TI 14

1.5K 181 0
                                    

Seperti yg kukatakan sebelumnya. Aku sekarang berada diruang keluarga, berkumpul bersama 'mereka' yg menjadi tamunya Marry.

"Jadi ini teman manusia-mu Marry?" tanya seorang arwah berwujud anak kecil berusia 7 tahun.

"Iya" jawab Marry

"Hey manusia. Kau-- ah entahlah" arwah bocah itu menghentikan ucapannya membuatku bingung. Kenapa tidak dilanjutkan?

Apa kau tahu rasanya bila ada seseorang yg ingin berbicara tapi tidak jadi? Atau saat dia berbicara tapi ucapannya tidak genap? Rasanya menyebalkan dan itu yg kurasakan sekarang.

"Apa yg ingin anda katakan sebenarnya?" tanyaku agar arwah itu melanjutkan ucapannya

"Tidak apa. Aku hanya bingung kau ini apa? Kau jelas manusia, hanya saja dari warna jiwamu, kau bukan berasal dari dunia ini. Mungkin pertanyaan yg seharusnya adalah, kau berasal dari mana?" ucap arwah berwujud bocah itu.

Cara bicaranya tidak sopan? Tidak apa, karena sebenarnya dia adalah kakak kandungnya Marry. Hanya saja ia meninggal saat berumur 7 tahun jadi wujudnya sama seperti saat dirinya meninggal. Marry sendiri meninggal di usia 20-an akibat terpeleset di kamar mandi.

Dan aku yg masih anak SMA ini otomatis jauh lebih muda dibanding mereka mengingat mereka sudah lumayan lama tiada. Jadi aku tidak masalah dengan gaya bicara santai dari bocah arwah itu alias kakak-nya Marry.

"Asalku ya? Pertanyaan yg bagus karena aku juga tidak tahu dengan pasti. Yg kutahu aku juga berasal dari bumi" jawabku

Ya, kita sama-sama berasal dari bumi. Hanya saja duniaku dan dunia kalian berbeda. Duniaku di dunia asliku sedangkan kalian berada di dunia novel yg sekarang aku juga berada di dalamnya. Sayangnya aku hanya bisa menjelaskan hal ini dalam pikiranku.

"Astaga kau ini. Kenapa langsung bertanya hal aneh seperti itu? Berbicaralah dengan santai agar kita bisa semakin akrab" tegur bibi-nya Marry kepada kakak-nya Marry

"Ck, bukankah daritadi aku sudah bebicara dengan santai?" kesal kakak-nya Marry

Eum, sejujurnya agak menyeramkan saat kau melihat sesosok anak kecil yg bertingkah seperti orang dewasa. Tapi ya, dia kan memang orang dewasa. Hanya saja, wujud anak kecilnya sedikit menggangguku.

"Maksudku isi obrolanmu b0d*h bukan cara bicaramu" balas bibi-nya Marry

Tunggu dulu. Agak menggelitik saat melihat wanita paruh baya memaki kepada bocah berumur 7 tahun yg aslinya sudah tua itu. Haha... itu terlihat aneh tapi nyata, heh.

"Baiklah-baiklah. Terserah padamu bibi, tapi bisakah kau tidak memaki pada anak kecil sepertiku?" sahut kakak-nya Marry

"Anak kecil palamu. Kau sudah tua asal kau tahu" -bibi-nya Marry

"Yayaya, aku bercanda. Aku hanya senang menggodamu bibi, hahah... lihatlah itu, wajahmu saat kesal terlihat lucu" ucap kakak-nya Marry dengan tawa khasnya

Lucu ya? Haha... bagiku kalian semua tampak mengerikan dengan ekspresi apapun selain wajah datar kalian yg tampak lebih normal.

"Astaga kalian ini. Tidak bisakah kalian akur dalam sehari?" tanya paman-nya Marry yg sedari tadi hanya diam menyimak dengan koran di tangannya. Bila orang awam melihatnya, mereka hanya bisa melihat koran yg melayang.

"Katakan itu pada keponakan laki-lakimu ini" dengus bibi-nya Marry

"Tidak bisa paman. Sehari tanpa ekspresi lucu milik bibi, maka hariku akan terasa hampa" sahut kakak-nya Marry

"Jikalaupun mereka benar-benar akur. Maka perlu dipertanyakan" nimbrung Marry

"Benar juga perkataanmu Marry" ucap paman-nya Marry menyetujui akan ucapan yg dilontarkan Marry

Kami pun berbincang hangat selayaknya keluarga. Yah, walaupun bukan keluarga kandung.

Kurasa tidak buruk dengan perasaan hangat yg menjalar di bagian dadaku ini. Aku cukup merasakan senang dan sedikit terhibur akan tingkah para 'tamu-nya' Marry ini.

Mengenai kedua orang tua Marry... mereka tidak berada disini. Bahkan arwahnya sekalipun.

Oh ya, aku lupa satu hal. Harusnya aku memperkenalkan para 'tamu' Marry pada kalian. Sayangnya mereka hanyalah figuran tanpa nama, haha...

Jangan heran kenapa aku tidak pernah menyebut nama mereka :)

.

.

.

.

.

TBC>>

Transmigrasi Indigo || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang