Selamat Membaca😊
 ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄Malam itu Dendra pikir cocok ia gunakan untuk bertanya mengenai bagaimana Kila di sekolah kepada dua remaja SMA di depannya. Dendra mengajak Rezvan dan Shaka menuju sofa untuk mengobrol, meninggalkan meja makan agar segera dibersihkan.
Sekarang ada Dendra, Abian, Shaka, dan Rezvan duduk di sofa dalam satu ruangan.
“Kalian pasti deket banget ya sama anak saya, Shaka dan...” kata Dendra sembari melihat ke arah Rezvan.
“Saya Rezvan, Om.”
“Rezvan. Temennya Kila yang pernah ketemu di rumah sakit itu loh, Pa. Waktu Bi Rina sempet dirawat,” Abian menjelaskan kepada Dendra yang terlihat mencoba mengingat-ingat.
Kejadian itu sudah sangat lama, saat Kila masih kecil, jadi maklum jika ingatan orang yang cukup tua seperti Papanya Kila samar-samar.
“Faktor U jadi saya lupa,” ucap Dendra disertai tawa khas bapak-bapak.
“Maklum ya udah tua,” kata Abian yang membuat Dendra menoleh, kemudian ia tertawa canggung.
“Menurut kalian, bagaimana Kila di sekolah?” tanya Dendra.
“Kila--,” mereka berdua menjawab serempak, kemudian saling pandang.
“Anu, Pa. Mereka mungkin rival,” kata Abian sedikit berbisik membuat papanya terkekeh.
Rezvan memberi kode menyuruh Shaka berbicara lebih dulu.
"Kila cukup bagus di sekolah, nilainya stabil tidak naik turun, dia juga cukup baik dalam bersosialisasi,” jelas Shaka.
“Kamu ini kayak gurunya saja, sampai tahu nilai juga,” ucap Dendra, “Kila itu manja ke orang terdekatnya, mungkin karena kurang dapat kasih sayang dari orang tua, saya jadi merasa bersalah sering meninggalkan dia demi mengurus urusan kerja,” lanjutnya.
“Kalau di sekolah titipin ke mereka berdua aja, gratis, Pa.” Abian memberi saran.
“Kamu ini gak bisa diam,” ucap Dendra.
“Gapapa, sebisanya saya akan jagain Kila,” Rezvan menawarkan diri.
“Saya juga bisa, Om.” Sahut Shaka.
Dendra bisa merasakan kesungguhan perkataan mereka berdua, Kila pintar mencari teman. Untuk saat ini Dendra cukup lega kehidupan sekolah anaknya tidak buruk.
Dendra memperbaiki posisi kacamatanya, “Jika terlalu susah cukup buat putri saya ga kesepian saja, nanti dia jadi mikirin mamanya,” pintanya.
“Siap,” ucap mereka berdua kompak bahkan Shaka mengangkat tangannya seperti memberi hormat.
“Kila manja-manja gitu ga di sekolah?” sekarang Abian yang bertanya.
Dua lelaki itu sekilas membayangkan perilaku Kila yang mereka temukan di setengah hari pada saat di sekolah. Kila yang memiliki sikap tidak bisa ditebak.
“Enggak kok, Kak.” Jawab Shaka.
“Dia ke gue manjanya kelewatan sampe gak dibolehin nikah, amit-amit dah,”Abian membayangkan kemudian bergidik ngeri.
Sontak saja mereka tertawa, mendengar cerita Abian. Kila hanya tidak mau jika tidak ada kakaknya nanti ia akan kehilangan orang yang menjaga, layaknya anak kecil yang butuh perlindungan karena takut dengan dunia yang jahat. Dunia yang belum dipahami oleh gadis remaja seperti Kila.
Karena kurang puas Dendra bertanya lagi, “Di pelajaran apa yang nilainya Kila kurang?”
“Mungkin kimia, Kila juga ga suka pelajaran olahraga,” jawab Shaka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Earth √̲
Fanfiction"Gapapa kok, namanya juga hidup di dunia bukan di surga, bahagia sama sedih emang wajar terjadi kan?" -Shakila. Benar adanya bahwa kehidupan dunia penuh dengan warna, lara, tawa, dan sengsara. Tidak jarang berjalan silih berganti, begitu pula dengan...