Sakit

670 85 17
                                    

Entah sudah berapa kali gadis yang mencepol rambutnya itu menguap, diteguknya kembali kopi luwak yang katanya enak diminum nyaman di lambung yang menjadi teman begadang Airin akhir-akhir ini. Airin menatap layar laptopnya dengan helaan nafas yang keluar dari mulutnya.

Airin sudah mendapatkan pesan dari Arjuan, berupa jurnal-jurnal seperti apa yang pria itu katakan. Arjuan menepati janjinya itu. Airin sudah berjam-jam duduk di kursi meja belajarnya dan menatap layar laptopnya itu, namun tetap saja Airin tidak bisa fokus selepas mendapatkan telfon dari sang Ibu.

Jujur saja Airin senang mendapatkan telfon dari Ibunya, terlebih dia ngekos dan rumah orangtua yang lumayan jauh membuatkan terkadang merindukan suasana rumah. Namun, akhir-akhir ini Ibunya selalu mengeluhkan perihal perilaku ayahnya belakangan ini. Ayahnya yang berperilaku tak seperti biasanya yang membuat Ibunya curiga jika suaminya itu tengah selingkuh.

Sungguh, Airin merasa pusing ketika Ibunya kembali mencurahkan isi hatinya kepadanya perihal Ayah. Airin tahu posisinya sebagai anak perempuan satu-satunya di keluarga, karena kakaknya adalah laki-laki dan sudah memiliki keluarga. Hanya dirinya yang menjadi tempat curhatan Ibunya.

Airin hanya merasa jika beban pikirannya bertambah setelah mendapatkan kabar tersebut, dia sedang pusing oleh tugas akhir. Namun Airin bisa apa, Ibunya pasti lebih memiliki beban pikiran yang jauh lebih besar dari pada dirinya. Airin pun tak bisa menceritakan keluhannya pada orang lain, berujung pada Airin yang menangis diam-diam seperti saat ini. Gadis itu menenggelamkan wajahnya di balik lipatan tangannya, bahunya naik turun.

Airin capek, namun yang bisa dia lakukan hanyalah menangis. Menangis meratapi nasib jika Ayahnya kembali menyakiti hati Ibunya. Sejak dulu Ayahnya itu selalu menyakiti perasaan Ibunya, dimulai dari bermain dengan wanita malam dan kini bermain dengan janda yang umurnya lebih muda dari pada Ibu.

Tangis Airin semakin terasa menyakitkan, dadanya seperti dihimpit benda besar karena menahan suara tangisnya takut jika tetangga kosnya terganggu oleh tangisnya. Sehingga yang Airin lakukan adalah membekap mulutnya.

"Ayahmu ituloh rin, kapan sadarnya. Bunda capek sama tingkah ayahmu. Bunda harus apa." Kata-kata itu yang kini terngiang-ngiang di benak Airin.

Gadis itu memilih untuk meninggalkan laptopnya yang kini layarnya sudah menghitam, melangkah dengan tergesa menuju ranjang tidurnya dan menenggelamkan wajahnya di atas bantal.

Nyatanya, apa yang ada di sinetron salah satu stasiun televisi swasta. Sebenarnya memang terjadi pada kehidupan nyata, di lingkungan sekitarnya bahkan Airin pun merasakan apa yang ada di dalam sinetron tersebut.

Bagaimana seorang suami yang berselingkuh dengan wanita lain, Airin sesungguhnya benci dengan pria yang seperti itu. Tak hanya dirinya yang merasakan, bahkan sepupuhnya yang lain pun merasakan hal yang sama. Entah itu kekerasan rumah tangga bahkan menikah diam-diam. Airin muak. Bahkan dia sering bertanya pada dirinya, bisakah dia menikah jika kehidupannya dipenuhi oleh kegagalan pernikahan.

🦋🦋🦋

Arjuan berulang kali melihat sekitar kantin yang siang itu lumayan di penuhi oleh mahasiswa dan mahasiswi, mata hitam kelamnya terus beredar mencari keberadaan gadis yang kini memenuhi pikiran Arjuan. Bagaimana tidak, sesuai janji kemarin jika gadis itu akan bimbingan setelah melakukan revisi. Namun sedari pagi, gadis itu tak kunjung menunjukkan batang hidungnya sama sekali di kantor Dosen.

Pandangan Arjuan berhenti pada ketiga pria jangkung yang nampak berbincang asik di kantin, posisinya berada di pojok dekat dengan pohon. Samuel, pria itu tidak bersama dengan Airin. Lalu ke mana perginya gadis bertubuh kecil itu.

Skripsweet | Suho IreneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang