01 Maret 2022 ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄
️️DISCLAIMER❕
√Cerita ini hanya fiksi.
√Jangan sangkut pautkan cast dengan kehidupan nyata karakter.Cast
Selamat Membaca😊
 ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄
Seorang gadis sedang mengamati dirinya di depan cermin, melihat apakah tidak ada yang aneh di wajah ataupun di seragam putih abu-abunya. Rambut lurus yang lumayan panjang itu terlihat sempurna manjadi mahkota di wajah cantiknya, mata indah yang memiliki bulu lentik, hidung mancung, cantik.Seperti hari senin biasanya ia harus pergi sekolah dan bertarung dengan soal-soal yang akan diberikan oleh bapak dan ibu gurunya di kelas. Setelah mengambil tas biru yang setia ia bawa ke sekolah selama satu tahun terakhir, ia keluar kamar dan segera bergabung sarapan di meja makan.
"Selamat pagi Kak Ian, Bi Rina," sapanya kepada kakak laki-laki dan ART-nya sambil tersenyum, ia menarik kursi kemudian duduk.
"Pagii," jawab Abian, Kakak Kila yang selalu menjaganya setelah Mama mereka meninggal. Sedangkan Dendra- Papa mereka sibuk bekerja sehingga jarang menemani mereka sarapan, bahkan seminggu sekali saja jarang pulang ke rumah. Tetapi mereka tidak pernah mempermasalahkan hal tersebut, karena Dendra bekerja keras seperti itu untuk mereka, putra dan putrinya. Agar mereka bisa tidur dengan nyaman, makan enak dan hidup dengan berkecukupan. Walaupun tidak jarang mereka iri dengan orang yang bisa mendapat perhatian lebih dari orang tuanya.
Hal yang lumrah, anak menginginkan kasih sayang orang tua. Apalagi seorang anak remaja yang terkadang tak tahu arah.
Abian tidak mau bekerja di kantor milik Dendra, ia memilih membuka kafe yang tidak terlalu jauh dari rumah, sehingga bisa menjaga dan mengawasi Kila. Meskipun Kila kurang mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya, setidaknya Abian ingin memberi kasih sayang seorang kakak kepada adik perempuan satu-satunya semampu dan sebisanya.
Layaknya payung, yang meneduhi dari hujan akibat awan mendung. Abian ingin melindungi, tetapi ia melupakan bahwa air yang jatuh masih bisa menusuk kaki. Terlebih lagi sebuah payung tidak mampu melawan badai yang terkadang mengiringi.
"Makan yang banyak," Abian menambahkan nasi ke piring Kila.
"Kak! ini kebanyakan, nanti kalau perutku meledak duarr gimana?"
"Nggak akan." Abian memamerkan senyum lebar dan menjawab dengan enteng.
Kila menghela napas kasar, walaupun berat hati ia tetap akan memakannya. Toh tidak apa sekali dua kali makan dengan porsi banyak, kata kakaknya kan perutnya tidak akan meledak, ia percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Earth √̲
Fanfiction"Gapapa kok, namanya juga hidup di dunia bukan di surga, bahagia sama sedih emang wajar terjadi kan?" -Shakila. Benar adanya bahwa kehidupan dunia penuh dengan warna, lara, tawa, dan sengsara. Tidak jarang berjalan silih berganti, begitu pula dengan...