fitting

446 77 13
                                    

Pada saat tanggal pernikahan ditentukan, Airin tak bisa berbuat banyak. Meski setelahnya gadis itu protes kepada Arjuan, namun siapa sangka jika argumennya tentu kalah telak dengan ucapan Arjuan.

"Hal yang baik itu harus disegerakan, saya dapetin kamu itu susah loh rin." ujarnya saat itu ketika keduanya membahas soal pernikahan, setelah acara lamaran.

Dan hal yang membuat Airin tambah galau adalah, beberapa hari setelah acara wisuda ternyata Airin diterima kerja di salah satu perusahaan stasiun televisi yang berada di Jakarta, tentu mau tak mau Airin harus pulang pergi dari Bandung ke Jakarta untuk mengurusi hal-hal mengenai pernikahannya itu.

Mulanya Arjuan tak memperbolehkan bekerja diluar kota, namun Airin tetap kekeuh dan mengingatkan atas apa yang pria itu ucapkan saat lamaran tempo lalu.

"Mas udah janji gak akan ganggu karir aku meskipun kita sudah menikah, namun ini belum apa-apa aja Mas Juan udah larang aku buat kerja! Kerjaan ini tuh impian aku dari lama mas, aku gak mau menyia-nyiakan kesempatan ini begitu aja!"

Bukannya apa, Arjuan hanya khawatir melihat gadis yang dicintainya mesti pulang pergi dari Bandung-Jakarta ditengah kesibukan mereka dalam mengurusi hal-hal mengenai pernikahan mereka. Meski hal itu hanya bertahan seminggu, karena Arjuan mengusulkan agar Airin menetap di Jakarta. Biar Arjuan yang menghampiri Airin, jika merindukan gadisnya itu.

Gadis bersurai panjang, yang menguncir rambutnya menjadi satu itu tengah membereskan meja kubikelnya. Deringan dari ponselnya mengalihkan atensi Airin dari kertas-kertas yang tengah dia rapihkan.

Mas Juan memanggil

Airin lantas meraih benda pipih tersebut dan menempelkannya dekat dengan telinga setelah mengulir ikon telfon. "Hallo. Assalamu'alaikum mas, kenapa?"

"Waalaikumsalam, masih di kantor rin?" tanya Arjuan dari sebrang sana, Airin mengangguk.

"Masih mas, tapi sebentar lagi pulang sih setelah ngasih script ke editor."

"Besok kamu libur kerjanya kan? Mas lagi di jalan menuju kantor kamu."

"Iya libur, loh ada apa?"

"Nanti mas jelaskan setelah sampai di kantor kamu ya. Mas tutup telfonnya ya."

Sepuluh menit kemudian, Airin yang sudah menunggu kedatangan Arjuan di loby lantas beranjak dari duduknya ketika netranya menangkap tubuh tegap Arjuan yang melangkah ke arahnya. Hampir 2 minggu dia baru kembali melihat calon suaminya itu, rasa rindu tentu ada jadi ketika pria itu berada di hadapannya Airin memilih memeluk Arjuan. Begitupula dengan Arjuan, pria itu mengusap lembut rambut Airin yang tergerai.

"Cari makan dulu ya?" kata Arjuan setelah pelukan mereka terurai, Airin yang saat ini tengah bergelayut dilengan Arjuan mengangguk dengan senyumannya.

"Mas dua minggu ini sibuk terus ya, baru nyamperin aku lagi." kata Airin ketika keduanya telah berada di dalam mobil, menatap ke arah Arjuan yang tengah fokus pada jalanan.

Seperti biasa saat jam pulang kantor jalanan Jakarta Selatan ramai, dipadati oleh pengendara kendaraan umum hingga pribadi. Suara klakson terus dibunyikan meski lampu hijau baru saja menyala beberapa detik yang lalu, mobil dan motor saling berebutan sebelum lampu lalu linta kembali berubah menjadi merah.

"Banyak hal yang mas urus di kampus, minggu pertama mas ngisi materi di kuliah umum. Lalu minggu kemaren mas ada ngisi workshop juga di Karawang. Maaf ya, mas sengaja padatin jadwal biar nanti mas bisa ambil cuti dengan tenang tanpa beban pekerjaan. Lalu gimana kerjaanmu? " jelas Arjuan, pria itu menoleh dan balik bertanya kepada Airin.

"Ya enggak gimana-gimana sih mas, aku menikmati pekerjaan aku. Soalnya kan ini yang aku inginkan sedari SMA mas, jadi aku kerja pun dibawa happy aja." tutur Airin dengan senyuman menghiasi wajahnya yang ayu, meski makeup nya sudah sedikit memudar.

Skripsweet | Suho IreneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang