TI 4

3.4K 271 1
                                        

Aku tiba di rumah dengan selamat.

Dengan langkah berat aku masuk ke dalam rumahku. Pandanganku terus terarah ke depan.

Cklek~

Saat aku membuka pintu, Marry lah yang pertama kali kulihat. Ia berdiri-- maksudku ia melayang untuk menyambutku.

"Kenapa kau suka sekali membawa pulang sesuatu sih Derra? Bikin penuh rumah saja"

Wajahku menjadi masam saat mendengar penuturan Marry. Ayolah, bukan aku yang ingin membawa-'nya'. Dia sendiri yang menempel padaku.

"Tolong bantu aku menyingkirkan dia Marry"

"Dengan senang hati"

Tiba-tiba saja badanku langsung terasa ringan. Oh inikah yang namanya beban telah tersingkirkan? Padahal Marry hanya menatapnya, namun dia langsung menghilang.

"Terimakasih Marry"

"Tidak masalah, itu hanya hal kecil yang bisa kulakukan untukmu"

Aku hanya mengangguk kemudian berjalan menuju kamarku dengan Marry yang masih melayang di sampingku.

Entah kenapa hari ini aku merasa lelah dan ingin segera berkencan dengan kasur empuk milikku.

Hari ini aku benar-benar merasa banyak tekanan. Sejak dari ruangan yang mempunyai hawa suram di sekolah, dan saat pulang ada sesosok anak kecil yang bergelantungan pada kaki kiriku.

Itu benar-benar memberatkan langkahku. Bahkan untuk menatap jalan saja aku tidak sanggup. Karena jika aku menatap jalan, otomatis aku akan melihat kebawah dan tak sengaja bisa melihat sosok itu. Dan tentu saja aku takut, makanya aku hanya menatap lurus kedepan.

Tapi aku bersyukur Marry bisa dengan mudah mengusirnya.

Walau begitu, aku juga harus menyiapkan mentalku saat di rumah. Karena selain Marry, 'mereka' juga ada hampir di setiap sudut rumah.

Aku masih belum terbiasa dengan 'mereka'. Namun jika dengan Marry, sedang ku usahakan.

"Eit, bersihkan dulu tubuhmu setelah itu berbaring"

Marry mencegahku saat aku baru saja ingin berjalan ke arah kasur. Padahalkan aku belum ada gerakan untuk tidur.

Kan bisa saja aku hanya berjalan ke arah kasur, memeriksa kasur, mengitari kasur, menaiki kasur, melompat di atas kasur, bersalto di atas kasur, kayang di atas kasur, kemudian terlentang di atas kasur karena kecapean dan tertidur. Ups...

"Baiklah.. baiklah.."

Aku meletakkan terlebih dahulu tasku di atas meja belajar kemudian setelahnya menuju ke arah kamar mandi untuk membersihkan diri.

Marry sendiri sudah menghilang saat aku baru akan memasuki kamar mandi. Aku kemudian menghela napas sebelum mengeluarkan suaraku.

"Pergilah, aku ingin mandi"

Aku berucap tanpa menatap ke arah 'dia' yang berada di langit-langit kamar mandi. Dan aku tak menyangka 'dia' langsung menghilang saat aku menyuruhnya pergi.

Aku menghela napas lega. Tanpa sadar aku menahan napas tadi. Sekarang, aku bisa membersihkan diri dengan nyaman dan damai.

Ternyata air hangat dapat membuat tubuhku menjadi lebih rileks. Sungguh menenangkan. Sesaat rasa takutku akan rumah ini dan 'mereka' terangkat. Dan itu cukup membuatku tenang.

Aku jadi merindukan teman-temanku. Setidaknya bila mereka ada, aku bisa berbagi ketakutanku, namun nyatanya aku harus menghadapi ini sendiri.

Mungkin ini akibat karena aku kadang membagi kebahagiaanku dan lebih sering menjahili kalian teman-temanku :)

Sekali lagi maafkan aku teman-teman yang mungkin sekarang sudah tenang karena aku tidak ada untuk mengganggu kalian. Apakah dengan aku disini tidak ada lagi beban keluarga, beban negara, atau beban bagi teman-temanku disana?

Aku tidak tahu. Tapi tentu aku harus berhenti untuk over thinking dan segera menyelesaikan mandiku.

Tanpa sadar jari-jariku telah berkeriput. Apakah aku mandi selama setengah abad hingga menjadi keriput? Tentu tidak, ini hanya faktor terlalu lama berendam di dalam air.

Segera aku mengambil handukku untuk mengeringkan badan. Kemudian aku melilitkannya pada tubuhku dan keluar dari kamar mandi.

Aku memilih pakaian yang terasa nyaman untuk dipakai. Dan kinilah saatnya.

Saatnya untuk tidur!

.

.

.

.

.

TBC>>

Transmigrasi Indigo || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang