⸙ it's twenty three

810 103 7
                                    

Pagi hari berjalan seperti biasa, Iwaizumi [Name] telah selesai menyiapkan sarapan. Dan seperti biasa pula, Iwaizumi Hajime yang sudah bangun dan rapi untuk bersiap pergi itu berjalan ke meja makan dengan diam.

Pikirannya sedang dipenuhi sesuatu.

Mereka memakan sarapan tersebut berdua. Suasana dentingan piring pun kembali terdengar ramai. Tapi setelah beberapa kali suap, Hajime tiba-tiba menjauhkan piringnya.

"Kenapa pedas, sih?!"

[Name] terkaget, dia menatap Hajime yang sedang menatapnya kesal, "Eh, engga pedas, kok."

"Bagimu," Balas Hajime, "bagiku ini pedas!"

"Aku tidak memasukan cabai atau apapun yang terasa peda—"

"Sudahlah. Aku makan di luar," Dengan itu Hajime pun bangkit. [Name] yang tak menyangka lalu ikut bangkit juga.

"B-biar aku buatkan lagi makananya—"

"Gak usah."

Hajime berjalan kembali ke kamar. Lalu tak lama ia kembali keluar dengan wajah yang kentara sekali kesalnya oleh [Name].

"H-Hajime ..."

Mau berbicara sesuatu, tapi Iwaizumi Hajime buru-buru memakai sepatunya dan sekejap itu pula pergi meninggalkan apartemen dengan atmosfer canggung. Sama seperti waktu-waktu lalu.

***

Hanamaki Takahiro meneguk ludah di tengah-tengah dirinya mengatur napas. Menoleh ke Matsukawa Issei yang sama-sama sedang menatap dalam diam rekannya di depan sana.

Yaitu Iwaizumi Hajime yang sedang memukuli seseorang.

Tapi, baik Matsukawa dan Hanamaki yang sedang mengatur napas setelah melawan dua orang tidak diberikan istirahat lebih panjang karena ternyata beberapa orang lain ikut datang dan langsung menyerangnya.

Melindungi Hanamaki dari melawan dua orang sekaligus karena luka tikamnya belum benar-benar sembuh, Hajime menariki lawan Hanamaki ke arahnya. Rasanya dia tak henti-hentinya menyerang lawannya sejak tadi.

Tak peduli ketika serangannya tertangkis dan lawannya malah balik menyerang dirinya hingga menubruk, terjatuh, terpental, Hajime itu selalu langsung bangkit dan terus melawan.

Membuat Matsukawa dan Hanamaki sejak tadi bertanya-tanya ada apa dengan rekannya satu itu sehingga tiba-tiba perkelahian yang melibatkan cukup banyak orang ini terjadi. Apalagi sangat berbeda dari kemarin yang tampak tenang, sejak mereka bertemu tadi pun Hajime selalu terlihat merengut.

Matsukawa yang baru menyelesaikan satu di antara dua lawannya, menyempatkan diri untuk menoleh ke Hajime. Matanya membelalak ketika lawan yang baru berhasil Hajime jatuhkan bangkit lagi sambil mengeluarkan belati.

Teriakan Matsukawa tak secepat pergerakan Hajime yang menyadari itu, tapi laki-laki tersebut kini malah menahan pisaunya hingga menancap di lengan kirinya.

Hajime lantas menendang keras kelemahan terbesar seorang laki-laki tersebut, lalu mengambil belati lawan yang terjatuh. Sekarang Hajime malah menyerang lawan lain menggunakan belati tersebut. Membuat Hanamaki dan Matsukawa yang menyadarinya jadi mendecak. Karena selama ini Hajime tidak akan pernah mau memegang senjata kalau bertarung.

Beberapa kali serangan belatinya menggores lawan, benda itu pun tiba-tiba berhasil dipentalkan, dan Hajime tersungkur.

Bergantilah, lawannya yang kini mengambil belati itu. Dengan berdarah-darah pria itu mengacungkannya pada Hajime dari jarak dekat.

axiomatic » hajime iwaizumi.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang