Ya jangan salahin Axel kalau Jevandra kesulitan meladeni permainan basket Axel yang ternyata cukup bagus. Awalnya Jevandra pikir Axel hanya tau bermain musik dan bernyanyi saja, namun ternyata jevandra salah. Tehnik permainan Axel cukup lihai bahkan hampir menyetarai kemampuan Jevandra sehingga membuat Jevandra kewalahan menghadapinya.Permainan bahkan sudah berjalan beberapa menit dari waktu yang Jevandra tentukan, dan selama itu pula poin yang di cetak berjumlah sama meskipun Jevandra dengan susah payah. Pada awalnya Jevandra menang unggul, namun di tengah permainan entah mengapa Axel seakan baru mengeluarkan dan menunjukkan kemampuannya bahwa Axel pun mampu di bidang olahraga selain musik.
"Semangat, Jev! Jangan mau kalah sama si bule!" teriak Chiko dari pinggir lapangan, menyemangati sang kapten yang terkenal belum pernah dikalahkan.
Jevandra semakin terkecoh. Baginya, suara itu justru menghancurkan konsentrasinya yang hendak merebut bola dari Axel. Tidak seperti biasanya yang selalu mendapat sorakan dari para penonton banyak, kini hanya suara cempreng Chiko pun membuat Jevandra linglung.
"Ck, belum tau dia siapa yang dilawan sekarang," dengus Luki sombong sambil memperhatikan permainan dua orang di dalam lapangan tersebut.
"Biarin aja. Kalo kalah juga dia yang malu." balas Juan tak kalah sinis.
Di sudut lapangan yang berlawanan, para remaja tim basket Jevandra juga tengah menonton pertandingan basket individu antara Axel dan Jevandra yang tampak seru. Padahal bukan pertandingan resmi seperti yang biasa mereka lakukan saat mengikuti turnamen, kali ini melihat Jevandra dan Axel beradu tehnik basket dan mencetak poin justru terlihat lebih menegangkan.
"Jev kayak kewalahan gak, sih, ngelawan kak Axel. Gue baru kali ini liat muka dia tegang pas main basket," celetuk Nando yang menyadari raut tegang Jevandra. Di tengah lapangan sana Jevandra tengah berjuang merebut bola dari Axel yang dengan lihai men dribble dengan santai.
Pandangan mereka pun terfokus pada Jevandra setelah mendengar penuturan Nando barusan. Mereka mengernyit heran.
"Eh, bener juga. Kak Axel jago juga main basketnya. Keren keren," sahut Aji yang setuju dengan penuturan Nando barusan. Memang terlihat jelas Jevandra tengah kewalahan.
"Lo kok malah dukung kakak kelas songong itu, sih! Bukannya dukung kapten kita!" amuk Chiko sambil menjitak kepala Aji dengan kesal.
Namun Aji yang lugu hanya bisa pasrah mengusap kepalanya. "Kan gue cuma nanggepin omongan Ando, tau. Liat tuh si Jev panik," tutur Aji lagi.
"Hadehh, alamat deh," Rendi mengehela napasnya pasrah sambil bersedekap tangan merasakan firasat buruk tentang pertandingan kaptennya itu.
"Dua menit lagi," ujar Haikal saat menengok waktu yang hampir habis untuk masa pertandingan Axel dan Jevandra.
"Dua menit lagi, Jev! Ayo cetak satu poin lagi dan lo dinyatakan menang!" teriak Haikal dari pinggir lapangan bermaksud mengingatkan kedua orang itu.
Di tengah lapangan, Jevandra yang mendengar itu justru semakin dibuat panik karena waktu yang hampir habis. Dia terus berpikir bagaimana caranya mengalahkan Axel. Jevandra juga terheran-heran akan kemampuan Axel yang baru diketahui nya.
Sial, jago juga nih bule.
Batin Jevandra mengagumi Axel secara tidak sadar.
Ck.
Dalam sejarah basket Jevandra itu belum pernah dikalahkan oleh siapapun selama dia main basket. Dia juga selalu memiliki trik rahasia untuk mengecoh lawan agar bisa merebut bola. Namun kali ini Jevandra benar-benar kehabisan cara untuk melawan Axel.
Jevandra menatap Axel yang ternyata juga tengah melihatnya dengan senyuman remeh. Bibir tipis dan tatapan mata itu jelas menampakkan ejekan untuk Jevandra, yang jelas saja membuat Jevandra terbakar emosi.
"Ayo selesaikan pertandingan ini, kapten Jevandra." ujar Axel tiba-tiba sambil tersenyum yang membuat Jevandra semakin panas.
