi.”

Tanpa menunggu jawaban Zaid, Nining berbalik masuk ke kamarnya. Tidak berapa lama, wanita itu keluar dengan menenteng tas pakaian yang cukup besar. Itu artinya Nining sudah mempersiapkan diri untuk mengundurkan diri pagi ini. Kalau sudah begini, Zaid tidak bisa berbuat apa-apa selain mengikhlaskan kepergian Nining. Setelah Zaid memberikan gaji Nining bulan ini, dengan berat hati dia melepaskan baby sitter Zayyan.

Zaid menoleh dan menatap Zayyan yang masih berada dalam gendongannya. Putranya itu tidak merasa menyesal sekali atas apa yang dilakukannya setelah membuat Nining mengundurkan diri.

“Apa yang sudah kamu lakukan padanya, Zayyan? Mau kamu apa? Kalau kamu masih terus senakal ini, tidak akan ada orang yang mau mengurusmu.”

Zayyan hanya mengendikkan bahu dengan senyum yang mengembang di bibir. Ekspresi yang membuat Zaid kesal tapi tidak berdaya.

Zaid menghela nafas berat. “Sepertinya hari ini aku harus membawanya ke perusahaan,” gumam Zaid pada dirinya sendiri. Dia lalu berkata pada Zayyan. “Ayo papa siapkan kamu untuk ikut ke perusahaan.”

Zayyan langsung bersorak gembira mendengar itu. Dia tiba-tiba melompat dari gendongan Zaid dan berlari ke kamarnya untuk berganti baju. Zaid bahkan tidak menduga kalau Zayyan akan melompat seperti itu dari gendongannya. Untuk saja tidak apa-apa. Benar-benar anak yang membuat siapa pun stress. Meskipun tahu begitu, Zaid tidak mengurungkan niatnya membawa Zaid ke perusahaan.

Di perusahaan, langkah Zaid yang menggandeng Zayyan menjadi pemandangan aneh bagi seluruh staf. Ini adalah kali pertama Zaid membawa putra sulungnya itu ke perusahaan. Rasanya sangat tidak nyaman menjadi pusat perhatian seperti itu. Tapi Zaid mencoba untuk tidak berpeduli.

Rupanya ruangan presiden direktur menjadi arena bermain baru yang menyenangkan bagi Zayyan. Dalam sekejap ruangan itu berubah menjadi kapal pecah. Zaid sangat pusing dengan apa yang dilakukan putranya itu.

Klak.

Pintu ruangan terbuka. Arman, assisten pribadi Zaid muncul dari baliknya. Pria 38 tahun itu dibuat tercengang melihat pemandangan di sekelilingnya. Selama dia bekerja di perusahaan ini, baru kali ini dia mendapati ruangan ini berantakan luar biasa. Namun, Arman mencoba tidak perduli. Zayyan adalah putra pemilik perusahaan. Dia tidak berani untuk memprotes.

“Eee tuan. Sebentar lagi rapat akan dimulai,” ucap Arman ketika tiba di depan meja Zaid.

Zaidan tidak semangat menanggapi itu. Dia malah menyandarkan punggungnya di sandaran kursi kerja. “Kalau saya rapat, terus Zayyan sama siapa? Belum lagi ruangan seperti kapal pecah begini.”

“Kalau soal ruangan, nanti saya panggilkan seorang OB,” jawab Arman. “Atau begini saja, bagaimana kalau saya panggilkan office girl saja? Jadi tidak hanya membersihkan ruangan ini tapi juga bisa langsung diminta untuk mengasuh Zayyan selama anda rapat.”

Zaidan tersenyum penuh arti. “Baby sitter yang di rumah saja yang sudah mengasuhnya beberapa bulan tidak kuat mengurus Zayyan, apalagi office girl itu.”

“Tidak ada pilihan selain itu. Rapat ini harus dihadiri oleh anda.”

“Ya, baiklah. Panggil seorang office girl seperti saranmu itu. Semoga saja office girl itu tidak menangis karena ulah Zayyan sebelum rapat selesai.”

“Iya, tuan.” Arman langsung mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Dia menelpon seseorang untuk memanggilkan seorang office girl. Beberapa menit setelah Arman menelpon, office girl yang dimaksud datang. Arman menyipitkan mata seperti pernah melihat office girl baru di hadapannya. Tapi rasa penasaran itu dia tekan mengingat saat ini bukan waktu yang tepat untuk menerka-nerka.

“Bapak memanggil saya?” tanya office girl itu pada Arman. Dia tidak lain adalah Risma.

**********************************
Maaf, kita potong ya, gaes. Kalian bisa baca lengkapnya di

VERSI CETAK
📞Kontak admin: 087732833332
👜Shopee: samuderaprinting1

VERSI E-BOOK
https://play.google.com/store/books/details?id=4t50EAAAQBAJ

VERSI APLIKASI
💙Karya Karsa:
https://karyakarsa.com/mayangnoura/posts

Untuk mengetahui update novel-novel author, follow Instagram: Mayang_noura

Luka Pernikahan (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang