⸙ it's fifteen.

622 97 8
                                    

Setelah tiga hari tak sadarkan diri karena operasi dan setelah seminggu lebih [Full Name] dirawat di rumah sakit, di hari yang genap dua minggu gadis itu akhirnya diperbolehkan untuk rawat jalan. [Name] diantar pulang bersama Iwaizumi Hajime dan Mamanya setelah sebelumnya berpisah di rumah sakit dengan orang tua Sang Gadis.

Dan iya, tentu saja [Name] dibawa pulang ke apartemen Hajime, karena Mama Hajime ikut ke sana.

Gadis itu langsung dibawa ke kamar Hajime dengan langkah yang dituntun Sang Ibu Mertua pelan-pelan. Hajime sendiri hanya membawakan baju-baju dan tas yang [Name] bawa pulang ke rumahnya ketika kabur waktu lalu.

"Sudah, kamu istirahat dulu ya, Nak [Name]," Ujar Mama Hajime mendudukan dirinya di kasur dan menghadap [Name] yang menyandar pelan-pelan pada kepala kasur yang diganjal bantal kecil, "atau kamu mau ganti baju dengan yang lebih longgar biar nyaman?"

Hajime yang mendengar itu agak tersentak, apalagi begitu Mamanya kembali berbicara.

"Biar Mama yang ambilkan bajumu di lemari."

Sontak Hajime menahan Mamanya itu, "Biar aku yang ambilkan," katanya.

Tersenyum, lantas Mama Hajime kembali duduk dan menawarkan [Name] hal lain.

Hajime sendiri agak bingung, namun akhirnya ia malah berjalan ke lemarinya dan mengambil baju kaosnya sendiri karena koleksi baju [Name] masih ada di bioskop room. Daripada menimbulkan kecurigaan karena mengambil baju ke luar bukan ke lemari, akhirnya Hajime sodorkan kaos berlengan pendeknya tersebut.

"Ini, Ma," Sodor Hajime. Atensinya bertemu pada [Name] yang sedang menatapnya.

"Bukannya itu bajumu?" Tanya Mama Hajime.

"Katanya mau baju yang longgar?"

Benar juga. Baju Hajime pasti besar-besar jika dipakai di tubuh kecil [Name].

"Kalau gitu tolong bantu Nak [Name] berganti baju, mama mau membuat makanan untuk makan siangnya," Mama Hajime mengucap santai. Tidak tahu apabila ucapannya itu membuat dua wajah sontak menjadi merah.

"K-kenapa aku?"

"Memang kenapa kalo kamu? Toh, kamu suaminya."

"M-mama saja!"

"Kan Mama mau menyiapkan makana—"

"Biar aku yang nyiapin!"

"Kamu kan gak bisa megang dapur—"

"Bisa!"

Dengan itu, Hajime menutup perdebatan dengan Mamanya sendiri. Tak lupa menaruh bajunya di atas kasur, ia lalu pergi meninggalkan kamar.

Membuat mamanya terheran sekaligus gemas, ia lalu menyeletuk, "Nak [Name] dia selalu sepemalu itu, kah, kalau berduaan denganmu?"

[Full Name] yang ditanya dan sejak tadi diam menyaksikan hanya bisa tersenyum kaku. Entah kenapa rasanya Iwaizumi Hajime tak terlihat jauh lebih tenang dari biasanya ketika menghadapi hal seperti ini. Tetapi, ia dalam hati juga mewajarkan karena peran mereka memang agak lebih berat hari ini.

Mama Hajime seharian ini akhirnya membantu dan menemani [Name] di apartemennya. Hajime sendiri setelah kejadian tadi belum sempat lagi memasuki kamar, dia hanya menonton televisi, menelpon di balkon, dan mendengarkan ocehan mamanya yang berkata bahwa ia mulai sekarang harus sigap membantu [Name].

Tapi Hajime tetaplah Hajime. Dia malah meminta mamanya untuk berada di sini selama proses penyembuhan [Name].

Laki-laki itu bahkan baru memasuki kamarnya lagi sambil membawa sesuatu setelah mamanya pamit pulang sebentar untuk menyelesaikan urusan. Mengagetkan [Name] yang sendirian di kamar.

"Kau sedang apa ...?" Tanyanya pada Hajime yang berjalan masuk sambil membawa dua koper milik [Name].

Hajime lalu membuka lemarinya dan membuat suatu ruang kosong di sana. Berikutnya ia membuka koper [Name] dan memindahkan baju-baju gadis tersebut yang tentu saja mengundang tanya.

"K-kenapa dipindahkan ke lemarimu?"

"Untuk sementara. Nanti repot kalau mama tau gak ada satu pun bajumu di lemari ini," Hajime menjelaskan. Mengantisipasi juga situasi seperti tadi terjadi lagi karena mamanya itu juga akan sering berkunjung ke sini.

Setelah merapikan baju [Full Name], Hajime juga merapikan barang-barang milik gadis itu seperti beberapa facial care-nya ke kabinet. Hajime Iwaizumi tanpa disadari mulai meleburkan barang-barang milik gadis tersebut pada barang-barangnya sendiri di kamar.

***

[Full Name] menatap tak enak pada Iwaizumi Hajime yang berjalan masuk sehabis dari balkon dengan helaan napas. Ketika laki-laki itu sudah menutup kaca balkon hingga udara malam tidak bisa menembus lagi, [Name] membuka suara.

"Kau mau tidur di sofa lagi?" [Name] menanyakan itu pelan.

Kemarin malam, Hajime Iwaizumi jadinya tidur di sofa ruang tengah. Dan malam ini [Name] merasa tak enak apabila pemilik kamar tersebut tidur di luar lagi. Tapi jawaban dari Hajime membuat [Name] makin tak merasa enak.

"Aku tidur di bawah pake futon aja," Jawab Hajime, "tadi pagi mama yang baru datang memergokiku tidur di sofa. Jadi kayaknya lebih aman kalau tidur di kamar aja."

"E-eh ... Kau di kasur aja, aku pindah ke bioskop room."

"Ck, gak ngerti, ya? Aku tidur di kamar ini juga biar mama gak curiga kita pisah kamar tidur."

"Um ... K-kalau gitu biar aku yang di bawah."

Mendesah dengan perdebatan itu, Hajime lantas mengakhirinya, "Udah, kamu di kasur aja. Jangan banyak protes."

Dua detik berlalu dan Hajime baru tersadar kalau dia jadi merubah panggilannya pada [Name] dengan kata yang jauh lebih lembut.

Kamu.

Membuat [Name] yang pertamakali mendengarnya dari mulut Hajime langsung memasang wajah tertegun.

"Tsk," Hajime lalu bergegas mengambil futon di dalam lemarinya, menggelarnya, kemudian langsung menenggelamkan kepala ke bantal setelah meraihnya dari kasur.

"H-Hajime ... Kamu gak pake selimut?"

Mengapit kedua telinganya dengan bantal, Iwaizumi Hajime itu menjawab dengan agak lepas, "GAK!"

.

.

.

continue.

continue

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
axiomatic » hajime iwaizumi.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang