TI 17

1.4K 170 0
                                    

Fera...

Fera~

Fera!

FERA

"Akh! Apa si*lan?!" aku menutup kupingku sendiri akibat mereka terus menggangguku

"Semua orang punya tujuan atas hidupnya. Termasuk kau Fera"

"Kau akan tahu jika mencari tahu"

"Ketidak waspadaan-mu bisa membuatmu berada dalam masalah"

"Semua ini tentangmu Fera"

"Semua jawaban ada pada dirimu"

"Berhati-hatilah. Tanpa kau sadari semua jawaban ada di dekat mu"

Suara-suara yg sebelum-sebelumnya pernah kudengar kini terlintas lagi di kepalaku. Kini keadaanku mirip seperti Livi dan Ruby yg berjongkok sambil menjambak rambut sendiri dengan frustasi.

Perasaan takut benar-benar menguasai dadaku hingga sanggup membuat napasku sesak.

Napasku tersenggal-senggal seperti habis melakukan olahraga berat akibat 'mereka', penghuni ruangan ini menunjukkan wujud menyeramkan mereka.

Ditambah sepertinya mereka arwah yg mempunyai banyak masalah semasa hidup akibat hawa dendam yg mencekam benar-benar membuatku kesulitan bernapas.

"Ku mohon berhenti.." lirihku

"Kumohon.."

Fera~

"KUMOHON HENTIKAN"

Aku frustasi. Bayang-banyang saat menjadi Fera dulu terputar di kepalaku. Ku rasa tidak ada yg salah dengan itu, lalu apa masalahnya?!

Kikikikikik~

Sial*n, suara tawa itu jelek sekali sampai membuat telingaku terasa sakit.

Aku mendongak menampilkan wajahku yg berantakan. Mencoba menoleh ke arah 'mereka' dengan berani.

'Mereka' aneh. 'Mereka' mengerikkan dan 'mereka' tidak nyata. Seketika mereka menghilang menampilkan kaca yg sedari tadi terhalang oleh mereka.

Aku melihat penampilanku yg kacau di sana. Selanjutnya aku melihat wujud diriku-- bukan, bukan sebagai Vanderra. Tapi itu diriku sebagai Fera. Ya, aku melihat Fera disana yg merupakan diriku di dunia nyata.

Sedetik kemudian aku ikut pingsan menyusul semua temanku yg memang sudah tak sadarkan diri. Livi dan Ruby memang sudah lebih dulu pingsan dariku.

Malam itu begitu sunyi dan dingin. Jarum panjang, pendek, serta jarum detik pun tepat sejajar di angka 12. Hal yg aneh...

.

.

.

Brak!

"Astaga sudah kuduga mereka disini. Tapi kenapa mereka malah tidur disini? Membuatku repot saja" ucap penjaga sekolah yg kemarin mereka buat tertidur

Penjaga sekolah tersebut mendobrak pintu akibat kuncinya ada pada anak-anak nakal yg kini sedang tertidur pulas.

"Hei bocah! Cepat bangun!" ucap penjaga itu sambil mengguncang badan kelimanya

"Ck, bocah-bocah ini. Apa yg mereka lakukan? Susah sekali dibangunkan seperti sedang simulasi mati saja"

"Bocah! Kalau kalian mau mati jangan disini! Cari tempat yg aesthetic dulu baru mati!" teriak pak penjaga di dekat telinga Gideon

"Eum.. five minutes again mom.." lirih Gideon yg malah bergerak membelakangi pak penjaga

"Enak saja! Cepat bangun sebelum saya coret kamu dari KK!" ucap pak penjaga dengan menendang pelan tubuh Gideon. Dan berhasil, Gideon terbangun.

"No! Mom! Jangan coret Deon dari KK" pekik Gideon setengah sadar. Ia langsung terduduk dari tidurnya.

"Siapa yg dicoret?" gumam Ruby yg ikut duduk dengan mata terpejam. Ia sedang mengumpulkan nyawanya yg sedang traveling ke negara lain.

"Bangun kalian! Dan bangunkan teman kalian yg lain!" ucap penjaga sekolah kemudian pergi dari sana

"Dasar anak-anak nakal. Bermalam kok di sekolah" gumam penjaga itu yg kian menjauh.

Ruby dan Gideon yg sudah sadar pun membangunkan teman-temannya yg lain.

Cukup mudah membangunkan Raphaelo dan Derra. Namun saat terbangun, Derra hanya memandang kosong ke arah cermin.

"Hey Livi! Cepat bangun! Kau mau di tinggal huh?!" ucap Ruby yg tengah berusaha membangunkan Livi

"Em.. nenek.." racau Livi dalam tidurnya

"Bangun b*d*h!" maki Ruby

"Nenek.." racau Livi lagi

"Neneknya Livi, tolong bangunkan Livi" pinta Ruby kemudian membangunkan Livi lagi

"Bangun atau kami tinggal?!"

"Eum... nen... ek"

"Oke, seret dia!" titah Ruby pada Gideon kemudian ia pergi lebih dulu dari sana

Dan ya, Livi benar-benar diseret oleh Gideon untuk keluar dari ruangan itu. Sedangkan Raphaelo dan Derra mengikut di belakang.

"Apa yg terjadi?" gumam Derra sebelum mengunci kembali pintu ruangan itu

Dan mereka berlima benar-benar pergi dari sana.

.

.

.

.

.

TBC>>

Transmigrasi Indigo || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang