17. Kakak Tersayang

51 17 1
                                    

Selamat Membaca😊

 ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄

BOLEHH MASUK GAAKK?”

"KAKAKK!"

“KAKKK IANNN!!” Teriakan Kila karena kesal tidak dijawab oleh kakaknya.

Saat ini Kila sedang berdiri di depan pintu kamar tidur Abian, ia sungguh pusing memikirkan problemnya. Datang bertubi-tubi menghantamnya tanpa belas kasihan, membuat dirinya terpental sehingga kehilangan arah dan keluar dari jalur laju.

Hanya kehampaan yang terasa, gadis itu harap kakaknya mampu menendang perasaan-perasaan kalut dalam jiwanya. Namun, Abian tidak segera menyambut seruannya.

Kenapa semua orang rasanya menyebalkan? Kakak laki-lakinya yang seperti tidak peduli, ayahnya yang selalu sibuk, sahabatnya yang hari ini bahkan mengacuhkannya. Mungkin ibunya tidak akan seperti mereka semua, namun, sayang sekali jika ia bercerita tidak direspon.

Satu hal yang Kila tahu, dunia tetap berjalan dengan patutnya terjadi, walaupun harinya berjalan seperti tai.

Karena memang nyata, dunia tidak hanya bekerja untuk dirimu. Tidak peduli kau sekarat ingin mengehentikan waktu, semua tidak dalam kuasamu. Jalani saja sebaik versi dirimu, bukan versi orang lain yang jelas berbeda.

“OKEEE AKU MASUK YA, KAK.” Sekali lagi ia berteriak dari balik pintu, tetap tidak berubah, tidak ada jawaban dari dalam.

“Satu...” Kila memulai untung menghitung.

“Dua...”

“Ti—“

“IYA IYAA MASUK AJAAA,” jawab Abian dengan mengimbangi teriakan adiknya yang hampir setara dengan toa.

Dengan cepat Kila membuka pintu dan masuk ke dalam, ia senyam-senyum sembari menatap Abian yang berbaring di atas ranjang dengan raut wajah yang sangat tidak bersahabat.

Abian kesal melihat Kila tidak istirahat saja dan menenangkan diri, ia tahu adiknya itu tadi di sekolah sedang tidak baik-baik saja. Harusnya segera tidur dan besok bangun pagi dengan keadaan lebih baik.

“Kak, sadar ngga mukanya jelek banget kalau kayak gitu,” ejek Kila lalu duduk di sisi ranjang.

“Ngaca dek, emang kamu cantik?” kata Abian.

“Cantiklah, banyak tau yang suka, lah kakak?” Kila menatap ujung kaki sampai rambut kemudian berhenti tepat di manik mata kakaknya itu, “Jelekk!” tawanya terdengar puas saat mengejek kakaknya.

Abian heran! Ini adiknya tadi yang hanya diam menunduk kehilangan semua semangatnya?

Maaf saja jika Kila sangat menyebalkan hari ini, karena semua juga dampak dari lingkungannya. Jadi jika ingin menyalahkannya jangan hanya dilihat dari satu sisi.

“Mata kamu ketutup apa sih, Dek,” Abian bingung lalu ia melempar bantal disampingnya hingga mengenai wajah Kila, “HAHAHAHHA MAMPUS, DEK.”   

Kila tidak membalas lemparan kakaknya seperti biasa, ia memasang wajah cemberut, mulutnya ia tekuk kebawah, dan pura-pura mau menangis. Sungguh ia sangat pandai mendramatisir keadaan, siapapun yang minat segera hubungi untuk mengajaknya memasuki dunia akting.

Abian sudah tidak kaget lagi dengan kelakuan Kila yang seperti ini. Ia hanya harus bisa untuk mengumpulkan kesabaran sebesar gunung everest yang merupakan gunung terbesar di dunia, atau melapangkan dada seluas samudra pasifik.

“Ututuu ga boleh cengeng sayangg,” Abian bangkit dari rebahannya kemudian mendekat ke adiknya yang merajuk itu, tangannya mencubit dan menarik pipi kanan Kila hingga pemiliknya merasa sakit.

Earth √̲Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang