Chapter 13

301 68 19
                                    

Jungyeon menyalakan sebatang rokok sambil menyandarkan punggungnya ke jendela, mengeluarkan asap putih dari paru-parunya.

Seseorang tetap diam dalam waktu yang cukup lama sampai dia menghela napas dan akhirnya bertanya pada jungyeon.

"Tanggal berapa sekarang?"

Jungyeon terlonjak kaget, dia sama sekali tidak menyadari bahwa jeongyeon telah berdiri di balkon bersamanya.

"Kau belum tidur? Ini sudah larut, jeong!"

Jeongyeon tidak menjawab, wajahnya tidak menunjukan emosi di bawah sinar bulan. Dia melihat rokok di tangan jungyeon dan berkata dengan suara rendah.

"Bolehkah aku memilikinya?"

"Tidak boleh, appa bisa memarahiku jika dia tau kau ikut merokok!"jungyeon segera menggosok kepala rokoknya ke dinding.

"Merokok tidak baik untuk kesehatanmu!" tambah jungyeon membuat jeongyeon tertawa.

"Kau bicara seakan kau tidak menghisap racun itu!" ejek jeongyeon menunjuk ke arah bungkus rokok jungyeon.

"Aku hanya merokok saat stress..." ucap jungyeon membela dirinya.

Susana kembali hening, setelah waktu yang cukup lama, jungyeon kembali bicara pada adiknya itu.

"Ada apa?" tanya jungyeon saat melihat jeongyeon sedang memikirkan sesuatu.

"Ah itu..." jeongyeon menggaruk lehernya.

"Hanya tinggal satu bulan lagi sampai pernikahan kita dilaksanakan..." lanjut jeongyeon.

"Apa? Kau tau dari mana?" tanya jungyeon dengan tidak percaya.

"Aku mendengarnya dari ayah mina..."

Jungyeon menatap jeongyeon dengan kaget, dia membuka mulutnya beberapa kali, ingin mengatakan sesuatu tapi menghentikan dirinya sendiri.

Dia tidak bisa menahan dirinya, jungyeon kembali mengeluarkan sebatang rokok lalu menyalakan api dan membawa ke mulutnya.

"Kenapa appa dan eomma tidak memberitahu kita tentang semua ini" jeongyeon mengangkat bahunya tidak tahu.

"Mungkin mereka menunggu sampai mereka tiba di korea dan baru memberitahu kita..." jawab jeongyeon dengan asal.

"Aku belum siap menikah jika sana masih kejam seperti ini..." keluh jungyeon memegang perutnya dengan wajah ngeri saat ingatan tentang cairan putih yang sana bilang sebagai ayam itu masuk ke dalam perutnya.

"Apalagi aku..." balas jeongyeon menghela napas beratnya.

"Jadi, apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya jungyeon melirik ke arah jeongyeon.

"Ya, kita harus membawa mereka berdua menemui dukun itu. Tidak ada cara lain lagi..." jawab jeongyeon sambil mendongakkan kepalanya untuk melihat langit malam.

"Hah...sepertinya ini akan sulit..."ucap jungyeon menghembuskan asap putih dari hidungnya.

"Ya...tapi kita tidak punya pilihan lain selain membawa mereka berdua ke sana..." balas jeongyeon sambil memasukkan tangannya ke dalam saku celananya.
.
.
.
.
.
Keesokan harinya...

"Sayang, kau mau ikut dengan kami, kan?" tanya jungyeon pada sana.

"Kemana?" sana balik bertanya dengan alis terangkat.

"Ke suatu tempat....mina juga akan ikut dengan kita..." ucap jungyeon dengan mata anak anjingnya.

"Benarkah?" jungyeon menganggukan kepalanya dengan cepat.

Exchange Traits (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang