Restu Ibu

659 94 83
                                    

Dua bulan menjalin hubungan dengan Arjuan, banyak hal baru yang Airin dapati tentang sifat Arjuan. Bagaimana pria itu sering mengiriminya foto random pria itu, tiba-tiba mengiriminya makanan tanpa memberi tahu, walau terkadang sifat diktatornya keluar apalagi jika mengenai skripsi Airin.

Nyatanya malam ini Airin tidak hanya membeli crepes saja, karena Arjuan membawanya ke Lengkong night streetfood yang memang tidak jauh dari kost Airin tinggal. Sejujurnya Airin sedikit waswas, takut ada anak kampus yang melihat dirinya dengan Arjuan. Apalagi malam minggu seperti ini, pengunjungnya masih ramai meski jam sudah menunjukkan pukul 9.

Airin memperhatikan Arjuan yang tengah membeli baso goreng dan bola ubi yang memang lapaknya bersebelahan, sejujurnya Airin sudah kenyang makan crepes dengan toping es krim. Namun pada akhirnya Arjuan ikut melipir ke lapak bakso goreng dan bola ubi.

Tak lama Arjuan menghampiri Airin dengan membawa dua bungkus makanan tersebut, senyuman menghiasi wajahnya. Airin seketika lupa dengan usia Arjuan yang terpaut 10 tahun dengannya, karena sifatnya yang memang berbeda hampir 180 derajat berbeda dari sebelum dirinya berpacaran dengan dosennya itu.

"Kamu mau beli apa lagi ?" tanya pria itu sembari menyodorkan plastik berisi dua makanan itu.

Airin menggelengkan kepalanya, sembari melahap bakso goreng.

"Enggak, nanti aku gendut makan terus." balas Airin setelah menelan bakso goreng.

Arjuan terkekeh kemudian membawa gadisnya itu dalam rangkulannya, "tambah berat badan juga gak papa, badanmu ini kekecilan loh."

"Kekecilan apanya, mas Juan hampir setiap malam ngirimin makanan buat aku. Berat badan aku naik tau!" Airin memberengut.

"Biar kamu ngurangin konsumsi mie, saya gak mau denger kamu sakit apalagi sampai kena usus buntu. Dijaga makannya, apalagi mendekati sidang kan." Arjuan mengusak lembut rambut Airin, membuat gadis itu menoleh ke arahnya.

"Jangan bahas sidang terus dong mas, bahas yang lain aja."

"Iya iya enggak, mau pulang sekarang ?" Airin mengangguk, Arjuan lantas melepaskan rangkulannya dan menggantinya dengan menggenggam tangan Airin sembari berjalan menuju mobilnya diparkirkan.

Sampai di dalam mobil Arjuan menyerahkan plastik berisi bakso goreng dan bola-bola ubi pada Airin, gadis itu hanya menerimanya. Sepanjang perjalanan pulang pun di isi oleh suara Radio, sesekali Airin menyuapkan bakso goreng ataupun Bola ubi pada Arjuan yang sibuk menyetir.

Hening cukup lama menyelimuti mereka, Arjuan lantas menoleh ke arah Airin yang tengah memperhatikan jalanan. Arjuan mengusap lembut kepala Airin. "Kenapa ?"

Airin menoleh ke arah Arjuan, kemudian menggelengkan kepalanya.

"Saya bukan cenayang, kalau kamu gak bilang. Saya gak akan ngerti sama apa yang kamu rasain."

"Bukan apa-apa pak."

Arjuan memberhentikan mobilnya, tapat sekali karena sudah sampai di kost Airin. "Saya mungkin belum lama kenal kamu, tapi kalau kamu udah manggil saya bapak itu beda nih pasti ada sesuatu. Ayo cerita, kenapa ?"

"Aku takut gak lulus sidang mas," Airin menunduk, menatap kedua tangannya yang kini saling bertaut.

"Kenapa jadi pesimis begini ? Bisa, kamu harus percaya sama diri kamu. Maaf juga saya gak bisa dampingin kamu, karena memang ada kerjaan. Saya tahu kamu pasti bisa Airin." Arjuan meraih kedua tangan Airin, dia genggam kedua tangan yang jauh lebih kecil darinya itu.

"Mas gak bisa berangkatnya abis aku sidang aja gitu ?" tanya gadis itu sembari menatap mata Arjuan.

"Gak bisa sayang, period day one ?" Airin mengangguk, Arjuan lantas membawa gadisnya itu dalam dekapannya. Pantas saja mood swingnya kambuh. Punya dua adik perempuan membuat Arjuan paham dengan apa yang tengah Airin rasakan.

Skripsweet | Suho IreneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang