⸙ it's twenty.

635 104 3
                                    

Iwaizumi Hajime bergegas keluar dari kamarnya dengan jalan masih terlihat tertatih. Ia lalu menemukan sesosok wanita lain dalam apartemennya ini sedang duduk di sofa dan berbagi tawa dengan Iwaizumi [Name] di dapur.

"Ma? Kenapa tiba-tiba ke sini?" Tanya Hajime, mendudukan diri di sofa samping sosok tersebut yang adalah Ibunya sendiri.

"Hahh," Mama Hajime mendesah, "kenapa kamu selalu menanyakan hal seperti itu kalau aku ke sini, sih?"

"Ya, habis tanpa mengabari dulu ..." Gumam Hajime. Memang agak bikin panik karena kedatangan mamanya itu ketika dirinya masih terluka-luka seperti ini. Untung saja luka lebamnya rajin dioles salep sehingga bisa cepat memudar. Tapi luka di kepalanya belum sembuh dan kini untuk menutupinya Hajime jadi memakai topi.

"Memang kenapa? Apa tadi aku mengganggu kegiatanmu dengan istrimu, hm?" Goda Mama Hajime sambil terkekeh, membuat anak semata wayangnya tersebut hanya mendecih kecil.

"Aku sudah menanyakan ke Nak [Name] dan katanya kebetulan kalian berdua ada di rumah jadi aku ke sini," Ujar Mama Hajime. Kemudian membalas senyum [Name] yang sedang berjalan ke arahnya dengan membawa minuman.

Hajime yang baru mengetahui hal itu langsung melirik sebal [Name] yang sedang menaruh gelas minuman di meja. Gadis itu kemudian mengambil duduk di samping Hajime.

"Tapi, Mama memang habis darimana?" Tanya [Name] yang tak menyadari lirikan dari Hajime tersebut.

"Ah, aku habis bertemu rekan di pusat kota," Jawab Mama Hajime, "jadi sekalian lewat aku mampir saja."

[Name] mengangguk-angguk.

"Lalu? Kamu pakai topi seperti itu mau pergi, Hajime?" Tanya Nyonya Iwaizumi tersebut, menemukan kejanggalan dari alasan mengapa Hajime tidak senang mamanya mampir hari ini.

"Ah, engga. Habis keluar saja tadi," Jawab Hajime.

"Dasar kamu ini, kerjaannya keluar terus meninggalkan Nak [Name]," Ujar Mama Hajime, dengan kalimat yang tak terduga ia melanjutkan, "Mama, kan, juga mau punya cucu."

"?!"

"K-ken--!"

"Haha, pasutri baru memang asik digoda ya, apalagi anak sendiri," Nyonya Iwaizumi itu tertawa melihat reaksi kedua pasangan di hadapannya.

"Huh! Kenapa gak urusin kantor aja dan malah main-main di sini, sih," Omel Hajime, meskipun di wajahnya masih tersisa gurat merah.

"Heh, lagian Mama lebih ingin bertemu Nak [Name] dari pada kamu, tuh."

Hajime mendelik. Ia melipat kedua tangannya dan menyadar ke sofa.

"Sebenarnya sekalian juga aku mau memberi ini," Mama Hajime merogoh sesuatu dari tasnya lalu menyodorkannya, "itu kupon undangan onsen. Kayaknya dibanding dipake mama, kalian lebih cocok memakainya."

***

Di sinilah mereka berada. Dengan beberapa pertimbangan sebelumnya, Iwaizumi Hajime dan Iwaizumi [Name] akhirnya memutuskan untuk pergi ke onsen tersebut.

Katanya, selain onsen juga akan terdapat dinner di restoran yang tepat berada di atasnya. Oleh karena itu, tadi Mama Hajime juga memberi dua buah paper bag yang katanya adalah oleh-oleh dan isinya dua buah pasang baju masing-masing untuk dipakai Hajime dan [Name] makan malam.

Jadilah karena diocehi dan dipaksa untuk segera berangkat, mereka berdua pun sudah ada di sini.

Namun begitu sampai, Hajime merasa pusing dengan tingkah mamanya yang tidak bisa ditebak. Nyonya Iwaizumi itu sepertinya tidak semata-mata memberi kupon onsen pada mereka. Karena sesungguhnya, kupon yang dimaksud adalah menginap di hotel dengan private onsen. Yang itu artinya pemandian air hangatnya untuk perempuan maupun laki-laki digabung dengan catatan mereka satu keluarga atau mempunyai hubungan yang sah.

axiomatic » hajime iwaizumi.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang