Oh indahnya keramaian. Padahal di kehidupanku sebelumnya, aku selalu mencari tempat sepi untuk beristirahat. Sepertinya sekarang itu tidak berlaku lagi untukku.
Aku berjalan santai menuju ke arah kelasku. Memang aku melihat 'mereka' dalam perjalanan. Tapi syukurlah tidak ada satupun di antara mereka yang mencoba mendekatiku.
Sampai di kelas, kulihat kelas mulai terisi penuh kembali. Kalau di sekolah aku bisa merasa tenang tanpa gangguan dari 'mereka' seperti ini, mungkin yang dulunya aku sangat malas untuk pergi ke sekolah sekarang tidak lagi.
Tapi sepertinya aku melupakan sesuatu yang seharusnya aku hindari saat di sekolah. Ada yang mengganjal pikiranku namun aku tidak tahu apa itu.
Aku menjalani sekolah seperti murid biasa lainnya hingga bel pulang berbunyi. Waktunya pulang!
Sekolah memang tidak menyeramkan. Tapi lain ceritanya jika sudah mulai sepi saat waktu pulang sekolah. Apalagi jika hari menjadi semakin gelap. Aku harus bergegas untuk kembali ke rumah.
"Derra!"
Oh tapi ada yang mencegahku untuk segera pulang. Menyebalkan.
Aku berbalik dan menatap orang yang tadi memanggilku. Ternyata dia adalah guru olahraga kami.
"Tolong bantu bapak sini"
"Bantu apa pak?"
Mau tak mau, aku menghampiri guru olahraga yang ingin meminta bantuanku. Baiklah, sebagai murid berbakti akan kubantu.
"Tolong kau bereskan bola basket dan bola sepak yang ada disini ke gudang olahraga. Apa kau bisa?"
"Bisa pak"
"Kalau begitu terimakasih. Bapak pergi dulu"
"Iya pak. Sama-sama"
Aku menjawab dengan menunjukkan senyuman formalku. Kulihat pak guru itu sedang kerepotan membawa net serta catatan kehadiran di tangannya. Mungkin tujuannya adalah ruang guru?
Yah, lagipun gudang olahraga tidak terlalu jauh dari sini. Yang harus kulakukan sekarang adalah menyelesaikan tugas ini dengan segera.
Aku menyeret jaring yang sudah berisikan bola basket dan bola sepak ke arah gudang olahraga. Aku kemudian menyimpannya di tempat yang kosong, setelahnya aku segera keluar dari sana.
Aku berjalan melewati lorong untuk menuju gerbang sekolah. Namun, hawa suram apa ini yang kurasakan?
Bahkan hawa ini lebih suram dibandingkan dengan wajah temanku yang melihat doi-nya selingkuh dengan sahabatnya sendiri .g.
Aku menoleh ke arah samping dan mendapati sebuah pintu yang tertutup rapat dan terkunci oleh rantai. Aha! Ternyata inilah yang kulupakan :)
Dasar bodoh, kenapa aku bisa melupakan hal penting seperti ini? Ruangan inilah yang menjadi bencana bagi pemeran utama sehingga novel-nya juga menjadi berjudul 'JANGAN MASUK'. Ya, judul novel-nya 'JANGAN MASUK' bukan tanpa alasan. Dan tentu saja, ini adalah bagian novel yang paling harus aku hindari.
Sekarang mungkin adalah waktunya... waktunya lari! Aku segera berlari semampuku saat hawa suram yang kian mencekam itu seakan ingin menarikku menuju ruangan itu.
Sungguh itu sangat mengerikan dan membuatku merinding. Bahkan bulu kuduk-ku masih meremang walaupun aku sudah berada jauh dari ruangan tadi.
Aku segera menuju ke arah halte bis. Oh, sial aku ketinggalan bis untuk pulang. Tapi tidak masalah, masih ada bis kedua yang akan datang.
Mungkin kalian penasaran kenapa keadaan gudang mulus-mulus saja saat kumasuki padahal disana sepi. Tidak penasaran? Tetap akan ku ceritakan.
TENTU SAJA DI GUDANG JUGA ADA! Bahkan begitu terasa menyeramkan bagiku karena keadaan gudang yang gelap tanpa pencahayaan.
Tapi aku berpura-pura tidak melihat 'mereka' dan hanya berjalan lurus, setelah itu aku segera keluar dari sana.
Karena tidak mungkin aku pingsan di tempat. Nanti kalau 'mereka' menyembunyikanku bagaimana? Atau saat aku membuka mata 'mereka' malah berkerumun di dekatku bagaimana? Atau bahkan 'mereka' yang mengangkatku saat aku pingsan bagaimana?!
Oke Derra, stop untuk over thinking. Bis jemputan-nya sudah datang.
.
.
.
.
.
TBC>>
![](https://img.wattpad.com/cover/303303175-288-k760742.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Indigo || END
Mystery / ThrillerSeorang gadis biasa tiba-tiba terbangun di tubuh orang lain membuat dirinya bingung. Hingga ia menyadari ternyata dirinya malah memasuki sebuah novel yang pernah ia baca. Ya, dia bertransmigrasi. Namun bukan itu masalahnya. Masalahnya ialah, novel y...