TI 5

3.1K 273 0
                                        

Aku terusik dalam tidurku.

Tidurku yang tadinya nyenyak, kini tidak lagi akibat perubahan suhu yang tiba-tiba menjadi dingin di dalam kamarku.

Aku membuka sedikit mataku untuk melihat siapa pelakunya. Dan ternyata pelakunya adalah Marry. Sisi positifnya, aku tidak perlu repot-repot membeli pendingin ruangan .g.

Tapi ini terlalu dingin.

"Apa yang kau lakukan Marry?"

Aku berbicara padanya dengan mata setengah terpejam. Rasanya berat sekali untuk membuka mataku sepenuhnya. Aku masih mengantuk.

Sekejap suhu kamar kembali normal saat ia menoleh ke arahku.

"Waktunya makan malam Derra. Ayo bangun"

"Hm"

Aku kemudian mengubah posisi tidurku menjadi duduk dan bersandar pada kepala ranjang. Melamun selama beberapa menit hingga nyawaku terkumpul semua, barulah aku pergi untuk mencuci muka.

Setelahnya, aku berjalan munuju ruang makan dengan Marry yang seperti biasa selalu melayang di sekitarku.

Aku memang masih belum terlalu terbiasa dengan kehadiran Marry. Namun ini lebih baik karena dengan begini, aku tidak akan terlalu takut dengan 'mereka' yang berada pada sisi-sisi ruangan tertentu sebab ada Marry yang menemaniku.

Sesampainya di ruang makan, tidak ada makanan yang tersedia. Tentu saja, karena aku belum memasak apapun. Kan tidak mungkin Marry atau 'mereka' yang memasak.

Aku kemudian mulai menyiapkan alat dan bahan. Aku kali ini memasak nasi goreng yang menurutku simpel tapi enak.

Setelah beberapa saat berkutat dengan alat-alat masak, akhirnya nasi goreng milikku telah selesai. Tak lupa juga aku tambahkan telur ceplok di atasnya. Hm, nikmat.

Aku hanya membuat seporsi untuk diriku sendiri. Karena 'mereka' tidak makan nasi. Cukup sesajen aja .g.

Setelah selesai makan serta beberes dapur, aku kemudian pergi ke kamarku. Tepatnya di balkon, dengan Marry yang tetap berada di sampingku.

"Lebih baik kau masuk ke dalam Derra. Angin malam bisa membuat dirimu sakit"

Lihatlah betapa perhatiannya setan satu ini-- maksudku arwah ini.

"Tak apa. Aku tidak merasa kedinginan"

Marry diam tidak menyahut. Tapi tiba-tiba saja udara di sekitarku menjadi terasa hangat. Ternyata makhluk di sampingku bisa menjadi penghangat ruangan juga.

Kira-kira jika aku jual dia sebagai air conditioner, berapa uang yang akan aku dapatkan? Tidak-tidak, lebih dari itu.. memang ada yang ingin membelinya?

"Uhm, Marry"

"Ya?"

Kau mau kujual tidak? Tentu saja kalimat itu hanya muncul di benakku. Mana berani aku bertanya langsung.

"Ada sesuatu yang ingin aku katakan padamu"

Tiba-tiba saja aku berpikir untuk mengatakan bahwa aku bukan Derra melainkan Fera. Tapi aku takut, aku tidak tahu apa respon yang akan Marry berikan nanti.

"Katakan saja. Tidak usah ragu begitu"

Marry berucap dengan senyuman khas miliknya. Aku tahu dia mencoba menenangkanku agar tidak ragu untuk mengatakan apa yang ingin aku katakan. Namun senyuman itu malah terlihat mengerikan, lebih baik jika wajahnya datar seperti biasa.

"Aku... aku bukan Derra"

"Kau bercanda? Lalu aku sedang berbicara dengan siapa sekarang kalau bukan Derra? Hm?"

"Bukan begitu. Maksudku, aku memang Derra. Raga ini memang Vanderra, tapi jiwa yang menempatinya bukan. Maksudku, aku, jiwa ini orang lain bukan Derra"

Ku rasa aku menjelaskannya dengan berbelit-belit. Tapi ku harap Marry dapat mengerti maksudku.

"Aku tau"

"Ha?"

Wah, kok malah aku yang tidak mengerti dengan perkataannya? Apa maksudnya dengan dia tahu? Aku kini malah nge-bug sesaat.

"Aku tahu kalau jiwamu bukan Vanderra"

"Bagaimana bisa?"

"Warna jiwamu. Warna jiwamu berbeda dengan milik Vanderra. Meski begitu kau tetaplah Derra"

Hah... penjelasan Marry membuat kepalaku menjadi penuh dengan pertanyaan.

"Kalau kau sudah tahu, kenapa kau bersikap biasa padaku? Maksudku, kenapa kau biasa saja? Tidak terkejut?"

"Aku ingin menjawab pertanyaanmu. Tapi sayangnya ini sudah larut malam, waktunya kau tidur. Aku janji akan menjawab segala pertanyaanmu nanti"

Marry benar. Ini sudah sangat larut dan kantuk telah menyerangku. Baiklah, aku akan mengalah dan menuruti Marry kali ini.

"Baiklah, selamat malam Marry"

.

.

.

.

.

TBC>>

Transmigrasi Indigo || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang