Chapter 15

335 63 17
                                    

Jungyeon dengan sabar menunggu sana di perpustakaan. Ini sudah satu minggu sejak kejadian waktu itu. Matanya yang lebam sudah sembuh begitu pun dengan tangan dan kakinya.

Sana masih marah padanya walupun tidak seperti sebelumnya tapi tetap saja itu mengerikan.

Gadis itu bahkan lebih sering marah dari pada sebelumnya dan kadang tanpa adanya alasan yang jelas.

Jungyeon menghela napasnya, ini sudah satu jam lewat dan sana belum juga datang menemuinya. Tapi dia kaget saat tiba-tiba sebuah pukulan keras menampar punggungnya.

"Aduh..."jungyeon meringis lalu berbalik dan melihat sana sedang berdiri dengan tangan yang disilangkan.

"Sayang, caramu menyapa itu cukup unik..."jungyeon buru-buru berdiri dan menarik kursi untuk gadis itu.

"Dimana irene mu?" sana bertanya dengan sinis.

Semenjak kejadian itu, sana sangat sering menanyakan tentang irene dan membahas gadis itu di depan jungyeon.

"Hah?" jungyeon menggaruk kepalanya dengan bingung.

"Bukankah kalian selalu nongkrong akhir-akhir ini?" tanya sana yang terdengar begitu dingin.

"Tidak...aku tidak pernah nongkrong dengannya..." bantah jungyeon menggelengkan kepalanya.

"Apa dia sibuk? Dan itu mungkin alasanmu memintaku untuk menemanimu hari ini?" sana mulai mencubit jungyeon di lengan dan perutnya.

"Tidak, kau salah paham sayang..."

"Ahhh...sana berhenti..."jungyeon mencoba membela dirinya.

"Berhenti bergerak! Dan diam di tempat mu!" tegas sana sambil terus mencubit jungyeon dengan wajah kesal.

"Sayang, itu akan meninggalkan banyak memar..."jungyeon menahan tangan sana agar berhenti menyiksanya.

"Diam dan lepaskan tanganku!"sana memelototi jungyeon.

Jungyeon tidak punya pilihan lain selain melepaskan tangan sana dari genggamannya.

"Sampai kapan dia akan menyiksaku seperti ini..." jerit batin jungyeon dengan sedih.

Sana yang masih kesal langsung saja mencubit paha kanan jungyeon dengan sangat keras, membuat jungyeon memekik kesakitan.

"AHHHHHH...."

Orang-orang sontak saja melihat ke arah mereka berdua, bahkan pustakawan keluar dari kantornya hanya untuk memarahi jungyeon karena sudah membuat keributan di perpustakaan.

"Kau puas sekarang..."kesal jungyeon sambil mengusap paha kanannya.

"Sekarang iya..."balas sana dengan seringai di wajahnya.
.
.
.
.
.

Jeongyeon sedang duduk di tepi ranjang milik mina. Ia sedang memandangi mina yang sedang tidur dengan nyenyaknya.

Dia menghela napas lelah karena lagi-lagi rencana untuk membawa sana dan mina kembali gagal karena ulah jungyeon.

Ini bahkan sudah lewat seminggu dari rencananya sedangkan tanggal pernikahannya masih terus berjalan dan semakin dekat saja.

Jeongyeon kembali memandangi mina, wanita yang sekarang sangat manja dan agresif padanya.

Bahkan sewaktu pulang kuliah tadi mina tertidur di mobil dan hasilnya jeongyeon harus mengangkat tunangannya itu ke kamarnya karena mina tidak mau kunjung bangun dari tidurnya.

"Cantik..."ucap jeongyeon tersenyum memandang mina yang sedang tertidur di depannya.

Jeongyeon mengusap lembut rambut mina lalu mencium keningnya dengan lembut dan penuh perasaan. Dan saat dia hendak pergi sebuah tangan halus menghentikan langkahnya.

Exchange Traits (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang