Chapter 36

684 21 0
                                    

Suara dering ponsel terdengar begitu nyaring membuat Ellia terpaksa membuka mata. Wanita itu mengusap wajah dan memakai kembali kacamatanya.

"Sudah pagi?" gumam Ellia ketika melihat cahaya matahari yang sudah menebus tirai jendela. Ponsel itu kembali berdering, Ellia mencari ke sumber suara. Ternyata ponsel milik Anders yang sedari tadi berdering, ada nama sekretaris Jeff di sana.

Ellia mengedarkan pandangan mencari Anders. Tapi sepertinya suaminya itu tidak ada di kamar, atau mungkin tidak kembali sejak semalam? Karena ponsel itu terus berdering, Ellia terpaksa mengangkatnya.

"Halo Tuan. Tuan di mana? Sebentar lagi kita ada pertemuan penting," ucap Jeff begitu panggilannya terhubung.

"Jeff, ini aku Ellia," sahut Ellia.

"Nyonya Ellia? Maaf Nyonya kalau aku mengganggu," ucap Jeff merasa tidak enak.

"Tidak apa, Jeff. Kau tadi bilang apa?"

"Aku hanya ingin mengingatkan Tuan Anders kalau sebentar lagi ada pertemuan penting di kantor, Nyonya. Apa Tuan Anders ada?"

"Em... Anders masih tidur. Kau telepon saja nanti," jawab Ellia yang langsung memutuskan panggilan itu. Jeff yang hendak bicara, jadi tidak jadi. Ellia merapikan pakaiannya dan berjalan keluar kamar.

"Maaf, apa kau melihat Anders?" tanya Ellia pada salah satu pelayan yang kebetulan ada di sana.

"Tuan Anders? Sepertinya Tuan Anders ada di ruang kerjanya, Nyonya," jawab pelayan itu.

"Ruang kerja? Di mana itu?" tanya Ellia lagi yang memang belum mengetahui seluk beluk di mansion itu.

"Di sana, Nyonya." Pelayan itu menunjuk sebuah pintu yang berseberangan dengan kamar Anders.

"Terima kasih," jawab Ellia, pelayan itu mengangguk dan kembali melanjutkan pekerjaannya.

Ellia segera menuju ruangan itu, tangannya terangkat mengetuk pintu.

Tok Tok Tok

"Anders, apa kau di dalam?"

Senyap, tak ada jawaban. Ellia yang tak sabar segera membuka pintu daripada nanti Jeff menelepon lagi.

"Apa ini bisa disebut sebagai ruang kerja?" gumamnya saat melangkah masuk. Ruangan itu begitu mewah hampir sama dengan kamar mereka, hanya tak ada tempat tidur saja.

Netra Ellia mengedar, dilihatnya Anders yang tengah terbaring di sofa.

"Jadi semalam dia tidur di sini?" Segera Ellia menghampiri suaminya.

"Alice..."

"Alice..." Terdengar Anders menggumam lirih.

"Alice? Siapa Alice?" Ellia memandang heran pada Anders yang sedari tadi menggigau dan menyebut-nyebut nama Alice. Nafas suaminya itu juga terdengar memburu, pun dengan peluh yang terus mengalir di dahinya. Apa suaminya itu sedang bermimpi buruk?

"Anders..."

"Anders, bangun." Ellia mengguncang tubuh Anders, karena sedari tadi Anders tak kunjung membuka matanya padahal sudah berkali-kali Ellia memanggilnya.

"Anders bangun!" Ellia mengguncang tubuh Anders lebih keras.

"Alice!"

Akhirnya mata Anders terbuka, pandangan keduanya bertemu tapi sepertinya Anders masih mengumpulkan kesadarannya.

"Ellia?" Anders baru sadar sepenuhnya, dan dia begitu terkejut saat menyadari tangannya yang tengah memegang erat tangan wanita yang berdiri di hadapannya itu. Anders langsung melepaskannya, dan beranjak duduk. Dilihatnya Ellia yang tengah menatap datar padanya.

"Ada apa?" tanya Anders sambil memijat kening. Mimpi buruk itu datang kembali, membuat kepalanya sedikit berdenyut.

"Kau baik-baik saja?" Ellia balik bertanya, namun masih dengan mode datar.

"Aku tidak apa-apa. Ada apa kau kemari?"

"Sekretaris Jeff dari tadi meneleponmu."

Ellia menyerahkan sebuah ponsel pada suaminya, dan Anders menerimanya.

"Jeff? Jam berapa sekarang?" tanya Anders sambil mengecek ponselnya.

"Jam delapan," jawab Ellia, Anders langsung tersentak mendengarnya.

"Jam delapan? Astaga! aku ada pertemuan penting pagi ini." Dengan langkah tergesa Anders meninggalkan ruang kerjanya dan juga Ellia yang masih berada di sana.

Perhatian Ellia beralih pada sesuatu yang tergeletak di lantai, diraihnya benda itu. Sebuah bingkai foto. Ada dua orang berfoto di sana. Seorang pria mengenakan seragam SMA dan seorang gadis mengenakan seragam SMP.

"Siapa gadis ini? Apa hubungannya dengan Anders?''

Ellia memperhatikan foto wajah gadis yang berada di sebelah suaminya.

"Wajahnya mirip dengan Anders dan... Emily. Apa dia yang bernama Alice, yang sedari tadi Anders sebut-sebut namanya?"

Klek, pintu ruangan itu terbuka. Anders masuk kembali ke ruang kerjanya, dia sudah terlihat rapi dengan setelan kerjanya. Cepat sekali pria itu mandi. Dilihatnya bingkai foto itu di tangan Ellia.

"Bisa kau berikan itu padaku?" pinta Anders sambil mengadahkan tangan. Ellia memberikannya.

"Siapa gadis di foto itu?" tanya Ellia.

"Alice, adikku," jawab Anders singkat, kemudian menyimpan kembali foto itu ke dalam laci meja.

"Lalu di mana keluargamu? Rasanya dari kemarin aku tak melihat siapa pun di mansion ini selain para pelayan?" tanya Ellia lagi.

"Itu tidak penting untukmu," sahut Anders, Ellia menautkan kedua alisnya.

"Aku harus ke kantor sekarang. Nanti kau dan Emily sarapan berdua saja," ucap Anders kemudian. Ellia hanya bisa menatap heran pada suaminya yang langsung berlalu dari sana.

"Kenapa jawaban Anders seperti itu? Apa karena pernikahan ini hanya sementara jadi Anders tidak mau mengenalkan keluarganya padaku?" Batin Ellia bertanya-tanya.

☆☆☆☆☆

Jangan lupa vote 🥰

Ellia I'm SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang