Pembukaan

33.2K 2.7K 308
                                    

Kedua kalinya pake narasi bahasa baku, moga ga kaku :v

Ada yang nungguin?

Spam komen👍

[RE-PUBLISH]

Pukul tiga sore, sekolah telah sepi sebab kegiatan belajar telah usai. Jevandra Kenzo Aditama, atau yang kerap disapa dengan Jevandra itu berjalan keluar dari ruangan loker para murid usai mengganti seragam sekolahnya dengan kostum basket. Sementara itu di luar ruangan beberapa temannya yang tak lain adalah anggota tim basketnya itu sudah menunggu sang kapten keluar.

Ya, hari ini tim basketnya ada latihan untuk persiapan turnamen basket bulan depan. Memang sudah menjadi kebanggaan sekolah kalau timnya selalu mengharumkan nama sekolahnya dengan beberapa kemenangan yang dibawanya setiap mengikuti turnamen atau kompetisi.

Sambil menggendong tas selempang nya yang bersisi handuk kecil dan juga sebotol minum, Jevandra berjalan menyusuri koridor sekolahnya menuju lapangan basketnya berada. Bersama beberapa teman satu timnya, Jevandra selalu menjadi pentolan utama dari beberapa anggota timnya. Selain karena Jevandra adalah kapten dari tim basket tersebut, pesona dan juga paras Jevandra adalah patokan utama lainnya. Memiliki bakat bermain basket yang cerdik dan juga bisa memimpin anggota timnya, ditambah ketampanan yang dimilikinya, membuat Jevandra cukup terkenal di kalangan sekolah maupun luar sekolah karena keseringan Jevandra turnamen keluar sekolah. Namun, sifat dan sikapnya yang cenderung dingin membuat tak semua orang mengagumi nya. Karena Jevandra dinilai sombong dan juga angkuh atas apa yang dimilikinya. Meski begitu Jevandra tidak peduli. Dia pikir dia tidak butuh orang-orang yang mengaguminya, karena hidup seperti orang biasa pun sudah cukup baginya.

***

"Besok kita lawan tim mana?" tanya Haikal, teman satu timnya, sambil berjalan.

"Tim sekolah dari luar kota katanya," sahut Chiko, menjawab pertanyaan Haikal.

"Widih keren, nih. Udah sampe luar kota aja lawannya." Aji pun menyahut antusias, sebab selama ini timnya hanya ikut turnamen atau kompetensi dalam kota saja.

"Dan lumayan menantang juga, yakan?" Kali ini Jevandra sang kapten merespon dengan sombong.

"Waspada aja kata gue mah. Kita belum pernah tau kemampuan teknik bermain mereka kayak apa," Rendi si cowok manis yang terkenal pendiam tapi galak itu ikut bersuara.

"Gue setuju sama Rendi, sih. Kemampuan kita baru dikenal di dalam kota doang soalnya. Mana tau dari luar kota lebih hebat, kan," tanggap Nando, remaja maniak kamera yang selalu hunting foto dimanapun dan kapanpun.

"Alah, semua tehnik tuh sama. Tergantung orangnya aja gimana menerapkan nya. Kalo pinter ya bakal bisa ngalahin lawan, tapi kalo payah mah udah lah." balas Jevandra enteng.

"Iya dah. Tenang aja kita kan punya kapten Jevandra. Eaa," goda teman temannya. Jevandra tak peduli.

Beberapa langkah kemudian, mereka baru saja tiba di tribun. Namun Jevandra dibuat mengernyit heran saat mendengar suara bising dari lapangan basket. Dilihatnya, beberapa orang dengan barang barang berupa alat musik itu sudah tersusun rapi di tengah-tengah lapangan, seakan lapangan itu adalah panggung grub band. Jevandra tau siapa mereka.

"Weh apaan tuh," ujar Chiko heran.

Dengan langkah sasar Jevandra menghampiri sekumpulan anggota grup band sekolahnya yang sangat Jevandra benci.

"Apa-apaan nih?" tanya Jevandra begitu sampai di depan mereka yang sedang asik tampil seolah-olah sedang disaksikan oleh para penonton.

Seketika musik berhenti, sang vokalis menghentikan nyanyiannya dan mereka pun berfokus pada beberapa murid berpakaian kostum basket di depannya.

Leader vs Kapten [MarkNo] ☑️ READY PDF Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang