Iwaizumi Hajime ... Harusnya aku yang marah. Tapi kenapa dia yang lebih galak?!
.
.
.
you pov;
Merasakan perutku yang seperti diremat kembali, aku menghentikan kerjaanku membantu memotong daging di salah satu toko yang ada di pasar. Pak Matsuda yang mungkin menyadari aku tiba-tiba berhenti itu langsung bertanya.
"Ada apa, [Name]? Kamu sakit, Nak?" Tanyanya, menghampiriku di dalam sini.
Mengadaptasi rasa sakit di perutku agar wajahku tidak merengut, aku coba melukis senyum, "Gak apa-apa, Pak. Aku ingat sesuatu aja tadi."
Pak Matsuda terkekeh saja membalasnya. Dia lalu kembali mengurusi pembeli yang masih memilih-milih daging segar di depan sana.
Ah, kenapa hari ini menstruasi-ku terasa sakit, sih? Tidak seperti biasanya, kali ini bahkan membuatku jadi cepat lelah berdiri. Tidak hanya berdiri, duduk dan melakukan kegiatan segala macam pun jadi terasa sangat merepotkan.
Akhirnya setelah mati-matian mencoba membiasakan diri dengan rasa keram perut selama setengah hari ini, ada waktu di mana aku bisa duduk sambil meremas perut dengan kedua lenganku juga tanpa perlu ditutup-tutupi atau ditahan.
Sambil meringis, aku duduk di salah satu tempat yang bisa di duduki di tempat yang cukup sepi. Rasanya kalau tidak ada apa-apa lagi yang bisa kubantu, aku mau pulang lebih cepat dan beristirahat, meskipun sepertinya istirahat tidak membuat rasa keram di perutku menghilang, tapi setidaknya tidak semenyiksa saat menahan rasa sakitnya seperti ini.
Membuka tutup botol sebuah minuman teh kemasan botol, aku menegaknya dengan tangan yang terasa lemas. Setelah itu membuang napas berat.
***
Setelah menekan rangkaian kode pintu apartemen, aku melangkahkan kaki untuk masuk. Begitu aku buka pintu pun, ternyata terdengar suara berisik-berisik dari dalam. Melepas sepatu, aku temukan juga dua pasang sepatu asing yang tergeletak begitu saja di bawah, termasuk sepatu Iwaizumi Hajime.
Begitu melangkahkan kaki jauh lebih dalam. Bisa aku temukan siapa pemilik dua pasang sepatu asing tersebut. Dia kalau tidak salah pernah hadir di acara pernikahan terpaksa aku dan Iwaizumi waktu lalu.
Yang satu adalah laki-laki beralis-mata agak lebat, satunya lagi laki-laki dengan cat rambut cokelat-pink. Mereka bertiga duduk di sofa ruang tengah, tertawa dan mengumpat sambil menonton televisi dengan suara kencang. Bahkan sepertinya tak menyadari aku masuk.
Mereka baru menyadari ketika aku berjalan melewati sofa mereka.
"Oh, Nona [Name] baru pulang."
N-nona?
"Selamat datang, Nona. Bagaimana harimu?"
Aku memandang mereka berdua bergantian, "A-ah baik," Jawabku dengan sangat canggung. Mau bagaimana, Iwaizumi Hajime aku lihat juga sedang menatapiku dari sofanya.
"Nona masih mengingat kami, kan? Aku Hanamaki dan ini Matsukawa," Ujar laki-laki berhelai cokelat-pink.
"Sini, Nona. Bergabung dengan kami menonton film," Sementara itu laki-laki yang diperkenalkan sebagai Matsukawa malah tiba-tiba mengajakku ikut bergabung. Santai sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
axiomatic » hajime iwaizumi.
Fiksi PenggemarIwaizumi Hajime x Reader AXIOMATIC (n). suatu hal yang sudah jelas buktinya tanpa perlu diminta. [Full Name], kalau diibaratkan dia seperti daisy putih. Keramahannya, kebaikannya, kelembutan hatinya, dia adalah gadis yang ditumbuhkan dengan baik. Se...