Pak Juan naksir lo

603 88 60
                                    

"Saya seneng progres kamu lumayan cepat dan tanggap, bab 2 rampung dan berlanjut ke bab 3." ujar Arjuan, sembari menatap lawan bicara yang kini tengah tersenyum sopan ke arahnya.

Seperti biasa, Airin kini tengah menyelesaikan jadwal bimbingannya dengan Arjuan di ruangan pria itu. Airin bahkan sudah merapihkan berkas skripsi bab 2nya itu ke dalam totebag, namun karena Arjuan yang mengajaknya berbicara Airin tidak bisa langsung pergi begitu saja di rungan yang terasa sangat dingin itu.

Airin mengangguk. "Ini tidak luput dari bimbingan bapak, terima kasih pak."

Susah payah Airin hingga bisa sampai saat ini, terlebih ada saja halangannya ketika mengerjakan skripsi dan salah satu penghalangnya adalah Arjuan sendiri. Bagaimana skripsinya itu sering kali dicoret-coret, di ghosting hingga beberapa hari. Sejujurnya Airin agak tertinggal dibandingkan dengan Sheryl, atau temannya yang lain. Karena mereka sudah di tahap revisi bab 3 menuju Seminar Proposal. Sedangkan dirinya baru akan mengerjakan bab 3.

Airin memejamkan matanya sejenak. Dia terlalu banyak mengeluh.

"Airin," teguran Arjuan kembali menyadarkan Airin dari alam bawah sadarnya itu, gadis itu tersenyum canggung.

"Maafkan saya pak."

Arjuan menggelengkan kepalanya, "tak apa, bukan masalah."

Arjuan melirik arloji yang melingkari pergelangan tangan kirinya yang menunjukkan pukul 5 sore. "Maaf membuatmu menunggu sampai saya kelar mengajar, bahkan sekarang sudah sore."

Airin menggelengkan kepalanya. "Tidak apa pak, ini keputusan saya."

Arjuan mengangguk, pria itu berulang kali terlihat menghembuskan nafasnya sebelum kembali menatap Airin yang menunduk menatap lantai. Apa lantai terlihat menarik dibandingkan Arjuan yang berada di hadapannya itu.

"Bagaimana sebagai permintaan maaf saya dan juga mengapresiasi atas kerja kerasmu mengerjakan skripsi, saya traktir makan malam hari ini ?" Airin yang sudah mendongakkan kepalanya dan menatap Arjuan itu tentu saja terkejut, gadis itu berulang kali mengerjapkan matanya.

Waduh apanih!

"Sebelumnya terima kasih sekali, seharusnya saya yang mentraktir bapak. Untuk hari ini saya tidak bisa pak, maaf." Airin menangkupkan kedua tangannya, dengan senyuman tipisnya itu.

Arjuan terdiam sesaat sebelum menganggukan kepalanya, "Oh iya, saya tunggu traktiran kamu."

Airin mengangguk semangat dengan tangan yang berpose hormat. "Siap itu mah pak! Kalau gitu saya pamit ya, terima kasih untuk bimbingan hari ini."

Arjuan menganggukan kepalanya, Airin lantas beranjak dari duduknya dan melenggang pergi setelah mengucapkan salam. Meninggalkan Arjuan yang menggelengkan kepalanya, baru diajak makan saja dia sudah di tolak.

"Nasib-nasib."

🦋🦋🦋

Selepas bimbingan Airin memang ada janji dengan Sheryl untuk menemani gadis keturunan china itu membeli dress baru yang akan dia kenakan di acara pernikahan sepupuhnya itu, karena style keseharian Sheryl yang sedikit tomboy membuatnya meminta Airin untuk mencarikan dresa yang sekiranya cocok untuk dirinya.

Hampir satu jam lamanya kedua gadis itu memasuki satu toko ke toko lainnya, hingga memilih dress polos berwarna peach.

Dan kini keduanya tengah menikmati makanan cepat saji dengan logo M berwarna kuning tersebut dengan santai, diiringi dengan obrolan-obrolan absurd yang keluar dari mulut Sheryl.

"Makasih banget ya rin, kalo gak ada lo kayanya gue bakalan bingung milih dress kaya gimana yang cocok buat gue." kata Sheryl, tangannya sibuk mencemili kulit ayam sebelum memasukkannya ke dalam mulut.

Skripsweet | Suho IreneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang