TI 15

1.6K 167 0
                                    

Hari ini adalah hari Kamis. Hari yg dijanjikan bersama untuk mengerjakan tugas kelompok.

Tugas itu akan kami lakukan sepulang sekolah karena kami juga butuh rencana untuk mengambil kunci dari penjaga agar bisa membuka ruangan yg selalu dikunci dengan rapat itu.

Dan ya, kami menunggu hingga jam pulang sekolah tiba. Hari sudah sore dan hanya ada kami berlima serta penjaga sekolah di sekolah ini.

Kami berlima bersembunyi agar penjaga sekolah tidak menemukan kami dan mengusir kami.

Sialnya, jangan lupakan juga 'mereka'. Para makhluk yg semakin ramai terlihat akibat sekolah yg sepi. Pernah kukatakan kan sebelumnya, 'mereka' akan nampak dalam kesunyian.

"Sekarang bagaimana?" tanya Livi membuka suara

Posisi kami sekarang ini adalah bersembunyi di balik tembok sambil mengawasi penjaga yg berada pada posnya.

"Aku sudah menduga bahwa ini akan berguna" ucap Ruby membuat kami melihat kearahnya. Terlihat Ruby yg tengah memegang sesuatu berupa serbuk putih yg dibungkus.

"Apa itu?" tanyaku

"Kalian tunggu disini. Aku akan segera kembali"

Bukannya menjawab pertanyaanku, Ruby malah berlalu pergi dari hadapan kami.

"Apa yg dia lakukan?" gumam Gideon

"Entahlah, tapi kita lihat saja nanti" sahutku dengan menggendikkan bahu

Tak lama kemudian Ruby kembali dengan segelas kopi di tangannya. Tunggu, kopi? Untuk apa?

"Kau pergi hanya untuk membuat kopi? Jika kau ingin, kau bisa minum kopi setelah ini selesai b*d*h" maki Gideon

"Kau yg b*d*h! Kopi ini bukan untukku, tapi untuk satpam itu" ucap Ruby yg kembali memaki Gideon

Setelahnya Ruby pergi untuk melancarkan aksinya. Ia segera mendekati penjaga sekolah itu.

"Hei kau, kenapa kau masih di sekolah? Pulang sana" ucap penjaga itu kepada Ruby

"Aku masih disini karena menunggu jemputan. Aku tadi ketiduran dan ketinggalan bus untuk pulang" alibi Ruby

Ya, percakapan Ruby dan pak penjaga masih bisa kami dengar dari sini akibat jarak yg tidak begitu jauh.

"Oh ya, tadinya aku membuat kopi ini untukku. Tapi sepertinya jemputanku sudah datang, jadi tidak mungkin kalau aku harus menghabiskan kopi ini sekarang. Kalau begitu ini buat bapak saja. Tenang saja, kopinya masih hangat dan sama sekali belum ku minum. Aku pergi dulu" ucap Ruby yg langsung meletakkan kopi yg dipegangnya di depan bapak penjaga dan ia langsung berlari ke arah gerbang sekolah.

"Terimakasih anak muda" ucap bapak penjaga kemudian menyeruput kopi buatan Ruby

Ruby menghilang di balik tembok yg menahan gerbang sekolah. Kulihat dirinya mengawasi pak penjaga sambil bersembunyi di balik tembok itu.

Tak lama setelah penjaga sekolah itu meminum kopinya, Ruby kemudian mengangkat kelima jarinya.

Seolah sedang menghitung, terlihat dari tempat berdiriku sekarang bahwa Ruby mulai melipat jari-jarinya sedetik demi sedetik.

Ia melipat dari jari kelingking, jari manis, jari tengah, kemudian jari telunjuk sehingga pada detik kelima hanya tersisa ibu jari miliknya yg ia arahkan pada kami.

Bersamaan dengan itu, pak penjaga tiba-tiba pingsan di dalam posnya. Entahlah, aku kurang yakin dengan itu. Dia pingsan, tertidur atau--?

"Bagaimana? Berhasilkan? Ayo segera ambil kuncinya" ucap Ruby berteriak pada kami

Kami pun secara bersamaan pergi menuju pos penjaga dan mulai menggeledah penjaga tersebut untuk mencari kuncinya.

"Dapat!" pekik Livi. Ia tidak ikut menggeledah, tapi Livi menemukan kunci tersebut tergantung pada paku di tiang pos itu.

"Kerja bagus"

Kami pun pergi menuju ruangan yg kami maksudkan. Sebelum pergi aku sempat meraba denyut nadi penjaga itu dan ternyata denyut nadinya masih ada.

"Apa yg sebenarnya kau masukkan kedalam kopi itu?" tanya Raphaelo pada Ruby

Aku menyimak karena akupun ingin tahu dan aku memang terbiasa mendengar pembicaraan orang lain dalam diam. Alias menguping :)

"Sianida" jawab Ruby singkat

"Kau gila?! Kau bisa masuk penjara nanti" kaget Gideon

"Bercanda. Aku hanya memasukkan obat tidur biasa ke dalam kopi. Lagi pula jika memang harus meracuni orang, orang itu bukan penjaga tadi" ucap Ruby

"Jadi maksudmu ada orang yg ingin kau bunuh?" tanya Raphaelo. Kurasa dia mengerti maksud tersirat dari ucapan Ruby.

Ruby sendiri hanya tertawa menanggapi ucapan Raphaelo. Ia tidak menyangkal akan hal itu.

"Candaamu tidak lucu! Malah terdengar mengerikan" sahut Livi merinding

Aku hanya diam memperhatikan. Sudah terbiasa dengan ini semua, bahkan candaan aneh seperti ini sekalipun.

.

.

.

.

.

TBC>>

Transmigrasi Indigo || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang