Sehabis bermalam di hotel dengan modal kupon dan dikerjai oleh mamanya sendiri, kini sepasang suami istri sudah kembali berada dalam mobil dengan baju sama yang dipakai saat keberengkatan.
Tentu saja tidak ada hal-hal aneh malam tadi. Sehabis makan malam di lantai bawah, mereka kembali ke kamar dengan diam. [Name] yang tak enak dengan suasana dalam hotel berduaan itu langsung menarik diri untuk tidur. Sementara untuk menutupi kegrogiannya, Iwaizumi Hajime semalaman suntuk membicarakan pekerjaan lewat telepon. Dari ayahnya, sampai Hanamaki dan Matsukawa. Lalu berakhir menidurkan diri di sofa.
Sekarang, sebelum mereka kembali ke apartemen, Hajime tadi bilang akan mampir dulu sebentar ke suatu tempat. [Name] yang tak bisa menanyakan lebih jelas tujuannya hanya mengangguk saja dan duduk dengan tenang di dalam mobil yang sedang melaju.
Setelah beberapa saat, mobil Hajime pun berhenti di sebuah gedung yang tak terlalu tinggi. Begitu ia dibawa untuk ikut masuk, barulah [Name] ketahui bahwa mereka sepertinya ada disebuah tempat pelatihan boxing.
Namun alih-alih menyuruh gadis itu menunggu di lobby, Hajime malah terus menuntun agar [Name] mengikutinya sampai ke dalam, dan ke mana pun.
Mereka akhirnya sampai di suatu ruangan dengan banyak matras, samsak tinju, baik yang berdiri maupun yang menggantung, serta dua buah ring yang tak terlalu besar. Ada beberapa orang di sana yang sedang sibuk dengan samsaknya, baru mulai pemanasan, atau sedang duduk dengan peluh sambil minum air. Menandakan bahwa tempat ini berarti adalah tempat berlatih.
Di salah satu ring, [Name] dapati ada dua orang yang sedang menaiki tempat itu. Kemudian bergerak seolah bersiap. Gadis itu terdiktrasi dengan adanya sebuah suara.
"Yo, Iwaizumi!"
Sang pemilik nama, Hajime dan yanpa diduga [Name] pun sontak menoleh mendengar sapaan tersebut.
"Kenapa memanggilku tiba-tiba?" Tanya Hajime langsung pada sosok yang sedang mendekat tersebut. Berbeda dari kebanyakan orang di sana yang [Name] sudah temui, sosok dengan helai hitam itu sangat berpakaian rapi dengan jas formal.
"Wah, santai dulu, dong, langsung nuntut gitu," Ujar sang laki-laki berambut hitam tersebut. Kemudian maniknya berpindah, dari Hajime lalu ke [Name].
"Ah, kalau gak salah ..."
"Iya, Istriku," Sela Hajime, malas bertele-tele. Dan dengan secepat itu juga ia menyambung, "sudah cepat katakan maksudmu, Kuroo."
Bukannya menuruti, laki-laki bernama Kuroo itu malah menjulurkan tangannya ke arah [Name], "Boleh kenalan lagi? Aku lupa siapa namamu."
Dengan ragu [Name] menyambut tengan tersebut, "A-ah, aku [Name]."
"Gak ada yang penting, aku akan langsung pergi lagi."
Sesi jabat tangan itu sontak diputus kemudian saat Hajime mencebik tanpa sabaran lagi dengan wajah yang masam.
"Kau itu sudah ada janji, kah, terburu-buru seperti ini?" Tanya Kuroo, merasa ganjil karena tak biasanya Hajime terlihat tak betah berada di sini, "ini gak jauh-jauh soal pertandingan, sih."
"Kenapa?" Tanya Hajime.
Sementara [Name] yang tak mengerti percakapan tersebut mengganti atensinya ke arah lain. Dan tepat sekali yang langsung menarik perhatiannya adalah dua orang yang sedang berada dalam ring tadi.
Yang sekarang sudah saling melayangkan tinjunya.
[Name] refleks menutup mata saat kepalan yang dibalut sarung tangan tebal itu bertabrakan dengan tubuh lain.
Hajime yang kebetulan menangkap reaksi tersebut menyadari satu hal. Bahwa dia lupa betapa penakutnya gadis di sampingnya ini.
"Ah, sebentar," Hajime memotong kalimat Kuroo saat itu, "bisakah kita bicara di ruanganmu saja?"
KAMU SEDANG MEMBACA
axiomatic » hajime iwaizumi.
FanfictionIwaizumi Hajime x Reader AXIOMATIC (n). suatu hal yang sudah jelas buktinya tanpa perlu diminta. [Full Name], kalau diibaratkan dia seperti daisy putih. Keramahannya, kebaikannya, kelembutan hatinya, dia adalah gadis yang ditumbuhkan dengan baik. Se...