Malam harinya.
Anders sudah berada di kamarnya. Pria itu tengah duduk bersandar di atas tempat tidur dengan sebuah laptop di pangkuannya. Membaca satu persatu email yang dikirimkan oleh Jeff.
"Ck, kenapa Jeff banyak sekali mengirim email padaku?" Anders menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Seharian ini dirinya sudah pusing dengan pekerjaan dan sekarang mendadak Jeff memintanya memeriksa laporan cabang perusahaan yang lainnya.
Klek.
Pintu kamar terbuka. Ellia baru kembali ke kamar setelah tadi menidurkan Emily dulu. Diliriknya sang suami yang tampak begitu fokus dengan laptopnya, sepertinya Anders juga tak menyadari kedatangannya. Ellia berlalu ke kamar mandi.
Ellia melepas kacamata, dan membasuh wajahnya.
"Apa aku dan Anders akan melakukannya lagi?" Ellia membuang nafas berat. Rasanya harga dirinya sudah benar-benar hancur di hadapan seorang Anders Calvert.
Anders menyimpan kembali laptopnya, dan berbaring di atas tempat tidur.
"Pusing sekali kepalaku membaca tulisan-tulisan itu. Jeff benar-benar keterlaluan! Awas saja dia," gerutunya. Sejenak Anders terdiam. "Sepertinya ada yang kurang. Tapi apa?"
Anders beranjak duduk, matanya mengedar mengelilingi sudut kamar dan berpikir.
"Tidak ada yang berubah, sama saja sepertinya."
Klek, pintu kamar mandi terbuka. Ellia melangkah keluar dari sana.
"Oh ya, istriku yang cantik tapi galak ternyata. Hah, bisa-bisanya aku lupa sudah menikah dengan Ellia."
Anders kembali membaringkan tubuhnya. Ellia melangkah mendekati tempat tidur, seperti biasa wajahnya selalu datar jika dekat dengan suaminya itu.
Ellia membaringkan tubuhnya di samping Anders. Dilihat suaminya itu sudah memejamkan mata, tapi sebenarnya pikirannya sedang mengelana ke mana-mana.
"Kira-kira harus menunggu berapa lama ya untuk Ellia hamil lagi?"
Pertanyaan itu tiba-tiba melesak di benak Anders. Kelopak matanya kembali terbuka. Ia menoleh ke arah Ellia. Wanita itu terlihat sedang memandang langit-langit kamar. Belum tidur ternyata.
"Ellia..." panggil Anders pelan.
"Apa?" sahut Ellia tanpa melihat ke arahnya.
"Kapan kau akan hamil?" tanya Anders membuat Ellia langsung menatapnya.
"Maksudku, kira-kira kita harus menunggu berapa lama untuk kehamilanmu?" Anders mengoreksi pertanyaannya.
"Mana ku tahu!" sahut Ellia ketus, ia kembali memandang langit-langit kamar.
"Dulu aku hanya melakukannya sekali, dan kau langsung hamil. Apa sekarang juga sama? Kita sudah melakukannya kemarin, apa kau akan langsung hamil juga?"
Ellia kembali menatap suaminya, kedua alisnya tampak saling bertaut mendengar pertanyaan aneh dari Anders.
"Tidak perlu menatapku seperti itu, aku hanya bertanya." Anders langsung membalikkan tubuh membelakangi istrinya melihat tatapan Ellia yang sangat tidak bersahabat.
"Kenapa dia selalu menatapaku seperti itu? Aku tahu kalau Ellia membenciku, tapi apa tidak bisa ia merubah tatapannya padaku sedikit saja?" Batin Anders. Pria itu mulai memejamkan matanya.
"Kenapa dia memberiku pertanyaan yang aneh begitu? Dia bertanya kapan aku akan hamil? Ya mana ku tahu. Seharusnya dia yang lebih tahu, mungkin saja dia sudah menghamili wanita yang lain selain aku." Ellia menggerutu dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ellia I'm Sorry
RomanceBermaksud menolong teman sekolahnya yang menjadi bahan bullyan, Anders malah tak bisa menahan dirinya sendiri ketika melihat wajah cantik Ellia yang selama ini selalu tertutup oleh kacamata tebalnya. Apalagi keadaan Ellia yang mabuk berat, memudahka...