10. Gelisah

50 20 0
                                    

Selamat Membaca😊

 ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄

“Udah di traktir masih kecut aja mukanya,” ucap Danny melihat Kila yang lesu dan tidak nafsu memakan mie ayam di depannya.

Kila menghembuskan nafas kasar, “Gue kenapa ya...” ia memainkan mie dengan garpu di tangan kanannya, “Masa abis kebentur doang jadi agak stress.”

“Mungkin sebelum kebentur udah stres terus abis kebentur makin stres,” sahut Nada.

“Kayaknya iyaa,” Kila tertawa hambar.

Ingin memancing Kila agar mau bercanda dan bercakap ria seperti biasa. Namun, Nada gagal melakukannya.

Nada, Shaka, dan Danny yang menyadari bahwa Kila pasti memikirkan Rezvan, padahal Kila memikirkan kata-kata Revi tadi pagi, memang tidak salah karena itu juga masih ada hubungannya dengan Rezvan.

“Gue beliin skincare yok!” tawar Danny ingin membuat Kila bersemangat tetapi tidak ada hasilnya juga.

Nada mengangkat tangan, “Gue mau lah.”

“Gue nawarin Kila, gak berlaku buat yang lain,” ucap Danny.

“Makan dulu, La. Kasian duit Danny hilang gitu aja kalau ga dimakan,” suruh Shaka kepada Kila yang sama sekali belum memasukkan mie ayam ke dalam mulut.

“Gapapa duit gue masih berlimpah,” Danny masih sempat menyombongkan diri dengan bangganya.

“Itu cuma alesan buat ngebujuk Kila, lo miskin pun gue ga peduli,” kata Shaka disela makannya.

Nada tertawa melihat wajah Danny berubah masam, “Kalau miskin jangan minta kembali uang yang lo pake buat nraktir kita ya, soalnya catetannya dah ga ada.”

Danny mengambil tisu lalu ia remas menjadi kecil, “Lo ngedoain gue miskin juga? Apa ngarepin gue miskin?!” ia lempar tisu tadi ke Nada dan tepat sasaran.

Umpatan Nada tidak tertahan, ia juga membalas perbuatan Danny dengan melakukan hal serupa. Akibatnya mereka berdua saling melempar tisu dan salah satu tisu yang mendarat di dalam mangkuk Kila membuat keduannya berhenti.

Harusnya mereka bisa lebih bahagia jika perang tisu bertiga tetapi hari ini Kila sepertinya tidak berminat bertempur. Ia sedang bertempur sendiri dengan hati dan pikirannya.

Percayalah, berperang dengan diri sendiri lebih sulit dan melelahkan daripada berperang dengan orang lain.

“Byee, mau pergi,” ucap Kila berdiri dan melangkahkan kakinya untuk pergi dari kantin.

Setelah dua langkah Kila berhenti.

“Shakaaa, gausah ikut gue, abisin dulu mie lo!” Kila mendengar suara kursi yang terdorong kebelakang menandakan pemiliknya berdiri dan ingin mengikutinya, tanpa menoleh ia tau bahwa pasti itu Shaka.

Siapa lagi yang susah-susah menempatkan dirinya di sekitar Kila yang moodnya sedang kurang baik.

Tetapi karena ditolak dengan tegas, akhirnya Shaka hanya bisa menurut daripada Kila semakin kesal.

~.~

Semua anak-anak sudah berhamburan keluar kelas saat mendengar bel istirahat berbunyi, ada yang pergi ke kantin untuk makan, ada juga yang pergi ke toilet.

Rezvan berjalan seperti biasa ingin pergi ke kantin. Akhir-akhir ini ia lebih bahagia saat makan di kantin yang menunya hanya itu-itu saja, sebabnya satu, yaitu makan bersama dan mengobrol santai dengan Kila.

Namun, angan-angan yang membuatnya bungah tiba-tiba terhenti, karena saat melewati bangku Revi tangannya dicekal dan membuatnya menoleh.

“Makan ini ayo,” tunjuk Revi ke kotak bekalnya.

Earth √̲Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang