Chapter 32

628 15 0
                                    

Willians Grup.

Anders menyandarkan punggungnya di sofa ruangan, memijat keningnya yang terasa pusing.

"Tuan perlu sesuatu?" tanya Jeff yang berdiri di sampingnya.

"Tidak, Jeff. Aku ingin istirahat. Kau selesaikan semua pekerjaanku hari ini," ucap Anders.

"Tuan ke kantor hanya untuk istirahat? Kenapa tadi tidak istirahat di mansion saja?" tanya Jeff heran.

"Terserah aku mau istirahat di mana. Mansion atau pun kantor, keduanya adalah milikku," celetuk Anders dengan sombongnya. Pria itu membaringkan tubuhnya di sofa, matanya mulai terpejam.

"Tuan sedang menghindari Nyonya Ellia?" tanya Jeff. Anders kembali membuka matanya, melirik Jeff sudah duduk di hadapannya.

"Menurutmu?" Anders balik bertanya.

"Menurutku seperti itu," timpal Jeff.

"Entahlah Jeff. Aku bingung."

"Justru aku yang bingung Tuan. Kenapa tiba-tiba Tuan dan Nyonya Ellia menikah? Tuan tahu, tadi aku baru akan memimpin rapat, tapi Tuan malah memberiku perintah yang aneh begitu." Jeff menggerutu. Anders bangun dari tidurnya, sepasang mata hazelnya menatap tajam pada sekretarisnya itu.

Tadi begitu sampai di kantor, Jeff hendak memimpin rapat bulanan di perusahaan menggantikan Anders, namun tiba-tiba saja Anders menghubunginya meminta dicarikan sebuah gaun putih dan juga tempat untuk menikah.

Walau pun merasa aneh, Jeff tetap menurutinya dan terpaksa menunda rapat. Padahal dirinya juga baru sampai di kantor.

"Kau pikir aku tahu kalau ini semua harus terjadi?" Anders mengeluh.

"Maksud Tuan?" tanya Jeff yang masih tidak mengerti.

Anders membuang nafas berat, kemudian menceritakan apa saja yang terjadi di rumah sakit tadi.

"Jadi Tuan dan Nyonya Ellia menikah hanya untuk mendapatkan seorang anak lagi untuk menjadi pendonor Nona Kecil?" tanya Jeff begitu cerita Anders selesai.

Pria itu mengangguk. "Ya," sahutnya.

"Dan setelah Nona Emily sembuh nanti, kalian akan bercerai?" tanya Jeff lagi.

"Ellia menginginkan itu," jawab Anders yang terkesan pasrah.

"Bukannya itu sama saja seperti kalian mempermainkan sebuah pernikahan? Pernikahan adalah ikatan yang suci di mana ada Tuhan sebagai saksi, tapi Tuan dan Nyonya melakukannya hanya untuk mendapat seorang anak lagi?" tanya Jeff beruntun, dirinya adalah pria menjunjung tinggi sebuah ikatan suci. Jadi dia tak akan terima jika ada yang mempermainkan pernikahan. Walau pun itu adalah bos nya sendiri.

"Jeff, sudah ku katakan kalau Ellia yang menginginkan ini. Bukan aku," tukas Anders.

"Dan asal kau tahu, seandainya bisa aku ingin mempertahankan pernikahan ini. Tapi Ellia sudah terlanjur membenciku, sangat membenciku!" Anders menekankan kata di akhir kalimatnya.

"Dan seharusnya Tuan bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk membuat Nyonya Ellia menghilangkan rasa bencinya pada Tuan," timpal Jeff.

"Bicara itu mudah Jeff, tapi tidak dengan kenyataannya," balas Anders. Jeff menghela nafas panjang. Ya Anders benar, bicara memang mudah. Tapi apa salahnya mencoba bukan?

"Sudahlah Jeff jangan bahas itu dulu. Kau minta para staf untuk ke ruang rapat setelah makan siang. Aku akan melanjutkan rapat bulanan yang tadi tertunda," ujar Anders, Jeff langsung tercengang.

"Ya? Bagaimana Tuan?" Pemuda itu mengerjapkan matanya.

"Apa perlu ku ulangi perkataanku, Jeff?" Anders balik bertanya. Jeff hanya bisa menggeleng. Meminta para staf untuk berkumpul bukanlah hal yang mudah.

☆☆☆☆☆

Mansion Willians

Tangan itu membelai lembut rambut panjang gadis kecil yang selama ini menjadi teman hidupnya.

"Mama, kapan Daddy akan pulang?" tanya Emily yang berada dalam dekapan Ellia. Netra di balik kacamata itu melirik ke arah jam yang berada di dinding. Sudah pukul lima sore.

"Mama tidak tahu, Emily. Mungkin sebentar lagi," jawab Ellia yang memang tidak tahu kapan suaminya itu akan pulang. Anders juga tidak mengabarinya. Tunggu, dirinya bahkan tidak punya nomor telepon Anders. Hah, suami istri macam apa ini?

Ketika beberapa waktu lalu saat masih dekat dengan Anders pun mereka tak saling bertukar nomor ponsel, karena Anders selalu datang ke ruko setiap hari.

"Mama, aku suka kamar ini. Apa kita akan selamanya tinggal di sini?" tanya Emily lagi. Keduanya memang sedang berada di kamar Emily, Ellia tidak ingin berada di kamar Anders karena pemiliknya sedang tidak ada. Tadi ia hanya ke kamar itu saat pelayan menunjukkannya, kemudian kembali ke kamar Emily.

Ellia tersenyum kecut. Tidak mungkin dirinya dan Emily tinggal selamanya di sana, jika ia cepat hamil mungkin hanya satu tahun mereka tinggal di sana.

"Semoga saja ya Sayang," jawab Ellia sambil melabuhkan kecupan hangat di kening putrinya.

"Maafkan Mama, Sayang. Kita tidak mungkin selamanya tinggal di sini. Setelah kau sembuh kita akan langsung pulang ke rumah kita yang lama." Batin Ellia.

Sementara itu di kantor.

Jeff sudah merapikan mejanya dan bersiap-siap untuk pulang, sedangkan Anders masih duduk melamun di kursinya.

"Tuan? Tuan!" panggilnya membuat Anders tersadar dari lamunannya.

"Ada apa?!" seru Anders yang terkejut sekaligus kesal, Jeff selalu saja mengganggu lamunannya.

"Kenapa malah melamun? Apa Tuan tidak ingin pulang?" tanya Jeff yang sudah berdiri di depan mejanya.

"Pulang?" Anders melihat arloji yang melingkar di tangannya, sudah jam pulang kantor memang.

"Apa tidak sebaiknya kita lembur saja?" tanya Anders.

"Lembur? Aku lelah Tuan, aku ingin pulang dan beristirahat. Hari ini sangat melelahkan untukku. Lagi pula semua pekerjaan hari ini sudah selesai," sahut Jeff. Anders membuang nafas berat, sekretarisnya itu selalu tidak bisa diajak kerja sama ternyata.

"Lagi pula ini malam pengantin Tuan, apa Tuan tak ingin segera pulang?" sambungnya membuat Anders langsung mendelik ke arahnya.

"Jeff!"

"Tuan bilang, Nyonya Ellia ingin cepat punya anak lagi. Seharusnya Tuan juga cepat pulang sekarang agar Nona Emily segera punya adik," celetuk Jeff. Anders seketika menganga mendengarnya.

"Kau ini tahu apa soal malam pengantin? Menikah saja belum," timpal Anders.

"Dan Tuan sudah tahu tentang malam pengantin lebih dulu padahal waktu itu Tuan belum menikah bahkan Tuan masih sekolah. Ingat, usia Tuan saat itu baru delapan belas tahun," balas Jeff tak mau kalah. Anders langsung menatap Jeff dengan tatapan membunuhnya.

"Jeff, kau benar-benar menyebalkan!" seru Anders sambil bangkit dari duduknya.

"Sebaiknya Tuan cepat pulang, mungkin saja Nyonya Ellia sudah menunggu kedatangan Tuan dengan pakaian seksinya," celetuk Jeff yang kemudian beranjak keluar dari ruangan itu meninggalkan Anders yang menganga di tempatnya.

"Awas kau Jeff!" geramnya.

☆☆☆☆☆

Jangan lupa vote 🥰

Ellia I'm SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang