"Tuan Anders, aku permisi dulu. Oh ya, untuk hasil tesnya besok baru akan keluar." Meitha bangkit dari duduknya dan merapikan pakiannya yang sedikit kusut.
"Ya, semoga saja hasilnya sesuai dengan yang kami harapkan," sahut Anders.
"Semoga saja." Meitha beranjak dari sana.
Klek, pintu ruangan itu terbuka membuat Anders menoleh. Terlihat Ellia berdiri di ambang pintu dengan wajah dingin sambil menatap datar padanya.
"Ada apa Ellia?" tanya Anders sambil beranjak dari duduknya.
"Emily sudah sadar," jawab Ellia datar, sedatar tatapannya.
"Benarkah?" Raut wajah Anders terlihat berbinar.
"Ya. Dan Emily ingin bertemu denganmu," sahut Ellia yang masih memasang wajah datar.
"Emily ingin bertemu denganku?" Ulangnya. Wajah Anders seketika berubah suram, ia teringat kejadian pagi tadi.
"Kenapa?" tanya Ellia yang melihat perubahan di wajah Anders.
"Tidak apa-apa. Katakan saja pada Emily kalau aku tidak ada di sini," jawab Anders yang kembali duduk, Ellia mengerutkan keningnya.
"Kau tidak mau menemui Emily?" tanya Ellia sambil menatapnya heran. Anders membalas tatapannya.
"Apa kau lupa? Bukankah kau yang melarangku untuk bertemu dengan Emily? Bahkan Emily sudah berjanji padamu tidak akan bertemu denganku lagi karena aku adalah pria yang jahat?" Anders balik bertanya.
Terlihat Ellia membuang nafas berat dan memijat pelipisnya. Bagaimana mungkin dirinya melarang Emily untuk bertemu dengan Anders jika kondisi Emily seperti sekarang? Dan lihat pria itu, malah membalikkan ucapannya.
"Temuilah Emily. Dia begitu merindukanmu," ucap Ellia kemudian. Tapi Anders sama sekali tak bergerak.
"Anders, aku mengizinkanmu untuk bertemu dengan Emily," ucap Ellia lagi. Wanita itu mulai terlihat kesal karena Anders hanya diam saja.
"Tapi kau harus janji padaku." Anders akhirnya bersuara.
"Janji apa?" tanya Ellia bingung. Anders kembali berdiri di hadapannya.
"Kau harus janji, kau tidak akan marah lagi pada Emily jika aku menemui Emily atau pun sebaliknya. Kau boleh melampiaskan emosimu padaku, tapi tidak dengan Emily," jawab Anders.
Kini giliran Ellia yang terdiam. Ia ingat beberapa waktu lalu membentak Emily tanpa sadar dan juga pagi tadi sudah membentak Emily.
"Aku janji tidak akan marah," jawab Ellia pelan.
Anders tersenyum tipis. "Terima kasih, aku temui Emily dulu."
Anders memasuki ruangan itu, tampak putri kecilnya sedang duduk bersandar di tempat tidur.
"Daddy!" sorak Emily yang melihat Anders datang mendekat. Tangannya sudah terangkat ke udara. Anders langsung memeluknya.
"Aku merindukanmu, Daddy..." Lirih Emily yang berada dalam pelukan Anders.
"Daddy juga merindukanmu, Sayang." Anders melabuhkan kecupan berkali-kali di puncak kepala putrinya. Menimang penuh sayang tubuh mungil tersebut.
"Daddy jangan pergi lagi," kata Emily begitu pelukannya terlepas. Netranya menatap penuh harap pada pria yang ia anggap sudah seperti ayahnya itu.
"Daddy akan selalu berada di sampingmu." Anders kembali meraih Emily ke dalam pelukannya. Menghujaninya puncak kepalanya dengan kecupan sayang. Dan keduanya tak luput dari perhatian Ellia yang berdiri tidak jauh dari sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ellia I'm Sorry
RomanceBermaksud menolong teman sekolahnya yang menjadi bahan bullyan, Anders malah tak bisa menahan dirinya sendiri ketika melihat wajah cantik Ellia yang selama ini selalu tertutup oleh kacamata tebalnya. Apalagi keadaan Ellia yang mabuk berat, memudahka...