Tidak ada cara lain. Jevandra belum pernah curang sebelumnya, tapi kali ini untuk mempertahankan harga dirinya Jevandra tiba-tiba kepikiran untuk bermain curang. Masa bodoh dia dianggap tidak profesional yang penting hasil akhir dari pertandingan ini poinnya lebih besar daripada Axel.
Dengan licik Jevandra balas tersenyum sinis membalas Axel. Lalu dengan gerakan cepat Jevandra mendorong tubuh Axel bermaksud agar bola di tangan Axel terbebas dan Jevandra akan mengambil alih. Namun bukannya apa yang dia pikirkan, Axel justru mencengkeram tangan Jevandra yang mendorongnya sehingga keduanya sama-sama limbung dan terjatuh bersamaan dengan posisi tumpang tindih di tengah lapangan.
Jevandra terjatuh di atas tubuh Axel dengan jarak wajah yang begitu dekat. Bahkan nafas Axel sampai pada kulit wajah Jevandra. Mereka terdiam saling pandang dengan pikiran blank seakan tidak sadar dengan apa yang sedang terjadi.
"Woi woi woi! Kok malah..." Suara heboh itu seketika menyadarkan Jevandra dan Axel yang kemudian membuat keduanya langsung memisahkan diri. Tanpa sengaja Axel mendorong tubuh Jevandra dari atas tubuhnya hingga Jevandra terguling ke samping menghantam lantai lapangan sambil mengaduh kesakitan.
"Aduh!" Jevandra mengaduh.
Sementara Axel sudah berdiri sambil menepuk-nepuk bajunya yang terkena debu. Ia kemudian melihat Jevandra yang masih bersimpuh di lantai terlihat kesakitan. Merasa bersalah, Axel pun mengucapkan maaf sambil mengulurkan tangannya bermaksud membantu Jevandra berdiri.
"Sorry," ucap Axel.
Jevandra melihat uluran tangan itu kemudian berpindah melihat Axel yang memandangnya tenang, tanpa tatapan sinis atau mengejek seperti tadi. Meskipun begitu Jevandra masih merasa kesal. Beberapa detik Jevandra tidak merespon, ia kemudian bangun dengan sendirinya tanpa menerima uluran tangan Axel.
Ada rasa malu juga kesal di diri Jevandra. Malu karna ketahuan bermain curang tapi berakhir jatuh, juga kesal karena dirinya dikalahkan dalam permainan basketnya. Jevandra tidak tau harus bereaksi seperti apa padahal Axel terlihat tetap tenang. Dengan kesal akhirnya Jevandra memilih pergi. Tanpa basa basi Jevandra pun melenggang meninggalkan Axel, namun Axel segera menahannya.
"Jadi gimana hasilnya? Poinnya sama," ujar Axel yang langsung membuat Jevandra berhenti melangkah.
Jevandra kemudian menoleh dengan tampang malas. "Terserah lo,"
Kakinya kembali melangkah hendak meninggalkan Axel, namun lagi lagi Axel menahannya.
"Gimana sama adu vokalnya? Kamu udah tau kemampuan saya di permainan basket. Sekarang giliran saya mau tau gimana kemampuan vokal kamu, apakah kamu bisa ngalahin saya, kayak saya ngalahin kamu, atau kamu tetep kalah sama saya," tutur Axel sambil menampakkan kembali senyum remeh itu. Jevandra yang melihat hanya bisa menahan kesal pada kepalan tangannya.
Lalu dengan pasrah Jevandra pun menjawab sewot. "Fine. Kita adu vokal. Lo pikir suara gue seburuk suara lo yang ganggu itu? Cih!" jawab Jevandra masih tetap sombong meskipun ia tau pengalaman bernyanyi nya sangat buruk.
Axel hanya mendengus menahan tawanya melihat kesombongan Jevandra yang tidak lihat situasi. Ternyata mang benar semua yang beredar tentang Jevandra bahwa Jevandra memang orang yang sombong dan arogan, bahkan saat dia sudah tau jelas kalau dia kalah.
"Oke, saya tunggu di sana."
Tanpa peduli Jevandra terus melenggang pinggir lapangan menghampiri keempat temannya yang menunggu. Tak berbeda dengan Axel yang juga menghampiri Juan dan Luki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Leader vs Kapten [MarkNo] ☑️ READY PDF
RandomPART LENGKAP || FOLLOW SEBELUM MEMBACA Jevandra si Kapten basket vs Axel si Leader grup band. 📌BXB 📌Lokal babangmarkli 2022