⸙ it's eighteen.

618 108 5
                                    

[Full Name] duduk berlutut di ruang tengah sambil membuat resume yang bisa membantunya untuk mencari pekerjaan nanti. Dia sesekali mengistirahatkan tangan dan bahunya sambil menonton televisi. Suasana hari ini di rumah cukup tenang.

Iwaizumi Hajime sedang keluar seperti biasa. Yang [Name] tahu, kerjaan yang tidak diketahui ayah dan ibunya adalah menagih hutang. Jadi mungkin laki-laki itu sedang bersama Hanamaki Takahiro dan Matsukawa Issei.

Di saat [Name] sedang mengambil air putih, dering teleponnya berbunyi. Agak terburu-buru, gadis itu mengambil ponselnya. Nama Iwaizumi Hajime tertera di sana.

"Iya, Hajime?"

Jeda hening dulu sejenak, Hajime kemudian bersuara, "Ng, [N-Name] ... Kamu di apartemen, kan?"

"Iya, kenapa?"

Entah jaringannya yang delay atau apa, tapi selalu ada jeda jawaban dari Hajime, "... Bisa kamu ke kantor dan bawakan buku catatanku di kamar?"

"Kamu di kantor?" Tanya [Name] yang tadinya gadis itu pikir sedang bersama Matsukawa dan Hanamaki.

"Iya, ayah memintaku ke sini untuk melakukan sesuatu, tapi aku lupa membawa catatanku," Jelas Hajime, lalu melanjutkan, "aku tidak bisa menyuruh Matsukawa dan Hanamaki karena mereka sedang bertugas."

"Oke, baiklah. Buku catatanmu yang di mana?"

"Di rak samping meja kalau aku tidak salah, sampulnya cokelat tua."

[Name] lalu berlari ke kamar dan mencari buku yang dimaksud ketika ditemukan ia lalu bertanya lagi, "Kamu lagi ada di kantor yang mana?"

"Nanti aku kirim alamatnya, kamu pakai taksi saja."

"Baiklah, nanti aku ke sana."

"Ah, [Name] ..." Terdengar ragu, Hajime itu melanjutkan, "jangan lupa bilang kalau kamu I-Iwaizumi [Name] ... Biar mereka memudahkanmu masuk."

Tertegun sejenak, [Name] pun mengangguk pelan walau tak bisa tersampaikan pada Hajime, "I-iya, baik Hajime."

Dengan itu Iwaizumi Hajime menutup sambungan teleponnya. Meninggalkan gurat-gurat kemerahan di pipi mereka masing-masing.

***

Iwaizumi Hajime mendesah panjang pelan, [Full Name] yang duduk di sampingnya menoleh pada Hajime yang sedang menyetir.

"Ada apa?" Tanya gadis itu, memecah keheningan yang tercipta sejak mereka berangkat dari kantor.

"Gak papa," Jawab Hajime, namun wajah terganggu tercetak di wajahnya, "tapi m-maaf kamu jadi harus ikut aku survey sekarang. Aku ... Gak ahli di kasus perekonomian pasar."

Benar. Hajime dipanggil ayahnya untuk datang ke kantor cabang adalah tidak lain untuk mengurusi sesuatu. Tapi hal yang harus diurusnya itu adalah diluar kemampuan dirinya. Ingat bahwa [Name] selalu membuat ringkasan data perekonomian, Hajime menciptakan sebuah jalan keluar lain. Jadilah ia mau tidak mau mengajak [Name] sesaat setelah datang dan mengantarkan buku ke kantornya.

"Gak apa-apa, aku senang kalo bisa bantu, kok," Itu jawaban hangat dari Sang Gadis.

Betul juga. Padahal Hajime tau kalau [Name] itu suka menolong siapapun.

Akhirnya setelah menghabiskan beberapa menit di perjalanan, mereka sampai di sebuah area pasar tradisional di salah satu kota. Memarkirkan mobil, mereka memasuki salah satu gedung tak jauh dari gang pasar.

Hajime memimpin langkah. Ia disambut oleh seseorang dan mereka langsung dibawa ke sebuah ruangan.

"Saya Iwaizumi Hajime," Hajime menyalami pria berkacamata tersebut, lalu memperkenalkan eksistensi disampingnya, "dan dia Iwaizumi [Name] yang akan membantuku mengurusi hal ini."

"Ah, istrimu? Hebat ya, kalian bisa saling membantu seperti ini," Puji pria tersebut sambil tertawa. Tak menyadari adanya kecanggungan dari dua orang di hadapannya setelah perkenalan itu terjadi.

***

Iwaizumi Hajime memasuki kamarnya begitu laporam dari hasil analisis yang dilakukan [Full Name] tersampaikan kepada ayahnya. Dan seperti dugaannya, ayahnya itu makin terdengar bangga saat mengetahui bahwa menantunya lah yang membantu analisis.

Gadis itu sendiri sepertinya sudah tidur di kamar sejak tadi, jadi tak ingin mengganggu, Hajime melaporkannya lewat telepon di ruang tengah. Ia merenggangkan badan dan menutup buku setelah semua itu selesai. Lalu langsung berjalan ke kamar.

Benar saja, ia mendapati [Name] sudah tertidur di kasurnya. Menutup pintu dan mematikan lampu, pelan-pelan Hajime mendekati kasur.

Rasa gugup selalu menyerangnya ketika ingin menidurkan diri di kasur yang sudah ditempati [Name]. Apalagi sialnya, saat ini [Name] sedang tertidur menghadapnya sambil memeluk guling. Gadis itu mungkin tidak bisa tidur dengan berbalik ke arah sebaliknya karena akan menindihi luka di bahunya, tapi kenapa harus menghadap ke arahnya?

Dengan sangat perlahan Hajime menaiki kasur. Ia memposisikan tubuhnya dengan nyaman dan menaikan selimut dengan halus agar gadis di sampingnya tidak terbangun.

Kala tubuhnya sudah terbaring nyaman. Hajime putar kepala hingga ia bisa dapati wajah [Name] yang tertidur dari dekat.

Buru-buru memejamkan mata erat-erat setelah beberapa detik melamun, Iwaizumi Hajime takut gadis di sampingnya terbangun karena mendengar suara jantungnya yang terasa sangat kencang.

.

.

.

continue.

continue

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
axiomatic » hajime iwaizumi.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang