Selamat Membaca😊
 ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄
Shakila sudah selesai ganti baju dan menguncir rambut dibantu oleh Abian, kakaknya memang sudah seperti ibunya saja. Mereka daritadi bersiap-siap, karena akan pergi ke rumah sakit.Dendra akan menyusul mereka yang sekarang sedang memiliki kesibukan di kantor.
Sebenarnya ia tidak mau membawa kedua anaknya bolak-balik rumah sakit, karena tempat itu kurang baik untuk anak-anak, tetapi putri bungsunya itu merengek meminta ikut. Dari awal, aslinya Dendra tidak ingin mengajak kedua anaknya, lagi pula yang dirawat bukan keluarga mereka, hanya karena kebetulan Dendra harus bertanggung jawab untuk biaya rumah sakit Rina.
Membujuk Kila tidak mudah, jadi ia mengiyakan saja walaupun tidak mengerti maksud yang dijelaskan Kila.
Abian yang sebenarnya malas pun mau tidak mau harus ikut, ia sudah sepaket dengan Kila. Abian sesayang itu sampai takut dan tidak mau Kila hilang dari jangkauannya, terbayang meninggalkan Dendra mengurus Kila yang cerewetnya minta ampun rasanya kasian juga.
“Kak, ini terakhir ke rumah sakitnya? berarti bibi itu nanti pulang kesini?” tanya Kila.
“Iya,” jawab Abian. Ia memerhatikan Kila yang bingung mondar-mandir dan mengobrak-abrik almari kecilnya yang berisi mainan. Ia heran, apa yang mau Kila perbuat.
“Kamu mau main apa mau ikut Papa ke rumah sakit sih, Dek?” Abian bertanya melihat Kila yang sibuk sendiri.
“Aku mau ngasih hadiah buat Lepan, karena nanti kita ngga ketemu lagi, kan kita sekarang temenan, biar Lepan ngga lupa sama aku” ucap Kila sambil melihat-lihat almari miliknya, ia merogoh-rogoh berharap ada mainan yang bagus untuk diberikan kepada Rezvan.
Kila bingung, karena semua mainannya hanya cocok untuk anak perempuan. Ia banyak memiliki koleksi tempat masak mainan, boneka, barbie, dan sebagainya yang pasti menurutnya tidak pantas dihadiahkan untuk Rezvan.
“Mau Kakak beliin dulu ke toko mainan?” tawar Abian karena meskipun dia laki-laki ia tidak mempunyai mainan yang sekiranya cocok untuk anak laki-laki seusia adiknya ini.
Jadi, sebaiknya ia beli saja, Rezvan juga baik sudah memperlakukan Kila beberapa hari terakhir hingga mereka menjadi teman seperti yang Kila katakan.
Mendengar tawaran Abian yang cukup bagus, Kila jadi berpikir dengan serius. Tetapi Kila juga kasihan, kalau seperti itu sama saja ia meminta uang kakaknya untuk kepentingannya sendiri. Bagaimanapun ia sendiri tidak memiliki uang yang cukup banya, yah, setiap uang yang dikasih Dendra langsung berubah makanan, alias uangnya digunakan jajan.
Jika Kila memberi mainan yang ia punya sebelumnya, memangnya tidak apa-apa memberi barang bekas? Ia pusing, padahal ia sangat ingin memberi sebuah hadiah berkesan kepada orang yang ia anggap teman pertamanya.
Kila cemberut, wajahnya berubah sedih. Ia tampak menyesal sudah menggunakan uangnya untuk membeli jajan dan memanjakan perutnya. “Engga usah deh, Kak.”
Akhirnya Kila memutuskan pilihannya walaupun terselimuti penyesalan.Abian tahu kalau Kila sangat sedih, ia menepuk kepala adiknya dengan pelan sembari tersenyum, “Nanti kita beli tiga es krim, dimakan bareng-bareng.”
Hanya dengan perlakuan dan kata-kata sederhana yang Abian lontarkan, Kila langsung tersenyum lebar.
“Yuk kita turun, siapa tahu Papa udah di bawah,” ajak Abian, lalu ia menggandeng tangan adiknya yang mungil untuk dituntun.
Tidak lama kakak beradik itu mendengar suara mobil dari luar, dan ternyata benar itu papa mereka. Tanpa disuruh mereka berdua lari dan masuk ke mobil supaya tidak mengulur waktu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Earth √̲
Fanfiction"Gapapa kok, namanya juga hidup di dunia bukan di surga, bahagia sama sedih emang wajar terjadi kan?" -Shakila. Benar adanya bahwa kehidupan dunia penuh dengan warna, lara, tawa, dan sengsara. Tidak jarang berjalan silih berganti, begitu pula dengan...