Satu bulan berlalu, semuanya tampak baik-baik saja. Ellia menyimpan dengan rapat rahasianya. Tidak mengatakan pada siapapun tentang apa yang sudah terjadi pada dirinya malam itu, termasuk ibunya sendiri. Sejak itu pula ia tidak pernah bertemu dengan Karen lagi.
Kini Ellia bekerja di salah satu rumah makan, tempat ibunya bekerja dulu. Ibu Ellia tak lagi bekerja, karena di gantikan olehnya. Ellia selalu semangat dalam bekerja, karena baginya bekerja adalah hal menyenangkan dan juga menghasilkan uang. Dan yang terpenting ia merasa sebagai anak yang berguna.
"Ellia, tolong kau antarkan makanan ini ke meja nomor 6 ya." Pinta salah satu temannya yang bernama Wina ketika sudah selesai menata makanan di atas nampan.
"Baik!" jawab Ellia dengan semangat.
Ellia mengangkat nampan yang berisi dua piring makanan yang masih panas dan mengeluarkan uapnya tersebut. Namun mendadak Ellia merasa mual ketika aroma makanan itu menusuk hidungnya.
"Ada apa Ellia?" tanya Wina.
Ellia menggeleng cepat. Ia meletakkan kembali makanan itu di atas meja, dan berlari kecil menuju toilet. Wina segera menyusulnya karena khawatir pada Ellia.
"Ellia, kau kenapa? Apa kau sakit?" tanya Wina, tapi Ellia tak menjawab. Ia langsung masuk ke toilet dan memuntahkan isi perutnya di dalam sana.
Tak lama pintu itu kembali terbuka. Wajah Ellia tampak pucat setelah keluar dari toilet, ia mengusap pelan mulutnya. Rasa mual itu masih saja terasa.
"Ellia, kau baik-baik saja?" tanya Wina yang menunggunya di depan pintu, wanita itu terlihat cemas.
"Em, entahlah... Aku..." Belum sempat Ellia menjawab, tiba-tiba tubuhnya terasa lemas tak bertenaga dan seketika Ellia terjatuh tak sadarkan diri.
"Ellia? Kau kenapa?!" Wina berteriak panik, menarik perhatian beberapa pegawai di sana.
"Wina, ada apa? Kenapa berteriak? Ellia kenapa?" tanya salah seorang temannya, ia terkejut melihat Ellia yang tergelatak di lantai.
"Ellia tiba-tiba pingsan. Ayo cepat bantu aku!"
*****
Tangisan lirih itu masih terdengar, entah sudah berapa lama keduanya dalam posisi seperti itu. Ellia duduk bersimpuh di hadapan sang ibu. Wanita paruh baya itu benar-benar terkejut dengan apa yang sudah terjadi dengan anak perempuannya.
Ketika pingsan tadi, Ellia dibawa ke klinik yang berada di dekat rumah makan tempatnya bekerja. Dan Wina langsung menghubungi Ibu Ellia sebelum dokter selesai memeriksanya.
Ketika tiba di klinik betapa terkejutnya Ibu Ellia saat dokter mengatakan kalau Ellia sedang hamil, dan usia kandungnya sudah menginjak empat minggu.
"Ibu, maafkan Ellia...." ucap gadis muda itu diiringi isak tangis.
"Kenapa kamu tidak mengatakannya pada ibu?" tanya Ibu Ellia dengan suara tercekat.
"Ellia takut, Ellia takut Ibu sedih dan kecewa. Dan Ellia juga tidak tahu, kalau kejadian malam itu membuat Ellia hamil..."
Tadi Ellia terpaksa menceritakan semuanya, semua yang terjadi pada malam itu setelah keduanya kembali dari klinik. Tentang dirinya yang dipaksa mabuk oleh Karen dan juga direnggut kesuciannya oleh seseorang yang ia tidak tahu siapa.
"Maafkan Ibu, semua ini salah Ibu. Seandainya hari itu Ibu tak mengizinkanmu untuk pergi, semua ini tak akan terjadi..." Raut penyesalan tampak jelas di wajah ibu Ellia. Hatinya begitu hancur, mengetahui putri satu-satunya telah kehilangan kesuciannya dan kini tengah hamil tanpa tahu siapa ayah dari bayi yang di kandungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ellia I'm Sorry
RomanceBermaksud menolong teman sekolahnya yang menjadi bahan bullyan, Anders malah tak bisa menahan dirinya sendiri ketika melihat wajah cantik Ellia yang selama ini selalu tertutup oleh kacamata tebalnya. Apalagi keadaan Ellia yang mabuk berat, memudahka...