14. Pertengkaran

65 19 0
                                    

Selamat Membaca😊

 ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄

“Kita makan berdua aja ya?” pinta Rezvan kepada Kila yang tadi ia ajak untuk membeli bakso bersama di kantin sekolah.

Gadis berambut lurus itu menganggukkan kepalanya, mereka berdua mencari meja yang kosong. Langkah Kila maju menuju kursi-kursi kantin yang tertata cukup rapi, diikuti oleh Rezvan dibelakangnya.

Saat melewati meja yang ditempati ketiga temannya, Kila berbicara kepada Nada, “Gue makan disana oke,” tunjuknya ke tempat meja kosong yang akan ia tuju.

“Kalian mau berduaan?” ucap Nada agak terkejut, “Awas satunya ada setan, La.”

“Mana ada berdua, kantin rame gini. Butuh kacamata, Nad?” ucap Kila tidak terima, “Lagian cuma disana, ga jauh dari kalian,” ucapnya lagi.

“Yaudah beliin kacamata sini, emang lo ada duit?” tanya Nada.

“Ada, kalau tiap hari gue di traktir Danny,” jawab Kila dengan tertawa.

Rezvan melewati Kila dan berjalan lebih dulu tanpa ikut perseteruan kecil di antara kedua sahabat itu. Ia memilih menunggu di meja yang dituju daripada mendengarkan kedua anak SMA itu bercanda dengan adu mulut, bisa-bisa ia kelewatan berekspresi berlebihan kepada mereka.

Takut julid misalnya.

Mata mereka menatap kepergian Rezvan, kini lelaki itu sudah duduk dengan mangkuk berisi bakso yang diletakkannya di atas meja.

“Sana samperin, udah ditunggu,” suruh Danny yang terdengar seperti mengusir.

“Iya, nunggu ga enak tau,” ujar Nada.

“Lo pengalaman ya, Nad?” setelah mengatakan itu Kila buru-buru berjalan cepat untuk segera pergi menuju tempat Rezvan, ia tidak mau mendengar umpatan-umpatan yang mungkin Nada lontarkan untuknya.

Kila sudah mendaratkan bokongnya di kursi kantin di depan Rezvan, matanya melihat Rezvan yang tengah makan bakso lebih dahulu. Ia pun segera menyuapkan bakso ke dalam mulutnya serta menikmati pedasnya kuah bakso itu.

“Kotaknya udah di buka?” tanya Rezvan dengan menatap Kila yang berada di depannya.

“Belom,” jawab Kila sembari menggelengkan kepala, matanya masih fokus pada makanan yang ia aduk.

“Kenapa?” tanya Rezvan lalu menyendok kuah bakso beserta pentolnya dan bersiap memasukkan makanan itu kedalam mulut.

“Kan, isinya bom, takut meledak ke muka nanti muka gue gosong,” ucap Kila.

“Kan bercandaa,” kata Rezvan heran dengan ucapan Kila.

Kila menambah kecepatan mengunyah dan menelan baksonya lalu menertawai Rezvan, “Kan juga bercanda, masa iya lo ngasih bom.”

“Hihhh ni anak,” Rezvan ingin sekali menumpahkan kuah baksonya ke wajah Kila yang menertawainya. Namun, ia justru mengacak-acak pucuk rambut depan Kila hingga berantakan. Sedangkan Kila masih menertawai Rezvan tadi. Tangan Rezvan turun dan kembali memegang sendoknya saat puas melakukan aktivitas yang membuat rambut Kila hancur.

Sedangkan Kila menoleh ke kanan kiri, siapa tahu ada mulut orang kurang kerjaan lagi yang akan mengomentari dan menggunjingnya. Syukur tidak ada yang menatap mereka dengan tatapan-tatapan manusia suka ikut campur.

"Lain kali jangan ya bestie," kata Kila dengan senyumnya.

Byurr.

Tiba-tiba satu gelas es teh berhasil membuat rambut Kila basah karena sengaja ditumpahkan oleh seseorang dari belakangnya. Kila sangat terkejut, sontak hal tersebut membuat ia segera berdiri dan membalikkan tubuhnya.

Earth √̲Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang