Kembali ke Jogja

586 98 59
                                    

Hari-hari yang dilalui Airin sebulan ini tak seperti biasanya, jika dulu Sheryl selalu menemaninya ketika dia makan di kantin. Sekarang dia seorang diri. Bukan karena Airin tak punya teman, dia masih ada teman dari unit kegiatan mahasiswa radio yang dia ikuti. Hanya saja tak sedekat dia dengan Sheryl.

Ketika berpapasan dengan gadis bermata monolid itu, Airin lebih memilih untuk menghindar atau bahkan putar balik. Meski berulang kali Sheryl sering menemuinya ke kelas, namun Airin masih belum bisa bertemu dengan Sheryl. Begitu pula dengan Samuel, pria berperawakan tinggi itu sering sekali menghampirinya dan mengatakan jika selama ini dia salah dan memintanya untuk memaafkan Sheryl.

Terkadang Airin berpikir, kenapa hidup Sheryl begitu sangat beruntung. Dia berasal dari keluarga kaya, ayahnya yang menyayangi dia, kemudian dia mendapatkan kekasih yang sangat mencintainya hingga rela melakukan sandiwara untuk mendekati sahabatnya. Mengapa hidup Airin tak seberuntung Sheryl ?

Airin menghembuskan nafas beratnya. Pandangan Airin mengedar pada ruangan sekretariat Radio yang cukup berantakan, botol air mineral berserakan di beberapa titik padahal jadwal pembersihan sekre sudah tertulis dengan jelas di papan mading.

Suara pintu terbuka membuat Airin segera melihat ke arah pintu, gadis berambut sebahu dengan membawa plastik transparan yang di dalamnya terdapat sterofoam. Airin dapat menebaknya jika yang di dalam sterofoam tersebut adalah Seblak.

"Eii rin, gue kira di sekre gak ada siapa-siapa," sapanya sembari membuka sepatu yang dia kenakan kemudian mendekat ke arah Airin yang duduk di hadapan komputer.

"Bosen, jadi ke sini aja numpang wifi-an." balas Airin sembari nyengir, Wanda nama gadis yang kini ikut bergabung bersama Airin di lantai yang beralaskan karpet.

"Ayo rin barengan makan seblak sama gue," katanya sembari membuka bungkus plastik seblak, aroma kencur bercampur dengan cabe menguar seisi ruang sekretariat. Airin cuman menggeleng. "Udah makan mie tek-tek di kantin."

Wanda mengangguk sembari meniup kuah seblak, sebelum melahapnya dengan perlahan. "Btw, gue jarang liat lo bareng sama Sheryl deh. Dia udah kelar skripsinya ?"

Airin mengangkat bahunya, gadis itu memilih untuk memutar tubuhnya kembali menghadap layar monitor komputer untuk mengganti lagu yang sedang di putarnya itu.

"Ada masalah ya rin ? Ceritalah sama gue," desak gadis berambut sebahu itu.

"Gak tau ini bisa disebut masalah atau apa, yang jelas gue cuman butuh waktu buat gak sama Sheryl dulu." balas Airin setelah beberapa saat gadis yang menggerai rambutnya itu memilih diam.

Airin, Sheryl juga Wanda sebenarnya mereka adalah teman akrab, hanya saja beberapa bulan ini Wanda disibukkan oleh tugas akhirnya sehingga dia tak sempat untuk bergabung atau sekedar nongkrong bersama kedua temannya itu. Selain itu, Wanda pun berada di fakultas yang berbeda dengan mereka berdua.

"Keknya gue sibuk sama urusan pribadi ya, sampe gue ketinggalan banyak hal kaya gini. Tapi rin, gue harap sesuatu yang bikin lo jauhi Sheryl sementara waktu itu gak berlangsung lama. Susah nyari temen yang satu frekuensi sama kita, apalagi diumur kita yang udah segini kaya gak ada waktu lagi buat nyari yang baru- belum tentu juga orang baru tersebut bakalan ngerti kita itu orangnya gimana. Ini gue bicara sebagai temen lo ya rin, gue pun gak mihak siapa-siapa. Karena lo tahu sendiri gue gak tahu permasalahan lo sama Sheryl kaya gimana." tutur Wanda panjang, gadis itu bahkan menyimpan sendoknya di atas sterofoam.

Airin mengangguk. "Ini masalah cowok sih, gak penting emang. Cuman cara Sheryl salah, gue gak akan lama marah sama dia kok."

"Samuel ya ?"

Airin kembali mengangguk. "Lo tahu mereka pacaran ?"

"Gue gak tau sih mereka pacaran atau enggak, tapi gelagatnya suka keliatan aja kalo mereka pacaran. Mereka bahkan deket dari jaman KKN kan." balas Wanda, hal itu pun membuat Airin diam. Dia baru menyadari akan hal itu, terlebih saat baru pulang KKN. Interaksi mereka lebih intens, hanya saja beberapa bulan ini tak terlihat dan Airin tak menyadari hal itu.

Skripsweet | Suho IreneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang