Sementara di ruko.
"Terima kasih atas kunjungannya," ucap Ellia pada pelanggan yang baru saja selesai berbelanja.
"Hai Ellia." Suara seorang pria membuat Ellia menoleh. Fredy sudah berdiri di hadapannya hanya terhalang meja kasir.
"Hai Fredy," sapa Ellia kembali, "Kau sudah kembali dari luar kota?" tanyanya.
"Aku baru saja pulang, di mana Emily? Aku membawakan sesuatu untuknya," tanya Fredy, ia menunjukkan paper bag yang dibawanya. Seperti biasa, jika dari luar kota Fredy selalu membawakan oleh-oleh untuk Emily.
"Emily sedang pergi bersama Anders," jawab Ellia sambil merapikan uang di mesin kasir.
"Anders?" Fredy menautkan kedua alisnya.
"Ya, mereka berdua pergi ke kedai es krim," sahut Ellia.
"Kau biarkan Emily pergi dengannya?" tanya Fredy menatapnya tak percaya.
"Kenapa memangnya? Apa ada yang salah?" Ellia balik bertanya.
"Bukankah dia orang asing? Maksudku dia orang baru di kota ini? Bagaimana kalau dia-?"
"Berniat jahat dan menculik Emily maksudmu?" Potong Ellia, menatap Fredy dengan tatapan mengintimidasinya.
"Bukan Ellia, maksudku-" Fredy mencoba mengelak.
"Fred, Anders teman satu sekolahku dulu. Dia laki-laki yang baik. Selama seminggu ini dia selalu kemari, dan mengajak Emily bermain atau jalan-jalan." Ellia menjelaskan, "Dan Emily juga nyaman dengan Anders, jadi aku tak ada alasan untuk melarang mereka pergi bersama," sambung Ellia.
"Jadi Anders sering kemari? Untuk apa? Apa Ellia belum menyadari siapa Anders yang sebenarnya?" Fredy bertanya-tanya dalam hati.
Ellia hanya menggeleng pelan melihat Fredy yang terdiam.
TING
"Mama, Mama!" seru Emily riang. Gadis kecil itu berlari kecil, diikuti Anders yang berjalan di belakangnya.
"Mama, lihatlah. Aku membawakan es krim untuk Mama." Emily menyerahkan satu cup es krim yang dibawanya.
"Terima kasih, baby." Ellia mengusap rambut putrinya.
Emily beralih menatap Fredy, "Paman Fredy? Paman sudah pulang?" tanyanya.
"Ya, Paman baru saja pulang. Oh ya, Paman bawa sesuatu untukmu." Fredy menyerahkan paper bag yang dibawanya.
"Wah, terima kasih Paman." Dengan riang Emily menerimanya. Emily membuka paper bag itu, ternyata isinya sebuah boneka.
"Cantik sekali. Terima kasih Paman Fredy," ucapnya sambil memeluk erat boneka itu..
"Sama-sama My Princess," sahut Fredy.
Anders tersenyum melihat interaksi keduanya, "Fred, kapan kau kembali?" tanyanya.
"Baru saja. Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Fredy basa-basi.
"Aku hanya mengajak Emily jalan-jalan." Anders menyadarkan tubuhnya di meja kasir.
"Oh begitu? Aku ingin bicara denganmu, apa kau ada waktu?" tanya Fred lagi.
"Bicara? Apa yang ingin kau bicarakan?" Anders balik bertanya.
Rasanya tak ada yang perlu dibicarakan antara dirinya dan juga Fredy. Atau Fredy hanya ingin mengajaknya mengobrol?
"Kita bicara di luar saja." Ajak Fred. Walaupun merasa aneh, Anders tetap menerima ajakannya.
"Okey baiklah," sahut Anders.
"Ellia, Emily, aku dan Anders akan keluar sebentar." Pamit Fredy.
"Daddy dan Paman Fredy mau kemana?" Gadis kecil itu bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ellia I'm Sorry
RomanceBermaksud menolong teman sekolahnya yang menjadi bahan bullyan, Anders malah tak bisa menahan dirinya sendiri ketika melihat wajah cantik Ellia yang selama ini selalu tertutup oleh kacamata tebalnya. Apalagi keadaan Ellia yang mabuk berat, memudahka...